Ini Hadiah dari Mimpi-Mimpi Saya - Perjalanan Pertama (1 of 3)

17 komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb
Menghadiahi diri sendiri itu perlu
Alhamdulillah... Beberapa waktu lalu, saya benar-benar menikmati kebahagiaan yang tiada tara. Ada rasa yang berbeda, gegap gempita, bahagia, tangis haru, dan kepuasan tersendiri kala saya menamatkan mimpi-mimpi itu. Aiiiih.... indahnya...


Perjuangan penuh drama itu, sudah pernah saya tulis di blog. Yang sudah membaca, pasti ingat kan betapa dramanya saya saat itu? Yang belum membaca, boleh lah atuh, baca sebentar sampai akhir, karena proses mendapatkan hadiahnya itu dramanya warbiyasah banget, tentunya versi saya ya.

Nah, kalau sekarang ini saya mau bercerita tentang hadiah dari mimpi-mimpi saya itu. Ceritanya panjaaaaang banget. Makanya saya bagi 3 part, hehehe. Yang pertama, tentang drama di perjalanan. Yang kedua, tentang drama haru biru saat bertemu siswa-siswi di MAN Insan Cendekia. Yang ketiga, tentang saya yang seharian jalan dan ngobrol bareng sama Adek. Inshaa Allah, postingan lanjutan akan saya terbitkan dalam 2-3 hari ke depan.

------
Sore itu, Jumat 25 Agustus 2017, saya dan Ibu sudah bersiap dengan perbekalan kami: satu tas ransel, dua tas selempang, dan satu koper. Tas ransel itu isinya baju-baju untuk saya dan Ibu selama di tempat tujuan. Sedangkan dua tas selempang itu untuk keperluan pribadi masing-masing yang akan sering banget dikeluarmasukkan.

Sebenarnya kami nggak butuh tas koper sih, lahwong kami menginapnya cuma semalam. Tapi yaaa.... koper yang kami bawa ini memang bukan berisi barang-barang kami, melainkan barang-barangnya Adek. Iyaa, ternyata Adek masih minta ini itu untuk melengkapi kebutuhannya belajar dan berkegiatan di sekolah dan asramanya.

Kami sudah membayang-bayangkan, berkhayal-khayal, bagaimanakah perjalanan kami di mobil, perjalanan kami di pesawat, keseruan acara open house nanti, dan bagaimanakah wujud Adek setelah 40 hari tak bertemu? Akankah semakin kurus atau bahkan semakin gendut? Aaaaah, bayangan-bayangan seperti itu saja sudah membahagiakan, apalagi jika sudah menjadi nyata. Aiiiih, indahnyaaa...

Pukul 9 malam, kami dijemput Om Jalil dan Tante Rofiah, orangtuanya Reta. Kami hanya berbincang sebentar di rumah. Kemudian kami lekas singgah terlebih dahulu di rumahnya Om Hidayat, ayahnya Noval.

Begini, kami berangkatnya nggak cuma berdua, melainkan dengan orang tua dari teman-temannya Adek yang juga bersekolah di MAN Insan Cendekia Serpong. Mereka adalah Reta dan Noval.
Orang tuanya Reta, yang berangkat hanya Ibunya saja. Sedangkan keluarganya Nouval, yang berangkat adalah Ayah Ibunya, beserta dua adiknya (yang satu SD kelas 5, yang satunya lagi masih berusia 4 bulan). Perjalanan jadi seru karena ada adik bayi, hihihi....

Dari 7 orang di antara kami, yang berpengalaman naik pesawat, hanyalah Om Hidayat, ayahnya Nouval. Urusan pesawat-pesawatan, kami serahkan semuanya kepada Om Hidayat. Kami pokoknya terima jadi, terima beres. Hahaha...

Sekitar pukul 10 malam, kami sudah bersiap meluncur ke Surabaya dengan menggunakan mobilnya Om Hidayat. Hawa dingin menusuk tubuh kami. Om Hidayat, yang malam itu juga kurang istirahat, sesekali menepikan mobilnya, untuk istirahat sebentar.

