Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati di B29 Lumajang

Konten [Tampil]
Assalamualaikum wr wb

Lumajang, merupakan sebuah kota kecil yang terkenal akan keasriannya, keteduhannya, dan kesejukannya. Di salah satu sudut kota Lumajang, yaitu Senduro yang terletak di kaki bukit Gunung Semeru terdapat ikon wisata bernama B29. 

Wisata tersebut berada di lereng pertanian yang tumbuh subur dengan ketinggian 2900 mdpl. Para wisatawan dapat melihat hamparan pertanian hortikultura yang asri dan dapat menyaksikan pemandangan Gunung Bromo. 

Awan-awan seringkali turun menyelimuti lereng. Maka tak heran, jika orang-orang juga menyebutnya Negeri di Atas Awan. 

b29-lumajang-ekosistem-dan-keanekaragaman-hayati

Ekosistem di B29 Lumajang

Di kawasan wisata B29 tersebut, tentu tak lepas dari interaksi antar mahluk hidup dan mahluk tak hidup yang membentuk suatu jaringan simbiosis untuk saling melengkapi. 

Interaksi antar keduanya tersebut dinamakan ekosistem. Ekosistem di B29 Lumajang sangatlah beragam dan cenderung hampir mirip dengan ekosistem agro, lebih tepatnya ekosistem agrowisata. 

Seiring berjalannya waktu dan teriring beragam kepentingan manusia, maka banyak perubahan yang terjadi dalam ekosistem di B29 Lumajang. 

B29 Lumajang memiliki ekosistem yang unik karena menempati suatu kawasan perbukitan tertinggi yang sudah melebihi batas vetegasi. 

Dari B29 tampa awan-awan yang tingginya sejajar dengan orang yang berdiri di B29, maka tak heran bahwa orang-orang terkadang menyebutnya dengan negeri di atas awan. Kawasan B29 merupakan kawasan berbukit yang pada lerengnya ditanami beragam sayuran.

Keanekaragaman Hayati di B29 Lumajang

B29 merupakan sebuah kawasan yang di dalamnya terdapat komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan berkesinambungan serupa ekosistem, sehingga kawasan tersebut dapat disebut sebagai ekosistem B29.  

Sebagaimana ekosistem pada umumnya, ia memiliki prinsip-prinsip dasar yang menjadikannya suatu ekosistem yang utuh, antara lain terdapat keanekaragaman hayati, saling keterikatan dan ketergantungan, keteraturan dan keseimbangan yang dinamis, harmonisasi dan stabilitas, serta adanya manfaat dan produktifitas.

Komponen Biotik dan Abiotik di B29 Lumajang

Pada ekosistem B29 terdapat beragam komponen yang digolongkan menjadi komponen abiotik dan komponen biotik. 

Komponen abiotik pada B29 antara lain cahaya matahari, udara, tanah, air, mineral, unsur-unsur kimiawi, dll. 

Sementara komponen biotik yang terdapat di B29 antara lain manusia, tumbuhan (pohon, kembang kol, bawang daun, wortel, strawberry, dll) serta hewan (cacing, capung, belalang, kupu-kupu, dll), dekomposer, dan detritivor.

Organisme di B29 Lumajang

Di ekosistem B29, organisme dalam komunitas berkembang secara bersama-sama dengan lingkungan fisiknya, yaitu lahan pertanian dan lahan wisata. 

Organisme tersebut beradaptasi dengan lingkungan fisik dan sebaliknya organisme tersebut juga dapat memengaruhi lingkungan fisik yang digunakan untuk keperluan hidup. 

Saling Keterikatan dan Ketergantungan

Organisme hidup dan komponen abiotik tersebut saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi adalah interaksi antara sesama komponen biotik, interaksi antara sesama komponen abiotik, dan juga interaksi antara komponen abiotik dan biotik. 

Ada rasa saling keterikatan dan saling ketergantungan antara keduanya.

Interaksi antara sesama komponen biotik, bisa dicontohkan seperti jaring-jaring makanan. Padi atau tanaman yang ada di lahan pertanian merupakan produsen yang menjadi sumber makanan utama bagi konsumen. 

Padi atau tanaman lainnya seperti kembang kol, daung bawang, dll dapat dimakan oleh ulat. Kemudian bisa jadi ulat akan dimakan oleh ayam ataupun burung pemakan serangga. Setelahnya burung pemakan serangga dan ayam juga akan dimakan ular. Lalu ular akan dimakan elang, dan begitu seterusnya.
Setelah tahap jaring-jaring makanan sudah sampai pada tahap konsumen tingkat tinggi seperti ular dan elang, maka konsumen tingkat tinggi tersebut akan mati dan dimakan oleh detritivor. 

