Tepar Semua, Dirawat Suami yang Perhatian Banget

Konten [Tampil]

Assalamualaikum wr wb

Beberapa hari yang lalu, kami tepar semua. Saat omicron melanda negeri kita, orang-orang pada mengeluh demam, nggreges, dan lainnya. Namun orang-orang sudah tidak panik dan menganggapnya biasa. Saya kira, keluarga kami tidak akan mengalami hal itu, eh ternyata mengalami juga.

Pengalaman Terkena Omicron

Akhir bulan Februari, ada acara peringatan 1 tahun meninggalnya mbah uti. Saat itu, Bude Kis demam, tapi tetap beraktivitas seperti biasanya. 

Malam sebelumnya, suami saya, Mas Angga, tepar euy. Dia menggigil kedinginan. Tepar di kasur. Tapi saya nggak bisa berbuat apa-apa karena masih mengurus acara tahlilan ini. Tapi Inshaa Allah suami kuat kok. Dia los nggak rewel.

sakit dirawat suami

Kemudian saya balik ke Solo lebih cepat daripada rencana semula. Saya pulang ke Solo dengan menaiki bus. Awalnya badan saya baik-baik saja. Tapi setibanya di Terminal Tirtonadi subuh-subuh, eh saya bersin-bersin. Lah tumben, padahal biasanya enggak. Kemudian saya dijemput suami yang Alhamdulillah sudah membaik.

Setibanya di rumah Karanganyar, awalnya saya baik-baik saja. Membereskan ini itu, lalu tidur lagi dengan suami. Kemudian bangun lagi untuk beres-beres. Sekitar jam 11, kok saya tepar. Tubuh mendadak menggigil dan saya stres berat.

Pengalaman Dirawat Suami Saat Sakit

Akhirnya saya tiduran di kasur, pakai selimut. Selimutnya kurang, biasanya 2. Lalu suami mengambilkan selimut. Ngasih obat, air minum, dan lainnya. Dikit-dikit tanya keadaan. Persis Ibu banget wes. 

Bahkan, saya sampai salah manggil, "Ibuuuu eh Yaaaaang". Suami mengira saya ngelindur, padahal salah sebut, saking perlakuannya mirip Ibu.

Ya saya tetap seperti biasanya kalau sakit: rewel. Dikit-dikit panggil-panggil suami. Ditengok doang, atau dijawab sahutan saya, itu sudah membuat saya cukup tenang.

Sakit pun, saya tetap sholat. Meski kurang khusyuk, setidaknya saya sudah berusaha.

Malam harinya, saya sadar bahwa saya harus makan. Maka saya minta sate ayam madura. Wuiiih, suami membawakan sate ayam madura yang asli, bukan sate ayam ala Solo. Rasanya beda cuy.

Saya makan cuma 1 tusuk. Entah kenapa. Takut muntah. Kalau nggak enak badan, biasanya nggak enak makan. Jadilah suami yang menghabiskan semuanya.

Usai makan, saya langsung tertidur pulas. Nggak bangun-bangun. Kemudian sudah mulai merasa nyaman dengan badan yang kembali membaik.

Alhamdulillah, pagi harinya Inshaa Allah saya sudah pulih. Dahak membandel sudah keluar, tapi sepertinya belum semuanya. Namun saya sudah bisa beraktivitas kembali. Hanya ada serak-serak sedikit.

Hal yang saya syukuri banget adalah suami bisa dan pandai merawat saya. Alhamdulillah perhatian, nanya, menemani, dan lainnya. Ya karena kita tahu kan, ada suami yang bingung harus bertindak apa ketika istrinya sedang sakit. Ada yang panik juga, hingga membiarkan.

Namun Alhamdulillah, Allah memberikan saya pasangan yang baik, perhatian, dan mampu merawat saya sebaik ini. Alhamdulillah.

Ayah dan Ibu Bergantian Sakit

Usai saya sakit, eh gantian Ayah yang sakit. Mungkin karena kelelahan PP (Pulang Pergi) Candipuro - Lumajang. Harusnya orang seusia itu sudah banyak istirahat di rumah, tidak perlu repot-repot membangun bisnis yang belum jelas, apalagi di lokasi yang jauh.

Maksud saya, cukuplah Ayah membantu Ibu jaga toko di rumah. Ngobrol. Merawat rumah dan toko bersama-sama. Inshaa Allah Ayah dan Ibu akan dilindungi oleh Allah SWT.

Hari itu, Ayah tepar. Demam. Menggigil. Jadilah Ibu merawat Ayah. Apalagi Ayah tuh kalau sakit, minta ditemenin. Rewel eh, kayak saya, haha. 

2 hari kemudian, Alhamdulillah Ayah pulih. Eh malah Ibu yang tepar. Waaa saya bingung kalau Ibu yang sakit. Kalau Ibu sakit tuh, saya bingung banget. Pucat banget Ibu. Nggak mau makan.

Diminta tidur di kamar, Ibu nggak bakalan mau. Maunya tidur di toko sambil jaga toko, jadi Ibu tuh nggak bisa benar-benar fokus menyembuhkan diri sendiri.

Ibu saat telpon, bahkan sampai nangis. Kenapa kok dirinya sakit, kenapa nggak sembuh-sembuh. Kasian banget. Karena Ibu kalau sakit, khawatir nggak bisa fokus beraktivitas. 

Saat Ibu sakit, Ayah nggak pandai merawat Ibu. Ayah nggak tahu harus berbuat apa, malah bingung, "Terus aku kudu yak opo?" Loh! Ya dikasih air, ditawari obat, ditawari makanan yang disuka, diselimutin, dan lainnya.

Beberapa hari kemudian, Alhamdulillah Ibu sembuh. Tapi ya gitu, Ibu masih nggak enak makan. Kayak malas banget Ibu makan. Nggak mood makan.

Namun Alhamdulillah, sejak 1 pekan yang lalu, Ibu udah enak makannya. Mau makan ini, mau makan itu. Alhamdulillah. Makan yang banyak ya Ibuu, sehat-sehat selalu. Aamiin.

Kesimpulan

Ya, itulah salah satu pengalaman tentang sakit dari sekian kali sakit selama hidup. Ada hal-hal yang perlu disyukuri, dinikmati, dan dipelajari.

Semoga kita dan keluarga tetap sehat-sehat ya teman-teman.

Wassalamualaikum wr wb

Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

1 komentar

  1. hampir merata ya kemarin, di Malang juga sama banyak yang sakit flu , atau greges, tapi cuma sehari dua hari dah sembuh. Tapi ada teen satu minggu baru sembuh sih

    BalasHapus

Posting Komentar