Jalanan Lumajang-Surabaya malam itu lengang sekali. Mobil bisa melaju kencang, tentunya dengan penuh kehati-hatian. Sekitar pukul 02.30 dini hari, kami sudah tiba di Bandara Juanda.

Saya dan Ibu, sama-sama celingukan melihat betapa agungnya bandara. Maklum, itulah pertama kalinya kami tahu bandara. Ah, ukuran Bandara Juanda juga tak seberapa besar dengan Bandara Soekarno Hatta, juga tak akan seberapa besar dengan bandara... hmmm dimana sih itu yang gede banget. Saya lupa 😂

Kami menunggu di bandara cukup lama, sekitar hampir dua jam. Pesawat baru berangkat pukul 5 pagi, tapi ya persiapannya sudah harus 2 jam sebelumnya sih.

Saya dan Ibu lihat kanan... lihat kiri... lihat depan... Ah, bagusnya interior bandara. Ah, cakepnya petugas-petugas bandara. Ah, betapa mahalnya barang-barang yang dijual. Ah, betapa noraknya kami, hahaha.

Pada suatu celingukan, tiba-tiba itu nyeletuk, "Ros, itu orang-orang jual pulsa tah?"

"Yang mana, Bu?"

"Itu... yang di depan..." katanya sambil menunjuk deretan counter pembelian dan check in bagasi pesawat.

Bukan, Bu 😅. Maklumlah jika Ibu mengira counter jual pulsa, soalnya di atasnya itu ada iklan smartphone yang terpasang cukup gede dan mentereng. Akhirnya, saya jelaskan sedikit tentang hal yang dimaksud Ibu, tentunya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna.


Karena ini pengalaman pertama kami naik pesawat, jadinya kami mengikuti apapun instruksi dari Om Jalil. 6 pasukan yang ngintil di belakangnya ini tidak tahu apa-apa, pokoknya ikut aja apapun yang disuruh. Tapi aktivitas-aktivitas yang dilakukan di bandara, sudah saya ingat dan rekam di otak saya. Iyaaa, saya mencium bau-bau naik pesawat lagi dalam waktu dekat, hahaha. Doakan saja yaa...

Ternyata capek ya... harus check in sampai tiga kali. Tapi pada check in yang ketiga, ternyata ada satu barang kami yang nggak lolos, yaitu koper. Tiba-tiba saja koper kami ditahan, ada apa?

Petugas meminta saya untuk membuka koper. Kata petugasnya, koper kami diindikasi membawa benda-benda tajam. Benda-benda tajam yang dimaksud adalah cutter dan gunting. Hahaha....

Yaelaaaah, ada-ada saja. Inipun, yang meminta dibawakan cutter dan gunting adalah Adek. Dia meminta supaya kami membawakannya perlengkapan tulis dari rumah.

Duh laaaaah, hampir aja Ibu disangka teroris gara-gara membawa benda tajam 😆

Setelah kejadian tak terlupakan itu, kami ketawa-ketiwi sembari menunggu keberangkatan menuju pesawat. Kami menunggu di boarding room.

Sekitar pukul setengah lima pagi, kami mulai berjalan menuju pesawat. Berjalan muter sana, muter sini, naik sana, naik sini, melewati lorong dan saya merasa sedang berada di film-film. Iya, kan ada tuh ya, adegan memasuki lorong-lorong saat detik-detik menuju pesawat. Hahaha...


Perihal tempat duduk, sebelumnya saya sudah mempelajarinya. Tujuannya: supaya nggak bingung di pesawat, supaya nggak memalukan saat di pesawat, hahaha.

Saya, Ibu, dan Tante Rofiah duduknya berdekatan, di nomor belasan. Sedangkan Om Hidayat sekeluarga agak menjauh dari kami, tapi mereka berdekatan.

Eeeeeh setibanya di pesawat, lah kok Ibu tiba-tiba duduk jauh dari saya dan Tante Rofiah. Sebentar sebentar, sepertinya ada yang salah. Ealah, ternyata Ibu baca tempat duduknya: salah. Hahaha... Seharusnya kan duduk bareng Tante Rofiah, lalu saya duduk di depannya. Ah Ibu, ada-ada aja.


