Fabolous Euodea

14 komentar
Konten [Tampil]
Ya Allah... kenapa muncul 3 jerawat di dahiku... haduuuuuuuh...

Oke, kali ini aku akan bercerita mengenai temanku. Kemaren, temanku ulang tahun. Ultahnya sih tanggal 21 Juli lalu, tapi baru dirayain kemaren sore, yaa telat seminggu nggak pa-pa lah, yang penting partynya, hehehe.
Acaranya dilaksanakan di restoran PB (Pondok Bambu), lebih tepatnya di rumahnya sendiri, karena orang tuanya adalah pemilik resto PB tersebut.          

Dia terlahir dalam keluarga berada. Dan dia seorang nonis, alias non islam. Aku nggak hafal dia katolik atau protestan, yang aku tau dia beragama kristen.  Tetapi dia bukan keturunan orang China. Temen-temen bilang sih keturunan Jawa, tapi kok nggak ada jawa-jawanya ya? Mungkin campuran... Si Maya bilang "Papanya itu islam pakistan..."
Oalaaaaaaaah... pantesan mirip orang Pakistan. Yaelah, kenapa aku baru tau sekarang, lah dari dulu aku ngapain aja kok sampai nggak tau?!

Saat aku tau bahwa aku juga diundang ke rumahnya, aku sempet mikir juga. Dia sebagai nonis, merayakan party sweet 17 nya saat bertepatan dengan bulan Ramadhan. Aku sih berpositif thinking saja, pastinya dia akan menyiapkan takjil untuk aku dan temen-temen yang sedang menjalankan ibadah puasa. Tetapi, yang nggak aku bisa bayangkan adalah pastinya dia akan memotong kue tar di hadapan kami yang sedang krucuk-krucuk dan kami akan ngiler saat melihatnya. Ah, enggaklah, aku dan temen-temen nggak selebay itu.

Di undangan tertulis bahwa acaranya dimulai 15.30. Tetapi itupun aku baru berangkat ke rumahnya Ilfi, bukan ke PB. Rencananya sih ngumpul dulu di rumahnya Ilfi buat berangkat bareng. Setelah satu jam lamanya, sekitar 15 orang telah berkumpul di rumahnya Ilfi dan langsung cabut ke PB.

Setibanya di PB... wew, rame banget... meriah euy acaranya. Jangankan acaranya, tempat parkirnya aja rame. Lalu aku dan temen-temen masuk ke dalam PB. Ada banyak orang yang diundang, sekitar 150 orang. Yaa cukup banyak untuk ukuran anak SMA yang merayakan sweet seventeen di kota kecil seperti Lumajang.

Selama setengah jam, kami menunggu kehadiran sang bintang... Nggak berapa lama kemudian, sosok yang menjadi number one saat ini telah hadir....

Wew, cantik banget... Cantiiiiiiik banget. Pada dasarnya emang cantik... apalagi sekarang yaa tambah cantik...

Temen-temen pada teriak... "Regina.... Regina... Regina... Regina..."

Ya, aku sependapat. Dia emang mirip Regina. Aku aja sampai pangling melihatnya...
"Mari kita sambut... Euodea Putri Trijovanda..."
Ye....!!!

Acarapun dimulai. Dea mengundang  MC yang biasanya menjadi penyiar radio yang notabenenya adalah adhek kelas. Dea juga mengundang Putri Almira, seorang best singer sebagai pengisi acara. Dea juga mengundang band Monday Is Doomsday yang telah berhasil meluncurkan 2 single.

Tak lupa papanya juga memberikan sambutan sepatah banyak kata dari tuan rumah. Kita tahu bahwa mereka beragama nonis, tapi aku sangat menyukai mereka karena mereka juga menghargai kami yang sedang menjalankan ibada puasa. Nah, aku sukanya begini, seperti keluarganya Dea yang tidak membeda-bedakan agama alias netral.

