Ngobrol Sama Ibu Terkait Perencanaan Pernikahan

2 komentar
Konten [Tampil]
Assalamualaikum wr wb

Usia sudah memasuki 25 tahun. Si Mas, 28 tahun. Usia yang tepat untuk menikah. Dinilai siap untuk membina rumah tangga.

Pernikahan adalah gerbang utama. Biasanya, sengaja dipersiapkan sebaik mungkin, untuk menyambut kehidupan yang baru. Disambut dengan bahagia, supaya timbul keyakinan dan optimisme bahwa menikah itu sejatinya bahagia.

Ya meski untuk mewujudkan bahagia itu, ada banyak hal yang diperjuangkan. Bisa jadi, proses dalam persiapan pernikahan, adalah salah satu cerminan saat mewujudkan rumah tangga itu sendiri. Sebab, di dalamnya masih diperankan oleh 2 sosok utama, yang terlibat interaksi dengan segala hal untuk mewujudkan impian.

Kini, kami sedang berada di proses itu. Merencanakan pernikahan. Tentu dengan tetap berpedoman, bahwa sebaik-baik perencana adalah Allah SWT.





Mencoba Mengalah


Saya, karena mengerti keadaan perekonomian yang enggak seberapa, ya bisa mengalah dan legowo bila pernikahan saya biasa-biasa saja. Hanya akad pun, saya mau.

Tapi langsung ditolak mentah-mentah dong sama Ibu, hahaha.

Harus resepsi. Temen-temennya Ayah kan banyak.

Lah banyak kalau enggak kenal-kenal banget dan buang-buang duit ya buat apa ya? Saya tuh lebih mending ngajak kerabat sanak saudara yang akrab untuk menghadiri pernikahan saya. Bisa ngobrol lebih lama. Bisa lebih intens untuk menyapa. Enggak sekadar bersalaman.

Tapi ya gimana ya. Mungkin ada harapan bagi orang tua untuk mengadakan pernikahan anak secara terbaik. Mungkin ingin dipandang lebih tinggi daripada lainnya. Atau mungkin karena ini kejadian sekali seumur hidup, yang harus dikenang dengan baik. Juga mungkin, untuk mewujudkan mimpinya masa mudanya dulu, untuk duduk di kuade, meski harus diwakili anaknya.

Ya sudahlah. Selama kita masih yakin bahwa Allah akan memberikan jalan kepada kita, maka Bismillah Inshaa Allah bisa.

Konsep Serangkaian Acara Pernikahan

Besar kemungkinan bahwa resepsi pernikahan akan diadakan di gedung. Kebetulan, di Lumajang ada Pondok Asri, yang makanan prasmanannya sudah terhitung dengan sewa tempat. Jadi, makanan disajikan dengan segar dan ready stock.

Si Mas kan rumahnya jauh ya, di Solo. Jadi kemungkinan untuk persiapannya, si Mas akan datang ke rumah untuk perkenalan sekaligus meminta. Langsung datang bersama keluarga.

Lalu beberapa pekan kemudian, saya dan keluarga datang ke Solo. Berkunjung balik sekaligus menentukan tanggal. Kemudian segala persiapan, didiskusikan secara online. Kemungkinan besar keluarga kami lebih banyak interupsi. Maklum, Ibu dan Ayah pengennya banyak. Ya saya juga sih, hehe.

Tiba hari H, sekitar jam 6 pagi diadakan kenduri atau doa bersama, dengan mengundang tetangga dan kerabat terdekat. Lalu sekitar jam 8 pagi, keluarga dari mempelai pria datang ke rumah. Agendanya: melamar untuk menikah. Lalu, jam 9 langsung akad nikah. Jam 1 siang resepsi, berakhir jam 3 sore. Sudah. Itu saja.

Saya hanya akan ganti baju 2 kali. Yaitu saat akad nikah dan resepsi. Usai resepsi, kami kembali ke rumah. Untuk leyeh-leyeh, bersantai-santai melepas lelah.

Acara sengaja dibikin seharian. Kasihan sama keluarga di Solo yang harus berlelah-lelah di perjalanan. Jadinya sekalian aja dirampungkan seharian. Beres.

Prediksi kami, sepertinya enggak akan diadakan acara di Solo. Ya termasuk acara ngunduh mantu, sepertinya enggak ada. Lah ya gimana, enggak ada yang request, hehe.

Ini sih baru ide satu arah dari kami. Entah kalau nanti bertemu dan berdiskusi dengan keluarga mempelai. Ya semoga enggak jauh-jauh dari rencana ini. Sebab, kami pun mempertimbangkan yang terbaik untuk kedua keluarga.

Mulai Mencicil Untuk Berpikir, Menabung dan Merencanakan

Persiapan pernikahan ini umumnya 3 bulan sebelum hari H. Alangkah lebih baik bila jauh-jauh hari dipikirkan. Soalnya ribet eeeh. Apalagi banyak maunya, haha.

Ya kami sama-sama berat memikirkan ini. Memikirkan duitnya, dengan keadaan banyak hal yang ingin diwujudkan. Kalau dari keluarga kami, Inshaa Allah ada Ibu dan Ayah yang akan berjuang.

Sementara dari keluarga si Mas, Inshaa Allah si Mas berjuang juga. Wuah kalau si Mas ya berjuang banget lah. Saya harap, Bapaknya si Mas juga nyumbang. Meski sedikit, sangat membantu.

Saya juga inginnya ikut berjuang, namun apa daya lomba blog belum menang-menang eee. Ya semoga setelah ini akan sering menang. Aamiin aamiin aamiin… Buat modal nikah, hehe.

Saat ini, saya dan Ibu sedang mereka-reka, memprediksi berapa anggaran yang dibutuhkan, mau pake WO yang mana, kateringnya siapa, hantarannya bagaimana, dsb. Banyak sih hal yang kami lakukan.

Kalau sekarang ini, saya sedang rekap pricelist paket pernikahan dari salon-salon yang ada di Lumajang. Untuk kemudian dibandingkan dan dipilih. Lagi cari-cari juga hantaran atau seserahan yang sekiranya enggak memberatkan si Mas.

Tentu saja, hal paling urgent yang harus kami siapkan adalah menabung. Saya juga, Inshaa Allah memperjuangkannya. Semoga diberi kemudahan dalam mencapainya. Aamiin.

Wassalamualaikum wr wb 💕

Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

2 komentar

  1. Semoga dilancrkan segalanya ya dek, aamiin ya rabb. ikut bahagiaa bacanya 🙏🤗

    BalasHapus
  2. Kandani ning halaman sebelah omah wae og.. Murmer.. hoho

    BalasHapus

Posting Komentar