Pagi itu, masih subuh. Awan masih merah-merah. Pemandangan dalam pesawat sangat cakep, sangat keren, sangat memukau, sangat Subhanallah...

Ayah mewanti-wanti saya agar bawa kresek, jaga diri supaya nggak mabuk atau muntah, hmmm. Saya pun juga mewanti-wanti diri dengan sadar. Pakai masker dan minum tolak angin. Baca doa banyak-banyak. Sesekali minum air putih, untuk menstabilkan tekanan dalam diri saya.

Perjalanan Surabaya-Jakarta hanya satu jam. Pada waktu yang singkat itu, saya pantang tidur, hahaha, supaya bisa puas menikmati pemandangan melalui jendela pesawat. Menenangkan sekali ya ketika bisa melihat sayap pesawat. Uwaaaw, seperti dalam mimpi. Hahaha...

Kami tiba pukul 6 pagi. Selepas turun dari pesawat, kami diantarkan ke bandara dengan menggunakan bis bandara yang minim tempat duduk. Jadilah kami berdiri dengan berpegangan erat pada gantungan di atap kereta, lalu berusaha menegakkan badan yang tak stabil kala bis ngepot ke sana kemari.

Untuk urusan penjemputan kami di bandara, juga sudah diatur oleh Om Hidayat. Ada rekan beliau yang bekerja jadi supir taksi online. Jadilah beliau mengantarkan kami ke MAN Insan Cendekia Serpong. Kami melihat sudut-sudut Tangerang-Jakarta yang aduhaaaai gede-gede banget gedungnya. Gedungnya tuh jarang banget yang cuma lantai satu, umumnya berlantai 2 sampai 3.

Kerenkah itu? Ah, bagi saya sih, enggak. Hahaha. Masih lebih keren Lumajang, yang asri dengan pepohonan sana-sini. Hehehe...

Sekitar pukul setengah delapan pagi, kami sudah tiba di bumi Serpong. Yeeeey. Saya sudah tiba di sekolahnya Adeeeeek 💃💃💃

Saya rindu Adek. Pengen ketemu Adek. Pengen tahu reaksinya Adek seperti apa karena saya nggak ngabarin kalau saya datang ke acara open housenya Adek, hihihi. Eh eh, cerita open housenya disambung pada postingan berikutnya ya. Inshaa Allah terbit 3 hari ke depan, hehehe.

Terima kasih sudah membaca...

Wassalammualaikum wr wb

Related Posts

17 komentar

  1. aku juga melakukan hal serupa saat pertama sekali naik pesawat kak Ross, mataku tertuju pada awan dan pemandangan di bawah sana. tapi sekarang kalau naik pesawat udah kayak naik mobil aja, hampir tiap bulan naik pesawat karena tugas pekerjaan

    BalasHapus
  2. Kalo kami mah kesan pertama naik pesawat kenalan sama pramugari.
    Sehingga gumpalan awan yg terlihat di jendela peswat tidk twrhiraukan dan lewat begitu saja.
    Hahaha, maklum laki kan sering gitu.
    Heheeheheh

    BalasHapus
  3. hihihi kok lucu sih, dikira jualan pisang. :D
    semoga perjalanannya menyenangkan meski banyak drama :D

    BalasHapus
  4. Ya ampun, kayanya asyik banget tuh sama Ibuk lagi, kocak tapi menyenangkan XD semoga abis baca ini aku juga keturutan naik pesawat perdana. Amin. Mimpi seperti ini gak papa kan ya? Nyahaha XD. Selamat bertemu dengan Adek :D

    BalasHapus
  5. Saya juga inget pertama kali naik pesawat itu pas pulang kampung ke Medan.. udah kuliah sih itu tapi namanya pertama rada ngeri.. apalagi pas posisi take off gitu rasanya kayak kebelet pipis mba hehehe...