Dug dug dug. Adzan maghrib mulai terdengar. Saat itu MID sedang beraksi. Aku melihat Mamanya Dea dan rupanya beliau berkata "udah buka ya?" Wuah, perhatian banget sih Mam... Lalu Mamanya menyuruh teman-teman untuk menikmati takjil yang telah disiapkan.

Keluarganya Dea juga menyiapkan tempat sholat untuk kami, jadi kami bisa sholat berjamaah. Setelah sholat, kita langsung menyantap makanan yang telah dihidangkan.

Saat itu aku berpikir, perbedaan agama bukanlah menjadi masalah. Di sekolahku, semua agama itu berbaur menjadi satu. Kita berteman dengan siapa saja tanpa pandang keyakinan. Malah kita cenderung akrab dengan mereka dan mereka juga merasa asyik dan betah dengan kami yang bertindak netral. 

Pada ulang tahunnya Dea, Dea yang sebagai nonis merayakan ultahnya pada bulan ramadhan. Keluarga mereka nggak egois. Mereka malah perhatian kepada kita dengan menyiapkan takjil dan tempat sholat bagi kami. Wew, so sweet ya keluarga mereka, tidak peduli beragama apa temannya Dea.

Aku dan teman-teman memang care sama Dea soalnya Dea itu orangnya supel dan asyik diajak bicara. Saat aku dan teman-teman berkumpul untuk bermain atau sekedar sharing, kami tidak pernah membahas agama, karena kami cenderung cuek dengan perbedaan agama.

Saat aku baru saja selesai sholat dan meletakkan mukenahku ke dalam bagasi motor, tiba-tiba Demsy nanya
"Ros, nang sekolah?"
"Opo'o?"
"Awakmu teraweh ndek sekolah a?"
"Ndek ndi-ndio kenek. Opo'o?"
"Nebeng yo nang sekolah?"
"Iyo"

Eh, nggak berapa lama kemudian Widdy menghampri aku dan nanya,
"Cha, aku nebeng kamu ya?"
"Loh Wid, wes kedisikan Demsy... Bukannya kamu sama Erina?"
"Iyoo... tapi aku nggak ngerti Erina mulih.e kapan. Aduuuh..."

Wuah, tau gitu aku nebengin kamu Wid daripada Demsy. Tapi udah keduluan Demsy, masa' iya aku batalkan, lihat wajahnya Demsy aja melas...

Ohya, aku mengalihkan topik ini bukan semata-mata ada apa-apa, tapi karena ada satu insiden di akhir cerita.

18.30 aku langsung pamit pulang ke Dea dan keluarganya. Kan mau sholat tarawih di sekolah...

Saat itu aku nggak pake helm, helmku dipake Demsy. Motornya Demsy dijual dan dia ambil fixie. Ya, sepeda fixie. Dan dia pergi ke PB dengan jalan kaki. Dan dia nggak nemu tebengan untuk ke sekolah, walhasil aku deh yang jadi objek tebengannya.

Sesampainya di sekolah, langsung parkir sepeda motor. Kontaknya dipegang Demsy dan aku minta tolong buat bukakan bagasi soalnya aku  mau ngambil mukenah. Mukenahpun aku ambil, bagasi langsung aku tutup dan Demsy langsung cabut. Dan di sinilah sebuah insiden terjadi.

Aku pun sholat tarawih bareng temen-temen. Setelah sholat tarawih, saat perjalanan menuju tempat parkir, aku berpikir, apa Demsy mau nebeng lagi ya? Kalo Demsy nebeng, pastinya dia akan minta berhenti di rumahnya yang ada di deket PB dan pastinya jalan ke rumah Demsy lebih jauh daripada jalan ke rumahku. Bukan nggak ikhlas atau apa,  tapi bensinku habis. Ini aja penunjuk bensinnya udah berada di bawah warna merah sejak dua hari yang lalu. Apalagi aku nggak bawa dompet, nggak bawa duit, nggak bawa STNK dan nggak punya SIM. Haduuuuh tragis banget.