Detritivor adalah organisme yang mengkonsumsi hewan atau tumbuhan yang telah mati dan membusuk. Contoh detritivor adalah rayap, beberapa kumbang pemakan bangkai, kelabang, kutu kayu, dll. 

Setelahnya, dekomposer akan menguraikan bahan organik yang berasal dari organimse mati. Pengurai atau dekomposer menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. 

Yang tergolong pengurai adalah bakteri, jamur dan mikroba-mikroba pengurai.

Interaksi Komponen Biotik dan Abiotik

Interaksi antara komponen abiotik dan biotik juga terjadi di ekosistem B29 Lumajang. Contohnya adalah tanaman bawang daun yang membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesi. 

Bawang daun juga membutuhkan udara sekitar untuk bernafas. Selain itu bawang daun juga membutuhkan tanah untuk tumbuh. 

Selain itu juga ada interaksi antara sesama komponen abiotik yang terjadi di ekosistem B29 Lumajang. Contohnya adalah cahaya matahari pagi dapat menembus air sungai irigasi sehingga dapat memberi sumber makanan bagi produsen-produsen di dalam sungai seperti fitoplankton. 

Itulah contoh interaksi antara komponen-komponen abiotik-biotik di ekosistem B29 Lumajang, yang juga menunjukkan keragaman komponen penyusun ekosistem.

Keteraturan dan Keseimbangan yang Dinamis

Ekosistem terbentuk dari komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. 

Keteraturan itu terjadi oleh arus materi dan energi antar komponen dalam sistem. Selama masing-masing komponen tersebut melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, maka keteraturan ekosistem itupun terjadga.

Keteraturan ekosistem menunjukkan ekosistem tersebut ada dalam suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis (Mangunjaya dkk, 2017:23). 

Ia selalu berubah-ubah, kadang besar, kadang kecil. Perubahan tersebut dapat terjadi secara alamiah atau akibat perbuatan manusia. 

Ekosistem mempunyai keteraturan dan keseimbangan yang dinamis, yang bertujuan untuk memelihara diri sendiri, mengatur diri sendiri, serta mengadakan keseimbangan kembali. 

Oleh karena itu dalam sistem kehidupan ada kecenderungan untuk melawan perubahan atau usaha agar berada dalam suatu keseimbangan (homeostatis). Homeostatis ini merupakan kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.

Kondisi Ekosistem di B29 Lumajang

Kondisi ekosistem dalam keseimbangan di B29 Lumajang mempunai arti bahwa ekosistem itu telah mantap atau telah mencapai klimaks, sehingga ekosistem mepunya daya tahan yang besar untuk menghadapi berbagai gangguan yang menimpanya. 

Saat ini ekosistem di B29 Lumajang tidak mengeluarkan daya lentingnya karena ekosistem di B29 masih terjaga. Kendatipun apabila suatu hari kawasan di B29 rusak, maka ekosistem B29 akan memaksimalkan daya lentingnya supaya ekosistem pulih kembali. 

Namun pada umumnya batas mekanisme keseimbangan dinamis masih dapat ditembus oleh kegiatan manusia yang serakah.

Harmonisasi dan Stabilitas

Harmonisasi dan stabilitas di B29 Lumajang dapat terwujud dalam banyak hal, salah satunya adalah berjalannya fungsi rantai makanan. Di dalam rantai makanan terdapat aliran energi yang dapat menghidupkan ekosistem. 
Sumber energi utama di B29 terdapat pada cahaya matahari. Cahaya matahari masuk ke dalam ekosistem melalui produsen, yaitu tumbuhan. Tumbuhan membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. 

Dari proses fotosintesis, dihasilkan energi kimia sebagai bentuk perubahan dari energi cahaya matahari. Selanjutnya energi kimia tersebut mengalir di dalam ekosistem melalui berbagai tingkatan konsumen dalam rantai makanan, yakni konsumen primer, sekunder dan tersier. 

Energi kimia dalam masing-masing tingkatan konsumen digunakan untuk berbagai kegiatan mahluk hidup seperti bergerak, tumbuh, berkembangbiak, dsb. Jadi, di dalam ekosistem selain terjadi peristiwa saling memakan, terjadi pula aliran energi yang sangat bermanfaat antar komponen.

