Menghadiahi Diri Sendiri

20 komentar
Konten [Tampil]

Assalammualaikum wr wb

Malam ini, saya akan pergi menemui seseorang yang telah lama ingin saya temui. Sudah 40 hari lamanya, kami tidak berjumpa. Dulu, sebenarnya saya ingin sekali mengantarkannya, apa daya masih ada tanggungan yang harus saya selesaikan dulu. Lalu berpasrah, entah kapan saya bisa menemuinya lagi.

Saya masih ingat, sore itu, saya sedang mengadakan kegiatan buku puasa bersama adik-adik binaan Unej Mengajar di Jenggawah. Dalam keadaan yang cukup riweuh saat itu, tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk ke handphone saya. Ternyata Ibu. Saya cukup lama tidak memberi kabar yang sekedar say hay kepada Ibu (sekitar lima harian lah). Namun telepon itu tidak sempat saya angkat.

Lalu, segera saya telpon balik. Seperti biasa, kami bertukar cerita. Ketawa-ketiwi karena masing-masing aktivitas kami yang bikin gemas, gregetan, dan sebagainya. Lalu sampailah pada curahan hati yang harus disampaikan meskipun cukup menyayat hati, yaitu dari Ibu maupun dari saya.

Ibu bilang ke saya, ngasih tahu baik-baik, bahwa saya disarankan untuk tidak ikut mengantarkan Adek ke Tangerang. Rencananya, kami (Saya, Ibu, Ayah, Adek, Bude Sukis, Pakde Joko dan Mbak Angel) akan mengantarkan Adek pertama kalinya belajar di MAN Insan Cendekia Serpong, Tangerang Selatan. 7 orang dalam satu mobil itu cukup kok. Tapi…. Sebenarnya barang bawaan kami banyak banget. Untuk barang-barangnya Adek saja, kami menyiapkan satu koper besar, itupun masih nambah kardus untuk membawa buku-bukunya, perlengkapan bersih-bersih seperti sapu, ijuk, ember, dsb.

Saya sih sudah menyadari hal itu sejak lama. Sudah cukup faham bahwa harus ada yang mengalah, tentulah saya yang harus mengalah, mengikhlaskan secara perlahan. Jadi, ketika Ibu mengabarkan bahwa saya tidak bisa ikut berangkat mengantarkan Adek, maka saya sudah siap untuk berlapang dada, mencoba mengerti keadaan.

Namun Ibu menguatkan saya, menjanjikan saya sebuah izin. Bahwa saya diizinkan untuk menjenguk Adek di Tangerang setelah skripsi saya selesai. Benar-benar diizinkan walau saya harus berangkat sendirian dan itu adalah perjalanan jauh pertama saya.

Membahas skripsi, maka segera saya menyampaikan sesuatu terkait skripsi saya kepada Ibu. Lebih tepatnya mengabarkan perkiraan buruk perihal skripsi saya. Saya khawatir, ketar-ketir tentang skripsi dan masa studi saya. Masa studi ini terkait dengan pembayaran uang kuliah per semester. Jika pembahasannya adalah bayar membayar, pastilah itu adalah bahasan sensitif.

Saya sudah memasuki semester 8. Cukup 4 tahun saya seharusnya kuliah pada jenjang S1. Namun, di bulan Mei itu, saya masih belum sidang skripsi. Pun belum ada kepastian kapan kiranya saya mendapatkan ACC. ACC dari dua dosen saja belum saya dapatkan. Padahal 2 bulan lagi saya sudah harus segera lulus, supaya tidak membayar uang kuliah yang nantinya akan sia-sia.

Ibu yang mendengar perkiraan buruk saya tersebut, langsung menangis. Saat itu, keuangan sedang pelik. Ayah dan Ibu harus membiayai banyak hal. Uang gedungnya Adek sekitar 7 juta, uang kuliahnya Ayah sekitar 8 juga, juga uang kuliah saya 3 juta. Ambrol tabungan. Hanya satu cara untuk mengurangi kepelikan finansial tersebut, yaitu menyelesaikan studi untuk menyelamatkan uang kuliah saya yang 3 juta itu, supaya nggak berakhir sia-sia.

