Bongkar Fobia

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb



Sebenarnya cukup malas membahas fobia ini, karena menyampaikan fobia sama seperti membongkar aib sendiri. Khawatir, ntar malah dikerjain abis-abisan sama orang-orang terdekat. Padahal kan orang fobia itu harus dilindungi dan dilestarikan di taman nasional Ujung Kulon.

Sejujurnya, sejak lama saya tidak menyadari bahwa ternyata saya memiliki fobia. Jalan malam-malam magrib atau dini hari, saya sanggupi meski ndredeg-ndredeg dikit. Menghadapi hewan-hewan yang kata orang menjijikkan seperti kecoak, kadal, tikus, dll. Ya saya nggak akan jerit-jerit ketakutan, yang ada malah kebingungan dan nggak tega mau membunuhnya. Ada beberapa artis yang fobia kancing, badut, sisingaan, karet gelang, dll. Bagi saya hal itu cukup aneh dan saya memandangnya cukup sinis karena saya merasa bahwa saya tidak memiliki fobia terhadap apapun.


Ternyata, setelah saya pikir-pikir, saya punya sebuah fobia yang tidak saya sadari, ya karena saya tetap nekat untuk menaklukkan fobia saya apabila terpaksa. Saya memiliki fobia terhadap kolam renang atau aktivitas renang. Memalukan ya, hahaha. Ntar kalau ada banjir, nggak tahulah saya mau gimana, hehe.

Saat TK SD, orang tua terkadang mengajak saya main ke sungai, mandi-mandi di sana saat hari Minggu. Sejuk banget. Lucu juga lihat Ayah renang kecil-kecilan sembari mengenang masa kecilnya. Di sungai yang dangkal banget, ya saya mana mungkin berenang. Juga, saya berani karena sungainya dangkal banget.

Berbeda lagi ketika masuk SMP, renang adalah salah satu hal wajib yang dikuasai saat itu. Saya, tidak bisa. Entahlah. Saya tidak tahu teorinya atau memang tidak paham bagaimana seharusnya saya melakukan aktivitas renang.

Saya kesal, kenapa saya tidak bisa renang. Nyemplung ya nyemplung. Disuruh renang, paling lama dua detik. Ada kekhawatiran yang sangat ketika saya menutup mata, menutup hidung, menutup telinga, lalu menggerakkan tangan dan kaki, di tempat yang bukan habitat saya yaitu air. Sebenarnya bukan panik, tapi bingung. Bingung, seharusnya saya melakukan apa. Syaraf-syaraf otak saya tidak bisa menyingkronkan hal itu.

Disuruh lari-lari kecil pemanasan mengelilingi area kolam renang, saya ndredegnya minta ampun. Tapi saya masih tetap berjuang. Minimal saya mau nyemplung lalu renang sebisanya meski nggak sampai-sampai ke tempat tujuan. Masih saya perjuangkan.

Ada teknik apaaa gitu, yang disuruh menyelam tapi startnya di luar arena. Semua siswa wajib melakukan itu. Saya ketakutan untuk menceburkan diri. Saya lebih rela didorong oleh teman saya supaya saya bisa benar-benar tercebut untuk menyelam.

Ketika masuk SMA, tantangan lebih sulit lagi. Lebih dalam lagi. Masih saya perjuangkan. Guru saya tahu bahwa saya nggak bisa renang, tapi saya masih terus berjuang. Panik ya panik, tapi saya harus menaklukkan ketakutan saya. Saya bisa menaklukkannya, menjadikannya enjoy, meskipun saya berenang tidak sebaik teman-teman. Haduuuuuh, pokoknya kalau mau renang, saya parno banget. Ingin rasanya lekas-lekas kuliah karena sudah tidak ada lagi olahraga.

Saat kuliah, Alhamdulillah tidak ada lagi mata kuliah olahraga, saya senang, akhirnya saya nggak perlu renang. Eh njilalah, lah kok teman-teman mengajak saya renang. Ya saya sih oke-oke aja, nggak mempersiapkan apa-apa, cukup menjadi ojek mereka. Teman-teman mengajak saya untuk turun renang, tapi saya berkilah apalah itu, saya sudah lupa. Intinya, saya sukses untuk tidak renang bersama teman-teman. Saya membahagiakan diri dengan cara memotret teman-teman yang sedang renang.

Duh gilaaaaa, ampun dah kalau mau renang lagi. Saat itu, saya masih belum menyadari bahwa saya fobia air. Saya baru menyadari hal itu ketika seminggu lalu, lebih tepatnya ketika teman saya menuntut untuk menceritakan fobia saya.

Mau mau aja sih saya diajak renang, tapi yaaa, nggak bisa maksimal siiih, hehehe

Wassalammualaikum wr wb

Related Posts

Posting Komentar