Demikianlah komponen-komponen ekosistem terikat antara satu sama lain, yakni kehidupan yang satu membutuhkan kehidupan lain. Hal ini menunjukkan adanya keharmonisan antar komponen penyusun ekosistem B29. 

Namun apabila salah satu komponen terganggung, maka komponen lain juga akan mengalami kerusakan. Sedangkan apabila ekosistem dapat lestari, maka penghuninya pun juga akan lestari sehingga kehidupan menjadi harmonis.


Manfaat dan Produktivitas

Ekosistem B29 Lumajang telah memberikan beragam manfaat bagi lingkungan sekitar yang bertempat tinggal di dalamnya atau yang hanya singgah sebentar. 

Komponen-komponen yang ada pada B29 Lumajang memberi banyak manfaat bagi mahluk hidup di lingkungannya, serta bagi manusia yang memanfaatkannya dan menjaganya. Manfaat dan produktivitas yang dirasakan, dapat digolongkan dalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan sektor pariwisata.

Sektor Pertanian di B29 Lumajang

Sektor pertanian memberikan multifungsi bagi kehidupan manusia. 

Lahan pertanian di ekosistem B29 Lumajang dapat menyediakan berbagai kebutuhan manusia akan oksigen, air, pangan, sandang, papan, keamanan, pekerjaan, sosial politik, industri, pekerjaan, kesehatan, serta pariwisata dan lingkungan hidup. 

Lahan pertanian di B29 Lumajang merupakan lahan besar yang dapat menyediakan oksigen karena di dalamnya terdapat banyak pepohonan dan tanaman yang tumbuh subur. 

Oksigen, walaupun secara teknis dapat diproduksi oleh manusia dan dimasukkan ke dalam tabung, namun kemasannya sangatlah tidak praktis. 

Yang paling praktis tentunya adalah yang tersedia bebas di udara. Oksigen bebas tersebut dihasilkan oleh tumbuhan sebagai produk dari kegiatan fotosintesis. 
Tumbuhan, terutama pohon-pohon besar yang tumbuh di pegunungan, terlibat secara langsung dalam siklus hidrologi. 

Hujan yang turun di atas pegunungan akan ditangkap airnya oleh perakaran pohon-pohon, kemudian menyimpannya di dalam tanah dan kemudian dikeluarkan melalui mata air yang jernih di kaki pegunungan. 

Jika pohon-pohon di B29 Lumajang ditebang yang menjadikan bukit gundul, maka air tidak terserap dan akan menyebabkan erosi dan banjir lumpur yang sering menyengsarakan manusia.

Setelah oksigen dan air, kebutuhan manusia terpenting berikutnya adalah makanan. Sampai sejauh ini, pangan masih disediakan oleh pertanian, salah satunya dari desa yang berada pada kawasan ekosistem B29 Lumajang. 

Teknologi modern yang ada sekarang pun belum dapat membuat makanan sintesis, sehingga untuk kebutuhan pangannya, manusia masih mengandalkan produk-produk pertanian.

Produk kegiatan pertanian merupakan barang-barang bernilai ekonomis yang dapat diperjualbelikan sehingga kegiatan pertanian bukan saja sebagai suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, tetapi juga dapat merupakan pekerjaan untuk mendapatkan nafkah. 

Dari proses produksinya (bibit, benih, pupuk dan sarana peralatan lainnya), pemeliharaan, permanenan, pengolahan, pengepakan, pemasaran, pembiayaan, dll melibatkan berbagai jenis usaha dan pekerjan, dan telah menjadi mata pencaharian berjuta-juta orang di seluruh dunia.

Lahan pertanian dan pemandangan indah yang ada di B29 Lumajang, merupakan obyek pariwisata yang sedang diagung-agungkan oleh masyarakat Lumajang saat ini. 

Setiap akhir pekan, apalagi saat liburan, B29 Lumajang yang sejuk, teduh dan menenangkan, selalui dipenuhi oleh orang-orang yang datang untuk berlibur dan menenangkan diri.  

Hanya dengan menyediakan alam yang asri dan indah, pemasukan dari sektor pariwisata sudah memberikan kontribusi yang banyak kepada pemerintah daerah dan warga setempat, serta memberikan nilai terhadap ekosistem itu sendiri.

Wassalamualaikum wr wb
Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

Posting Komentar