Saya minta maaf sebanyak-banyaknya ke Ibu, sembari berjanji bahwa saya akan memperjuangkan kelulusan saya sesegera mungkin supaya nggak perlu membayar uang kuliah lagi. Duh, saya merasa bersalah banget kepada Ibu. Menjadikan Ibu memiliki banyak pikiran. Duh.

Sebenarnya tak hanya uang saja yang saya permasalahkan, melainkan ada satu hal yang akan saya sesalkan apabila saya menjalani masa studi lebih dari 8 semester. Satu hal itu adalah pupusnya target saya untuk mendapatkan predikat summa cum laude atas prestasi saya saat kuliah.

Iyaa… saya harap-harap cemas untuk mendapatkan summa cum laude. Saat itu, IPK saya 3.50, benar-benar ngepas. Kalaupun saya lulusnya 3,5 tahun atau kurang dari 4 tahun, saya tidak mendapatkan predikat summa cum laude Karena syaratnya adalah lebih dari 3,50. Jelas saja, minimal 3,51 dan masa studi tidak lebih dari 4 tahun.

Apabila skripsi saya mendapatkan nilai A, maka saya akan mendapatkan IPK 3,52. Apabila saya diijinkan untuk sidang dan berproses lulusnya cepat, tidak kurang dari 4 tahun, maka dari kesemuanya itu akan mendapatkan predikat summa cum laude. Saya harap-harap cemas untuk itu.

Maka, saya bertekad untuk menyelesaikan skripsi yang tinggal sidang dan entry nilai saja. Setelahnya, saya akan berangkat ke Tangerang untuk menemui Adek. Iya, berkesempatan untuk datang ke Tangerang adalah hadiah dari saya untuk saya setelah saya berhasil menyelesaikan skripsi saya.

Menghadiahi diri sendiri itu perlu

Alhamdulillah… seiring berjalannya waktu… sesuai firasat kuat saya bahwa saya dan sebagian teman-teman akan diperjuangkan kelulusannya. Dapat ACC sidang dengan mudah, mengurus berkas cukup lancar, lalu mendapatkan jadwal sidang pada tanggal 25 Juli 2017, yaitu 6 hari menuju ketentuan lulus kuliah atau tidak, yang menentukan bahwa saya akan membayar uang kuliah lagi atau tidak.

Saya juga menguatkan sugesti terus menerus. Meyakinkan diri bahwa akan ada kebijakan khusus kepada mahasiswa yang sudah sidang, namun belum selesai revisi sidang dan entry nilai. Mahasiswa itu dinyatakan tidak membayar uang kuliah apabila dosen telah mengentry nilai skripsi. Dosen-dosen mempertimbangkan itu, mahasiswa sudah sidangnya, tinggal entry nilai, masa’ harus membayar uang kuliah. Kok tega banget.

Alhamdulillah kabar baik itu nyata adanya. Kami mendapatkan kesempatan untuk dientry dulu nilainya, lalu melanjutkan revisi supaya kami tidak membayar uang kuliah yang jelas-jelas akan terbuang percuma. Kabar baik itu langsung saya sampaikan ke Ibu dan sungguh membuat Ibu lega luar biasa.

Selang seminggu kemudian, saya diberi kabar oleh Ayah bahwa akan ada acara open house di sekolahnya Adek yang mengundang wali murid untuk datang menemui anak-anaknya setelah 40 hari dikarantina tanpa komunikasi sama sekali.

Uwaaaaw, ini merupakan kesempatan emas bagi saya. Ayah dengan mudah mengijinkan saya untuk berangkat. Sedangkan Ibu malah masih khawatir ketar-ketir. Padahal dulu sudah ngasih izin ke saya untuk berangkat. Bener deh, Ibu ketar-ketir nggak karuan. Tapi saya pede aja sih, karena saya yakin bahwa saya akan berangkat ke Tangerang untuk menemui Adek.

Alhamdulillah…. Izin dari Ibu sudah saya dapatkan. Nggak mudah mendapatkannya. Sungguh. Saya harus memberikan yang lebih, membuktikan bahwa saya benar-benar layak untuk berangkat.
Bagaimana caranya? Alhamdulillah… saya mendapatkan kesempatan mengerjakan job blogging sehingga mendapatkan fee kurang lebih 1,5 juta. Wuw, saya berhasil meyakinkan Ibu bahwa saya memang pantas menjenguk Adek, pun dengan menggunakan uang saya sendiri.

Duh bangganya… skripsi sudah… nggak membayar uang kuliah lagi… dapat gelar summa cum laude Inshaa Allah… eee berangkatnya pake duit sendiri…
Alhamdulillah…

Fa bi ayyi alaa irobbikumaa tukaddzibaan… Maka nikmat mana yang Engkau dustakan.

Gegara saya membiayai sendiri keberangkatan saya ke Tangerang, eh Ibu malah pengen berangkat juga menemui Adek. Hahaha. Iyaa, Ibu pengen nyobain naik pesawat.

Dan ternyata nggak hanya saya dan Ibu saja yang berangkat. Bundanya Reta, Bundanya Naufal, Ayahnya Naufal dan adik-adiknya Naufal juga ingin ikutan. Mereka juga ingin menjenguk anak mereka yang bersekolah di tempat yang sama dengan Adek. Alhamdulillah… rame-rame ke sananya… Aseeek…

By the way, sebenarnya saya cukup sebal sih sama orang-orang yang sukanya memilih weekend akhir bulan untuk mengadakan kegiatan. Ah elaaah... Iya, saya sudah ngerasain gimana susahnya ngatur waktu untuk kegiatan-kegiatan yang sukanya ngadain kegiatan di weekend akhir bulan.

Untuk acara Open House ini kan jelas ya, diadakan setelah 40 hari masa karantina berakhir, yaitu tanggal 26 Agustus yang kebetulan bertepatan dengan weekend di akhir bulan. Lah njilalah, lah kok dua komunitas saya mengadakan kegiatan di weekend akhir bulan, yaitu 27 Agustus 2017. Ya bingunglah saya harus gimana.

Yang jelas, saya akan tetap berangkat ke Tangerang untuk menghadiri Open House. Kalau saya berangkatnya sendirian aja sih, bisa lah ya ke Tangerang cuma tanggal 26 aja, berangkat subuh, pulang isya, kira-kira sampai Lumajang lagi jam 1 dini hari, lalu langsung ke Alun-Alun Lumajang untuk kegiatan Pameran Foto, kemudian jam 8 cus ke Jember untuk mengikuti acara Blogging Choaching Clinic yang pematerinya dari Blogger Perempuan. Begitulah agenda yang saya bayangkan untuk memuaskan hasrat dan nafsu diri.

Tapi apalah daya, Allah berkehendak lain untuk aktivitas-aktivitas saya. Saya ke Tangerang untuk dua hari, yaitu 26-27, yang berarti saya akan meninggalkan kegiatan besar di dua komunitas saya untuk memaksimalkan diri quality time bersama Adek tercinta.

Hmmm..... Okey...
Saya bersiap dulu ya untuk berangkat. Sebentar lagi, Ayahnya Reta bersama Bundanya Reta akan menjemput saya dan Ibu untuk berangkat bareng dari rumahnya Naufal.

Doakan perjalanan kami lancar yaa.... Doakan juga semoga kami selalu bahagia....

Wassalammualaikum wr wb

Related Posts

20 komentar

  1. SEMOGA perjalanannya lancar dan bahagia selalu. amin

    BalasHapus
  2. Saya juga senang menghadiahi diri sendiri, sebagai mood booster agar semangat menjalani hari-hari. Belanja online shop, me time seperti baca novel, dengerin musik sambil lying on the bed, atau bahkan melakukan skincare routine yg wanginya enak dan bikin rileks saja sudah Alhamdulillah banget rasanya

    BalasHapus
  3. Aamiin. Selamat berquality time dengan adik tercinta Kak Ros. Selamat atas pencapaiannya ya. Hebat...

    BalasHapus
  4. Berarti kemarin di Tanggerang dong ya.
    Berbaik sangka teruslah sama Allah, Rhos. Apa pun yang direncanakan Allah pasti ujungnya yang terbaik. Enggak mudah menjalaninya memang, tapi terus saja belajar.
    Peluk hangat dari Jakarta Timur.

    BalasHapus
  5. wah masyaAlloh senangnya mba bisa selesai sidang ke Tangerang pake uang sendiri mantaaappp :)
    semoga makin sakses y mba

    BalasHapus
  6. Paling bahagia memang menemui orang yang paling kita sayangi seperti adik kita ya. Moga adiknya selalu sehat.

    BalasHapus
  7. aku jadi ingat masa SMP dan SMA di asrama dulu kak Ros, senang banget waktu dikunjungi sama mama. si Adek pasti senang banget dikunjungi Kak Ros...

    BalasHapus
  8. Mba.. Aku ikut terharu baca kisahmu. Selamat ya atas predikatnya.. Proud of you

    BalasHapus
  9. Baca postingan ini, aku jadi ingat belum kasih hadiah buat diriku sendiri. Aku terharu

    BalasHapus
  10. Dulu saya lulus kuliah lebih dari 8 semester, tapi saat semester 7 saya sudah bekerja Kak Ros (hahaha alesyan ya kerjaan dijadikan alasan molor :p).

    Btw selamat ya atas kelulusannya semoga ilmunya barokah aamiin

    BalasHapus
  11. Pertemuan dengan keluarga dekat memang sangat membahagiakan ya... Setuju, bisa dibilang menghadiahi diri sendiri. Semoga pertemuannya menyenangkan dan keluarga sehat semua ya ...
    Oh iya, selamat juga untuk kelulusannnya.

    BalasHapus
  12. saya kadang juga menghadiahi diri sendiri ketika sudah berlelah lelah mengerjakan sesuatu atau sudah terlalu lama tidak menghadiahi diri sendiri.
    kadang sibuk ngurus orang lain , jd lupa untuk diri sendiri
    biasanya sy belanja, liburan atau pergi ke spa hehehe

    BalasHapus
  13. Selamak kak Ros atas Summa cum laudenya.

    Menghadiahi diri sendiri emang perlu dilakukan. Aku sering sih ngelakuin itu walaupun dengan hal-hal sederhana, tapi cukup buat asupan semangat dan kebahagiaan diri :)

    BalasHapus
  14. selamat yaaa yang sudah sidang skripsi. lucu juga sih menghadiahi untuk diri sendiri. Tapi, kayanya ada yang rindu dengan kangen ya bareng adiknya yang tinggal jauh di tanggerang

    BalasHapus
  15. Selamat Mbak... bahagia membacanya.
    Salah satu yang membantu percepatan adalah doa ibu. kebayang bagaimana perasaan beliau. Biasay kuliah bertiga begitu. Alhamdulillah, sugesti positif berbuah manis sekali.
    Seklai lagi selamat karena lulus cumlaud, bisa jalan-jalan ke Tanggerang pula.

    BalasHapus
  16. Salam kenal Kak Ros, ah...jadi keringat Ipin Upin..hi2


    Selamat ya... Allah paling tahu yang dibutuhkan hambanya.., semua diberi kemudahan..semoga dapat pekerjaan sesuai bidang dan minta ya..aamiin..

    BalasHapus
  17. Eh, ini yang kita bahas kemarin yaa, Rhoos..

    Barakallahu fiik atas kelulusannya.
    Semoga ilmunya bermanfaat luas dan menghadirkan keberkahan.


    Rhoos kereen banget.
    Summa cum laude dan bisa berpenghasilan.

    Aiih...
    Mantaap!

    BalasHapus
  18. Betapa indah dan gembiranya punya kelurga yang begitu saling mensuport. Begitu beratnya jadi orang tua ya ? semua demi anak-anaknya agar masa depannya cerah. Soal biaya, orangtua punya jalan tersendiri.

    BalasHapus
  19. Uwaaah senengnya ya mba :) . Bisa ketemu adek, dan skripsi selesai juga. Memang perlu kok sesekali kita menghadiahi diri sendiri. Bisa bikin semangat makin naik. Aku jg srg ngelakuin itu. Pasang target, dan kalo memang tercapai, beli sesuatu utk hadiah buat diri sendiri :)

    BalasHapus

Posting Komentar