Berjiwa Kesatria

1 komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Saya sedih karena tidak berkesempatan untuk ikutan mencoblos pada Pilkada Jakarta. Hal ini dikarenakan hal sederhana, yaitu KTP saya bukan Jakarta, melainkan Lumajang. Ah, sedih ya.

Bagi saya yang sering disuguhi berita perpolitikan di televisi, menjadikan saya minimal mengetahui bahwa sedang ada seru-serunya pilkada di Jakarta, karena lawan yang siap saing dan saling unggul.
Beberapa pakar perpolitikan sudah memprediksi bahwa gubernur terpilih berinisial A. Tapi kita tidak tahu, cagub mana yang benar-benar akan mendapatkan amanah warbiyasah itu.

Huiii, cakepnya nambah ya >.< (Sumber gambar: https://lancercell.com/)
Pada postingan kali ini, saya akan membicarakan tentang satu sosok. Yang bagi saya adalah sosok hebat, yaitu Pak Agus. Dalam usia muda, ia berani mempertaruhkan profesinya sebagai tentara yang pangkat dan keilmuannya sudah tinggi setinggi-tingginya, namun rela dilepaskan demi memimpin rakyat Jakarta.


Cukup sedih sih, apabila kita mendengar celetukan bahwa Pak Agus menjadi cagub karena dorongan dari Peponya yang haus kekuasaan dan ingin mewariskan tahta dinasti politik kepada anak-anaknya. Aduhaaai, anak sepandai itu, anak sehebat itu, kenapa harus mengendalikan sesuatu yang bukan jati dirinya? (saya pandang begitu siiih). Mungkin alangkah elok jika suatu hari Pak Agus menjadi menteri pertahanan dan kemanan beberapa tahun lagi, bukan untuk profesi saat ini yang akan diampunya.

sumber gambar: https://m.tempo.co/read/news/2016/10/09/078810778/berkenalan-dengan-warga-agus-yudhoyono-lari-pagi-di-ragunan
Bertarung melawan 2 pasangan raksasa yang bisa kita sebut pakde-pakde, bukan merupakan hal yang mudah. Orang-orang menganggapnya belia, tapi saya menganggapnya bahwa ia seorang pemberani.

Posisi Pak Agus, saya anggap sulit sih. Entah apakah saya sanggup menjadi dirinya, yang dikandidatkan sebagai cagub padahal berlatarbelakang militer, kalau bukan untuk bakti kepada orang tua dan wujud cinta kepada nusa dan bangsa?

Hasil polling sementara melalui quick count sudah tersaji sejak pukul 1 siang kemarin. Meski belum dirilis jumlah resminya, tetapi kita semua dapat menyimpulkan bahwa selisih suaranya cukup jauh dengan para pakde tersebut.

Saya menanti-nanti kehadiran Pak Agus dalam menyampaikan sesuatu atau tanggapan mengenai hasil quick count terkait dirinya. Salut, beliau berani turun jalan, lalu menyampaikan bahwa ia menerima kekalahan tersebut. Kemudian mengucapkan kata "terima kasih" kepada semua pihak yang telah mendukungnya. Tak hanya itu, beliau juga langsung menelpon pakde-pakde untuk mengucapkan selamat.

Bagi saya, tindakannya merupakan tindakan seorang kesatria. Tapi tak seharusnya beliau mengatakan bahwa ia menerima kekalahan tersebut secara kesatria. Karena tanpa Pak Agus berucap pun, kami sudah memandangnya demikian. 

Beliau telah ikhlas, berlapang dada, dan berjiwa kesatria (sumber gambar: http://www.riaupos.co/141566-berita-agus-akui-kekalahan-dengan-kesatria.html)
Pilgub Jakarta dan sosok yang telah berlapang dada menerima kekalahan merupakan salah satu cerminan baik bagi daerah-daerah lain, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pesta demokrasi yang seru, yang adem ayem dengan riuh kriuk-kriuk membuat Indonesia menjadi negara demokrasi terseruuuuuuu....

Saya, yang memang tidak berKTP Jakarta, turut serta berdoa semoga Jakarta yang akan tergagas menjadi kota megapolitan, memiliki gubernur yang baik, bijaksana, gak kenal KKN, ramah, santun, merakyat dan mampu membuat warganya menjadi bahagia. Doa yang sama, saya panjatkan untuk setiap daerah di bumi nusantara ini. Aamiin...

Wassalammualaikum wr wb 


Related Posts

1 komentar

  1. jujur, saya cukup kecewa dengan langkah AHY yg tiba2 aja banting setir, eman banget
    tapi yah itu hak dia juga mbak, demokrasi kan?
    cuma, begitu ada meme-meme kalo dia mau nyalon di Jawa Timur wah saya bakal mencak2, kampanye hitam dulu ah hihihi

    BalasHapus

Posting Komentar