Clue Gagal (Lagi) - Baleriano Chapter 37

Konten [Tampil]
naskah-novel-baleriano

“Begini, Ra,” Radit mulai membicarakan tentang rencana barunya. “Gue kan mau meresmikan restoran baru gue. Nama restorannya adalah Ayam Romantis. Gue menjual makanan berbahan dasar ayam yang diolah menjadi berbagai jenis makanan. Dan gue pengen restoran gue nantinya menjadi tempat romantis bagi para muda-mudi yang sedang dilanda asmara.

Nah, untuk mengiringi mereka-mereka yang hatinya sedang berbunga-bunga, gue menyiapkan hal-hal romantis buat mereka. Seperti dekorasi ruangan, penyajian makanannya, pemusiknya maupun karyawannya yang sudah diatur seromantis mungkin. Pokoknya semuanya serba romantis deh. Jadi, mereka bakalan sering-sering datang ke restoran gue,” cerita Radit dengan penuh semangat.


“Lalu, apa hubungannya denganku?”

“Begini, Ra. Bulan depan gue mau meresmikan Ayam Romantis. Nah, acara peresmiannya berlangsung sangat meriah. Gue mengundang beberapa artis untuk mengisi musik. Dan gue juga pengen ada yang menari pada acara peresmian restoran gue. Nah, gue pengen elo jadi balerinanya,” kata Radit dengan penuh semangat.

Aku berpikir sejenak. Memangnya Radit tahu darimana kalau aku seorang balerina?

“Kamu tahu darimana kalau aku bisa menari balet?” cecarku.

“Gue melihat dengan mata kepala gue sendiri kalo elo sedang menari balet di pesta pernikahannya Om Danang dan tarian lo sangat indah. Ya kan?”

Iya juga ya, aku baru ingat kalau aku pernah menari balet di pesta pernikahannya Om Danang beberapa tahun lalu.

“Gimana? Elo mau kan jadi balerina di acara gue?”

“Pianisnya siapa?” tanyaku.

Aku berharap Davin yang menjadi pianisnya. Dan aku berharap Radit menyebut nama Davin untuk menjawab pertanyaanku.

“Gue punya pianis hebat. Sekarang dia sedang menjadi salah satu additional keyboardist di band Peppermint. Lo tahu band Peppermint kan?”

“Tahu... Yang personilnya sekarang 4 kan? Gara-gara ada 2 personilnya cabut dari band tersebut?” tebakku.

“Betul. Selama band Peppermint itu mengalami kekosongan pada bagian keyboard dan bass, nah pianis andalan gue mengisi posisi keyboard pada band Peppermint. Bisa membayangkan?’

“Membayangkan apa?” tanyaku bingung.

“Membayangkan betapa hebatnya pianis yang akan mengiringi lo menari balet. Saking hebatnya, dia sampai direkrut menjadi additional keyboardist di band Peppermint, sebuah band fenomenal di Indonesia yang sedang digandrungi para kawula muda saat ini. Meski dia cuma pemain tambahan, tapi labelnya adalah band Peppermint, sebuah band papan atas yang paling banyak penggemarnya. Gimana? Tertarik dengan tawaran gue?”

Aku pun mengiyai penawaran dari Radit yang penuh semangat memintaku untuk mengisi acaranya.

“Oh ya, tapi pianisnya bisa ikut gladi kotor dan gladi bersih, kan?” tanyaku pada Radit untuk memastikan bahwa aku bisa bekerja sama dengan pianisnya untuk mengisi acara dengan baik dan terencana, agar hasilnya maksimal.

“Gladi kotor dan gladi bersih? Buat apa, Ra?” sahut Radit meledek. “Nggak ada gladi, Ra. Ini kan cuma acara peresmian sebuah restoran. Lagipula, dia kan anak Peppermint, dia pasti sibuk ikut tour dengan bandnya. Apalagi dia dan bandnya akan meluncurkan sebuah album baru dan dia akan menjadi personil tetap band Peppermint yang juga sedang sibuk menyiapkan nama band baru untuk menggantikan nama Peppermint. Lagipula, gue sebagai pemilik restoran juga sibuk, Ra, nggak punya banyak waktu untuk mengadakan gladi. Lo tenang aja, Ra, dia pianis hebat kok, dia pasti bisa mengimbangi elo yang jago balet.”

Aku pun hanya bisa pasrah. Sepertinya sejak dulu aku memang tidak pernah dipertemukan dengan calon pianis yang akan mengiringiku menari balet. Ah, sial. Mana bisa maksimal kalo kayak gini?

“Dit,” panggilku.

“Apa?”

“Davin dimana?” tanyaku tiba-tiba. Aku masih ingin tahu dimana Davin berada.

Tiba-tiba Davin mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia mengangkat ponselnya dan mendekatkannya pada telinga kanannya.

“Ya? Ada apa?” tanya Radit.

Rupanya ia sedang menerima telepon. Tapi kenapa ponselnya nggak berbunyi kalau ada telepon masuk?

“Jadwalnya kan nanti malam... Loh? Kok diundur sih?.... Kalo diundur bakalan bentrok sama jadwal manggung lainnya... Siapa sih yang minta diundur?... Orang mana?... Dia sekarang ada di studio?... Suruh dia stand by di studio, gue mau kesana, biar gue sendiri yang bicara sama orangnya.”

Radit pun menutup telepon genggamnya.

“Ra, sorry ya, gue cabut dulu. Ada orang gila yang tiba-tiba ngerusak jadwal band gue.”

Gagal deh buat nanya tentang Davin.
***

Cinta itu tempatnya di hati dan tandanya di tingkah
– Pengisah -

Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

Posting Komentar