100 Seragam dan Buku + Alat Tulis(2 of 2)

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb...

Pagi ini saya melanjutkan postingan yang kemarin.

Dengan hati yang gembira, kami lanjutkan perjalanan menuju SD yang kedua. Kami berdua tidak tahu SD mana yang harus kami datangi. Asal petualang aja, begitu pikir kami. Kemudian kami mendapati sebuah SD marginal yang berhak mendapat santunan ini, sayangnya libur. Kami pun lanjut mencari SD yang lain.
Sampai akhirnya kami tiba di SDN Sumber Lesung 3. Halaman sekolah ini tidak berpaving. Lantainyapun tidak berkeramik licin, hanya menggunakan ubin lama. Jumlah kelasnya ada 6 lokal. Cukup gersang siiih, hehe, kurang sejuk. Kami pun disambut oleh Ibu Kepala Sekolah yang baik hati. Kami masuk ke dalam sebuah ruangan berukuran 4 x 5 m. Ada kursi tamu dan meja tamu, kemudian ada 2 meja guru di sisi kanan. Di bagian belakang ruangan tersebut, ada meja kepala sekolah yang disekat oleh lemari. Nggak ada mewah-mewahnya sama sekali.

Ketika kami memberikan seragam dan buku tulis, Ibu Kepala Sekolah  mampu menggambarkan secara jelas kepada siapa bantuan ini diberikan. Rencananya, beliau akan melihat dan mencari-cari siswa yang seragamnya nggak ganti-ganti, begituuuu. Ide yang brilian!

Lanjut ke SD terakhir, yaitu SD Sumber Salak 2. Lokasinya berbatu, gronjal-gronjal, arahnya menuju Gunung Raung. Partner saya, Mas Holidi, sengaja menjadikan SD ini sebagai tujuan terakhir karena dia tahu tempatnya, sekalian lewat jalan pulang. Dia bilang, SD ini sangat layak diberi santunan. Tapi ketika sampai  lokasi, kesan saya ‘kok bagus ya?’. Halamannya sudah berpaving. Cat dinding kelasnya juga bagus. Ruang gurunya berkeramik. Hmmm… tapi kalau dilihat-lihat, kayaknya SD ini baru saja direnovasi. Soalnya kata Mas Holidi, dulu SDnya nggak kayak gini. Yaudah, nggak papa, disyukuri saja, berarti SD ini mengalami perubahan yang luar biasa. Alhamdulillah.
Kami disambut oleh Bapak Kepala Sekolah dengan tidak cukup ramah, hehe. Mungkin dikira kami sales-sales yang menawarkan LKS kali yaaa. Kemudian kami menyampaikan maksud kedatangan kami kesini. Eh, bapaknya masih aja nanya, “ini dijual atau bagaimana?”
Wuuuw, menohok ulu hati saya. Akhirnya dijelaskan oleh rekan saya secara jelas dan gamblang. Ternyata kepala sekolahnya agak koplak. Mungkin pertanyaan tadi yang menohok ulu hati saya adalah sebuah pertanyaan untuk meyakinkan tentang tujuan kami. Sepertinya memang masih jarang ada orang yang memberikan seragam dan alat tulis menulis secara cuma-cuma, sehingga masih dianggap aneh atau perlu ditanyakan lagi agar tidak salah duga.

Alhamdulillah, amanah dari pusat telah kami sampaikan dengan baik dan lancar. Semoga perjalanan yang kami tempuh menuju SD-SD marginal menjadi berkah tersendiri bagi kami. Semoga adik-adik yang nantinya akan mendapatkan seragam dan alat tulis menulis menjadi semakin semangat pergi sekolah untuk berproses meraih cita-citanya. Semoga guru-guru dan kepala sekolah juga lebih aktif dalam mengelola sekolah dan murid-muridnya.
Lelah baaaang, hayati lelah, padahal saya cuma dibonceng, duh ini kaki lelahnya nggak kuat. Apalagi yang nyetirin yaaa… Subhanallah…
Akhirulkalam… wassalamualaikum wr wb…

Related Posts

Posting Komentar