Nggak berapa lama kemudian...
"Ros, suwun yo tebengane. Aku mulih nebeng Dimas."
"Iyo."
Dia langsung balik badan.
Eh, serius?
"Woi Dem, kontakku endi?"
"Ndek awakmu ngunu... "
LOH? SERIUS?! SENG NGGENAH DEM...
Aku langsung serrrrrr... rasa-rasanya ada petir menyambarku dan sepertinya jantungku langsung copot.
Aku pun langsung mengarahkan tanganku ke tempat membuka bagasi dan ternyata di sanalah kontakku menggantung.

Ya Allah... aku langsung lega seketika. Ternyata kontakku masih ada dan untungnya nggak ada maling yang mengetahui keberadaan kontakku yang menggantung dengan manis di sepeda motorku.
Ya Allah... semua kejadian berlangsung begitu cepat dan berakhir dengan cepat...
Duuuuuuuuuuuuuuuuuuh....
Lupakan sudah... hanya sebuah cerita kok.

Ohya, sekali lagi aku mengucapkan
"HAPPY SWEET SEVENTEEN FOR FABOLOUS EUODEA..."



Related Posts

14 komentar

  1. rata2 temen2ku beragama non muslim karena aku sekolahnya di sekolah swasta khatolik tapi Alhamdulillah mereka2 org yg hebat yg menghargai agama saya. tiap jam 12 pasti sy diingatin untuk shlt. jika sdng puasa pasti mrka bela2in ngk istrht makan ato ngk makan dgn ngk didepan sy tapi ditmpt laen.

    intinya perbedaan itu akan terasa indah kalo kita bisa sama2 slg menghargai :)

    BalasHapus
  2. iya sejuk banget rasanya kalo solidaritas dan toleransi dibudayakan. salut untuk keluarganya euodea. simpatik sekali.

    BalasHapus
  3. hehehehe sabar ya? saya mampir buat baca2 ya sis

    BalasHapus
  4. hehe, jerawat bikin gaswas ya :D
    iya yah, cantik temennya :D

    BalasHapus
  5. happy bday buat temannya ya Ocha

    BalasHapus
  6. iya, itulah indonesia, bhinneka tunggal ika. Di daerah saya juga kyak gitu, hindu, budda, kristen, dan islam berbaur jadi satu. Kita saling mengerti disini, sehingga tak ada permusuhan.
    Bersyukur ada di Indonesia dan bersyukur perbedaan malah menjadi tali persahabatan,,, :)

    BalasHapus
  7. syukurlah kalau temenannya netral, dan motornya selamat :)

    BalasHapus
  8. kontak e si ngantung ngono loh.. moso nuduh nuduh wong liyo rek, ga oleh iku...

    heheh, kangen aku ambe logat suroboyone rek. jek 'n aku poo nek dulin yo.. je aku ngae maneh logat suroboyo ku. ok

    BalasHapus
  9. nice pos kak, tp boleh kritik sedikit?itu aku ga ngerti dialogue nya yang pake bahasa daerah, aku ga ngerti, kalo bisa ditranslate ya kak, salam kenal ^^

    BalasHapus
  10. perbedaan agama membuat hidup jadi lebih dinamis, dan kita dilatih untuk saling toleransi..(tentunya toleransi dalam batas tertentu).
    Dulu waktu masa sekolah (SMA sampe kuliah) sobat dekat saya malah banyaknya non muslim. But we are Oke! Lakum dinukum walyadin...

    BalasHapus
  11. Babelos... Babelos... Kenalin dong, Cha! Gak mau, ea... Ya, udah! Bagi nopenya juga gpp! ;-)

    BalasHapus
  12. Toleransi....? wah mantep banget deh, kalau persahabatan kita penuh toleransi antar agama.

    BalasHapus

Posting Komentar