    Dan masalah ketahan bandara, saya juga pernah merelakan pisau lipat ala anak² mapala untuk ditahan di bandara Soetta karena kelupaan ninggal di kost wkwkw

    BalasHapus
  6. Bawa cutter gak boleh ya. Duh itu aku banget yg nyimpan cutter, peniti, alat pemotong kuku di dompet atau tas. Aku blm pernah naik pesawat. Paling juga norak sih, hahaha. Tp mabuk apa gak kalau nanti di udara?! #IniPertanyaanBuatAku

    BalasHapus
  7. Seru banget perjalanan naek pesawatnya. Serius kak bawa kresek? tapi ngga sampe jackpot kan :)
    kalau benda benda tajam emang nga boleh sih, gunting kuku aja ditahan klo bawa ke dalam bagasi dalem pesawat. Tidak sabar menunggu part 2 dan 3. pasti seru banget nih

    BalasHapus
  8. jangan sampe bawa batu sama jimat pokoknya mbak hehe
    asyik emang naik pesawat tapi paling dredeg emang pas take off sama landing
    shalawat terus pokoknya

    BalasHapus
  9. Pas pertama kali naik pesawat itu aku ke Singapura. Biasa aja sih karena aku ikut rombongan kantor jadi gak terlalu kentara bingung wkwkwk malahan pas pesawat mau jalan lenganku dicakarin sama mbak sebelahku gegara dia takut. Atuhlah pengalaman pertama yang anu wahahaha

    Pas pulang ada yang lucu. Aku pakai jeans overall yang banyak kancing besi-besinya gitu kan, nah aku baru ngeh nanti bisa ketahan gegara bunyi-bunyi. Yaudah aku buru-buru ganti baju dulu hahaha

    Senang ya akhirnya ketemu lagi sama adek. Kumpul lagi deh~

    BalasHapus
  10. Aku jadi inget Ade yg saat ini sma + mondok di pesantren, kangen sm adiku, waktu itu pernah berkunjung sekali ke pondoknya alhmdulillah dia betah bersama teman barunya.
    Dtunggu cerita selanjutnya ya kak.

    BalasHapus
  11. Wah... asyiknya yang bisa jalan-jalan serombongan seperti itu. Pengalaman naik pesawat pertama kali,bisa dinikmati karena bisa berangkat beramai-ramai ya ..

    BalasHapus
  12. Asik jalan jalan nih. Saya juga blm pernah naik pesawat mba? Pastinya seru ya. Apalagi klo ketemu pramugarinya haha. Mantab pasti

    BalasHapus
  13. Juandaaaa....
    mendadak aku kangen Ibu dan semua keluargaku di Surabaya.

    Aku lebih seneng bandara di Bandung tapinya...hiihii....karena gak besar...jadi gak capek kalo jalan. Apalagi sama 2 anak yang aktif dan serba penasaran.
    Mereka suka banget kalo dikasih kepercayaan pegang tiket. Jadilah kami bermain role-play di bandara.


    Ahhh serunyaaa~~

    BalasHapus
  14. Sy dulu jg ga tahu klu masuk bandara ga boleh bawa gunting. Pantasan ada kotak kaca yg isinya bnyak gunting hehehe
    Btw..selamat ya..mimpinya naik pesawat tercapai

    BalasHapus
  15. baca cerita orang yang pertama kali naik pesawat buat saya ketawa soalnya keinget kejadian yang gak kalah malunya. Tapi itu emang unik sih namanya juga baru pertama kali kan yah.
    Kalau check in biasanya saya woles aja sih yang bikin gedek itu kalau masuk pesawatnya, soalnya mesti nungguin yang lain duduk dulu baru jalan, mana jalurnya jalannya kecil lagi pas di kabin pesawat.

    BalasHapus
  16. Aku ga inget pengalaman pertama naik pesawat, krn wkt itu masih bayi. Tp aku inget reaksi 2 babysitter anak2ku yg kmrn aku ajak ke medan naik pesawat. Seneeeng aja bisa nyenengin mereka ngerasain naik pesawat pertamakali :) . Biar gimana, hal yg pertama itu selalu aja paling berkesan

    BalasHapus
  17. bandara apa yg lebih gede dari Soetta di indonesia memang cha? rasanya udah paling gede itu
    Kuala Namu katanya sih gede juga dan bagus cuma aku gaktau apa lebih gede dari Soetta
    jadi inget pertama kali naik pesawat, karena sendirian jd usahanya ekstra biar gk terlalu malu2in hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar