Cerita Lebaran 2018: Ke Blitar (Part 3 of 3)

Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb 

Ini adalah catatan terakhir tentang cerita lebaran saya. Catatan sebelumnya boleh baca di catatan sebelumnya di Part 1 (tentang keriuhan lebaran hari pertama), dan Part 2 (tentang serunya terima tamu dan nglencer).


Ke Blitar (Lebaran Hari Ke-5, 6)

Enggak afdol rasanya kalau lebaran belum main ke Blitar. Pengennya sih ngajak Fatim sekalian, tapi sayangnya Fatim lagi flu, khawatir rewel. Jadinya yang berangkat hanya bertujuh, yaitu saya, Adek, Ibu, Ayah, Pakde Joko, Bude Kis, dan Mbak Angel.

Kalau bertujuh gini, saya kira cukup 1 mobil saja. Tapi Bude Kis minta pakai 2 mobil. Duh kan mubazir. Lagipula saya agak kurang nyaman kalau melakukan perjalanan jauh pakai mobilnya Ayah. Lagu-lagunya itu loh, membosankan. Juga, kalau mobil isinya 4 orang, ya kurang rame.

Maka, saya meminta untuk pakai mobilnya Pakde Joko aja, soalnya harum, hehe. Yaa meski resiko pakai 1 mobil adalah duduk empet-empetan. Sebabnya jelas, karena barangnya banyak banget. Ya gimana enggak banyak barang bawaannya, lahwong sama-sama bawa dua bantal, satu guling, dan satu selimut. Belum bajunya dan bontotannya. Yaweslah dinikmati saja 💃💃

Perjalanan Lumajan-Blitar, kurang lebih memakan waktu 5-6 jam. Saya nih, harap-harap cemas kalau perjalanan jauh seperti ini. Khawatir mabuk.

Jam 11 siang, saya sudah mulai pusing. Wes mulai mblenger. Saya meminta untuk turun dan istirahat. Pakde Joko langsung menurunkan kami di masjid besar pinggir jalan, khawatir saya mabuk di mobil.

Sesampainya di masjid, saya buru-buru ke toilet. Perut mules-mules, tapi pas jongkok di kamar mandi, eee enggak ada yang keluar. Jadinya cuma cuci muka sama goler-goler di teras masjid.

Setelah saya merasa cukup istirahat, kami berangkat lagi. Tapi sekitar 15 menit kemudian, saya meminta berhenti lagi, untuk singgah ke Indomaret. Mau jajan. Pengen minuman yang seger. Saya dapat minuman adem sari yang sueger banget, yaitu Adem Sari Ching Ku. Rasanya kayak Sprite gitu, tapi enggak terasa sodanya. Lumayan banget, mampu menahan perut saya yang mual-mual.

Siang hari, sekitar jam setengah satu, saatnya kami beristirahat untuk Salat Duhur dan makan siang. Biasanya kami mampir di Karang Kates, namun semenjak 3 tahun terakhir ini kami mampirnya di Pom bensin Selorejo yang ada masjidnya serta ada rest areanya. Tempatnya nyamaaan banget. Rekom banget deh pokoknya.

pom-bensin-malang
Pom bensin Selorejo, dilihat dari taman
pom-bensin-malang
Taman yang ada di Pom Bensin Selorejo. Lupa enggak foto rest areanya, hehe

Sesampainya di sana, lagi, saya cari-cari toilet. Namun, hasilnya tetap sama. Nihil. Makin galaulah saya. Isi di perut ini harus dikeluarin, tapi enggak mau keluar. Yaaa gimana 😅

Yaweslah, lanjut salat dan makan siang. Ini menu makan siangnya...

bontotan

Kami tiba di rumah Blitar jam 2 siang. Alhamdulillah, sudah sampai. Seperti yang sudah-sudah, setiap kali kami datang ke rumah Bude Endang, selalu ada objek rumah yang diperbarui. Lalu untuk tahun ini, yang diperbarui adalah garasi, yang diperpanjang supaya muat dua mobil tamu. Tapi kali ini kami hanya bawa 1 mobil 😅

Saya berencana untuk sekalian mampir ke wisata Kampung Cokelat. Rencananya, kalau Ayah dan Pakde Joko enggak mau nyetir, ya saya ajak Shohib aja, toh Shohib bisa nyetir. 

Pengennya sih cuma ngajak Adek sama Mbak Angel aja. Lah kok ternyata Bude Endang, Bude Kis, dan Ibu pengen ikutan juga. Yaweslah ayo. 

Jadilah jam 3 kami diobrak-obrak untuk segera berangkat. Saya yang mau pup, eee malah enggak jadi deh, tertahan demi keberangkatan ke Kampung Cokelat.

Shohib niiih, kalau nyetir... cepet-cepetan. Ya wajar sih, saat itu sudah jam 3 sore, sementara Kampung Cokelatnya akan tutup jam 4 sore. Jaraknya juga agak jauh. Maka wajar kalau Shohib agak ngebut. Tapi ya gitu, ngebutnya nyaris-nyaris mulu.

Wisata Kampung Cokelat ini rame banget. Menjadi limpahan rejeki bagi penduduk lokal. Tapi hmm Kampung Cokelat ini tidak seindah yang kami bayangkan. Masih bagus Puslit Kopi Kakao di Jember.

kampung-coklat
Malah cenderung kayak foodcourt sih. Tanahnya udah ditutup sama lantai bata. Atasnya udah dikasih penutup, enggak dapat cahaya matahari langsung. Juga banyak banget bangku-bangku yang penuh. Suasananya juga rame banget.

kampung-coklat
Shohib, saya, Ibu, Bude Endang, Bude Kis, Mbak Angel, Adek Fitrah
kampung-coklat
Tuh kan perut saya buncit. Keras juga itu. Saya paling galau urusan perut
Malam harinya, seperti biasa... kami silaturahim ke rumah Mbak Las. Mbak Las ini anaknya Bude Endang, yang sama-sama udah nikah selepas SD. Makanya sekarang Mbak Las sudah punya anak yang seumuran dengan saya, yaitu Nurul.

Kabarnya, bulan Syawal ini Nurul akan melangsungkan pernikahan. Alhamdulillah. Senangnya... Tapi ya gitu,  disalip sama keponakan sendiri, rasanya gimanaaa gitu 😅

Belum lagi, kalau Nurul udah hamil, punya anak, nah si anak itu bakalan manggil saya "Mbah". Duh laaaah 😆

Keesokan paginya, kami sudah harus bersiap kembali ke Lumajang. Seperti biasa, untuk perbekalan pulang ke Lumajang, kami sendiri yang menyiapkan bekalnya, karena Bude Endang sudah berangkat ke pasar.

Di dapur, ada Ibu, Bude Kis dan saya yang berkutat untuk menyiapkan sarapan dan perbekalan pulang. Menu yang diolah cuma sebatas telur, mie dan tahu. Bikin mie goreng, telur goreng, tahu goreng, darhu (dadar tahu), darmi (dadar mie). Juga tentu ada sayur lalapannya, biar bergizi.

Kami baru siap untuk pulang pukul 7 pagi. Kami hanya berpamitan kepada Pakde Tihar dan Shohib. Sementara, Bude Endang sedang berjualan di pasar.

Maka, seperti biasa kami mampir dulu ke Pasar Garum. Kami berpamitan kepada beliau di lapaknya. Setelahnya, melipir juga ke lapaknya Mbak Las dan Nurul yang juga berjualan di tempat yang sama.

Kami enggak ngobrol banyak di sana. Hanya berbasa-basi, lalu langsung pamit pulang. Supaya sampai Lumajangnya enggak sore-sore banget.

Seperti biasa, bila dalam perjalanan jauh dan naik mobil, saya pusing dan mual. Di Dampit, saya minta turun mampir ke Indomaret lagi. Saya membeli Adem Sari Ching-Ku. Beli 2, satu untuk diminum di tempat, sementara satunya lagi untuk amunisi di dalam mobil.

Saat saya membeli minuman, eee saudara-saudara pada makan bakso. Sementara saya… sedang enggak kuat dengan baunya. Saya menjauh saja lah. Menuntaskan rasa pusing dan mual.

Setengah jam berlalu, kami melanjutkan perjalanan pulang. Namun kali ini ada yang berbeda. Piketnol berkabut.

Kabutnya cukup tebal. Kabutnya membuat pandangan di depan mobil tidak begitu terlihat. Pepohonan samar-samar terlihat. Saya merasa seperti sedang berada di dalam film horror. Yang ada pepohonan dengan kabut-kabutan itu loooh. Hahaha.

Karena kabut yang cukup tebal, juga jarak pandang yang pendek, membuat kami berhati-hati. 15 menit kami merasakan sensasi kabut tebal. Setelah sampai Piketnol bawah, kabut sudah tidak ada lagi. Sudah cerah.

Kami sampai di Lumajang pukul 2 siang. Tapi enggak langsung pulang ke rumah, melainkan ke rumah Mbah Uti di Tempeh. Sambil berharap, Mbah Uti sudah menyiapkan sayur kelor untuk menyambut kedatangan kami.

Eee ternyata sayur kelor belum disiapkan. Ya sudah lah, masak dulu sebentar. Ibu masak di dapur, ditemani Bude Mi. Sementara saya main sama Fatim. Iya, Fatim tiba-tiba datang ke Tempeh.

Saya main lari-larian keliling rumah sama Fatim. Fatim sih ketawa-ketawa senang. Saking senangnya, Fatim sampai mandi keringat. Hahaha.

kakek-dan-cucu
Fatim sedang dipangku Ayah. Ayah mirip Tatan ya, lucu.
kakak-adik-pake-rok
Saya bersama Fatim, yang mendadak krudungnya kelihatan poninya.

Sekitar jam 3 sore, kami bergegas pulang. Namun seperti biasa, Fatim merengek-rengek minta pulang bersama kami. Padahal Ayah-Mamanya ada dan mengajaknya pulang juga. Tapi Fatim maunya pulang bersama kami naik mobil. Ya sudahlah. Biarlah Fatim meramaikan mobil kami 👶


kakak-adik-naik-mobil


Nah, perjalanan kami pulang ke rumah, bersama Fatim, merupakan sebuah perjalanan yang mengakhiri cerita lebaran kami tahun ini. Seru sih, semuanya berkesan. Apalagi tercatat rapi di blog. Ya semoga lain waktu, kalau kangen dengan cerita lebaran yang lalu, bisa intip catatan di blog ini, hehehe.

Begitulah cerita lebaran saya. Saking berkesannya, sampai bikin 3 part. Hahaha.

Terima kasih sudah membaca sampai akhir

Wassalammualaikum wr wb 💕
Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

24 komentar

  1. Hahaha udah sampai part 3, gua baca bagian terakhir nya yah hehe, kampung cokelat nya keren hene

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, gak popoo 😂😂

      Kampung coklatnya hmmm biasa aja sih sebenarnya 😅

      Hapus
  2. Balasan
    1. 😂😂
      Pom bensin legendaris khas lebaran ikuu

      Hapus
  3. keren tuh pom bensin, tempat mainnya luas, perasaan belum pernah mampir pom bensin kayak gini

    BalasHapus
  4. Selalu worth it sama keluarga yang kalo jalan-jalan bawa bekal dari rumah. Bagus aja sih daripada jajan di luar yang belom tentu enak dan bikin kenyang , mahal pula.

    BalasHapus
  5. Emang enak kali ya, pas perjalanan jauh bawa bantal dan guling haha. Dan abis baca ini jd kepingin ngicipin adem sari lagi, soalnya udah lama ga beli huehe.

    BalasHapus
  6. Bahagianya yang bisa silaturahmi dengan keluarga saat lebaran. Saya kangen masa2 kyk gtu hehe, Sayangnya saat ini blm bisa, levbarannya diganti menunggu liburan yg lain :D
    Btw itu bekelnya manteb kak Ros :D

    BalasHapus
  7. Meskipun empet-empetan dalem satu mobil, tapi seru juga bisa pergi bareng keluarga ya, Mbak.
    Apalagi ada acara makan sama-sama, menunya asik untuk makan bareng...

    BalasHapus
  8. iya, di foto nya gemukan kak Ros.. bahagia artinya bukan soal makan juga hihi

    BalasHapus
  9. Kalau lebaran itu mah emang kurng afdol kalau nggak pergi-pergi silaturahm, seru ya perjalanan silaturahimnya,penuh cerita

    BalasHapus
  10. Aku lebaran kemarin gak banyak keluar. Ada tugas negara sih, hahaha

    Btw, kalau perjalanan panjang itu walau mampir toilet dan kebelet rasa2nya sering gak keluar hajatnya. Makanya sering tuh kalo pergi2 gak makan byk biar perut aman jaya

    BalasHapus
  11. wahhh serunya mba bisa liburan bareng keluarga ke Blitar.. naik 1 mobil malah lebih seru mba karena bisa ngobrol dan bercanda satu sama lain, tapi ya memang jadi empet2 an hehehee.. itu makanan yang dibawa enak-enak mba.. kayak masakan ibu saya

    BalasHapus
  12. Roos...
    Ku selalu menantikan kisah keluargamu yang sru dan kompak.

    Masa-masa ini bagiku sudah berlalu bertahun-tahun lalu...
    Saat mudik bersama kedua orangtua dan mas.

    Sekarang,
    Masa mudikku tergantikan dengan keluarga kecilku yang gak kalah seru.

    Tapi...
    Kangen sama manja-manjaan sama Bapak rahimahullah dan Ibu.

    BalasHapus
  13. Moment paling seru itu emang bareng keluarga. Aku juga tiap tahun mengusahakan untuk mudik.. btw itu makanannya buanyak amat.. Ada sambal goreng kentang ati ya kayaknya

    BalasHapus
  14. cerita lebarannya panjang dan seru sepertinya. ngumpul ama keluarga dan bisa bertandang menjalin silaturahim. Ngga sekalian idul adha juga nih? hehehe

    BalasHapus
  15. Saya juga paling senang menuliskan cerita perjalanan bersama keluarga. Pasti sangat mengesankan ya kak ros. Tapi sayang ya kak ros selama perjalanan terganggu dg urusan perut dan mabuk perjalanan.

    BalasHapus
  16. Saya juga paling senang menuliskan cerita perjalanan bersama keluarga. Pasti sangat mengesankan ya kak ros. Tapi sayang ya kak ros selama perjalanan terganggu dg urusan perut dan mabuk perjalanan.

    BalasHapus
  17. Saya juga paling senang menuliskan cerita perjalanan bersama keluarga. Pasti sangat mengesankan ya kak ros. Tapi sayang ya kak ros selama perjalanan terganggu dg urusan perut dan mabuk perjalanan.

    BalasHapus
  18. Suasana begini ini yang dirindukan saat lebaran, kumpul sama keluarga besar. Dan pasti aja ada cerita yang lucu hehehe

    BalasHapus
  19. Pengalaman lebaran yang penuh kesan. Tapi, aku langsung baca part 3. Jadi kepoin juga deh part 1 dan 2 😅

    BalasHapus
  20. Selalu ada ceeita seru kalau mudik lebatan bsreng keluarga besar begini ya mbak, berkesan banget meskipun capek hehe

    BalasHapus

Posting Komentar