Museum Blambangan Banyuwangi yang Keren Banget

14 komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Museum Blambangan Banyuwangi ini adalah salah satu wisata yang wajib dikunjungi di Banyuwangi. Lokasinya di kota kok. Jadi jangan dilewatkan ya. Tiket masuknya juga gratis!

Sekitar dua bulan lalu, saya berkesempatan berkunjung ke Banyuwangi. Kalau berkunjung ke kotanya, nggak lengkap sih ya rasanya kalau nggak tahu sejarah di balik kota tersebut. 

Saya merasa bahwa apabila datang ke suatu kota, wajiblah hukumnya singah ke museum, untuk mengenal lebih jauh tentang kota tersebut. Termasuk kota Banyuwangi, yang kenangannya tersimpan rapi di Museum Blambangan.

Museum Blambangan ini lokasinya ada di tengah kota. Kebetulan banget lokasinya hanya sepelemparan batu dari homestay kami, kira-kira 200 meteran lah. Kalau ke sana cukup jalan kaki. Alamatnya berada di Jalan A. Yani no. 78. 

Lokasinya juga nggak jauh dari gedung kota dan taman Sayu Wiwit. Pokoknya, lokasinya persis ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi. Iyaa, museumnya ada di dalamnya.

museum-blambangan-banyuwangi

Tiket Masuk Museum Blambangan

Wuih, enggak ada tiket masuk cuy. Gratis. Kita hanya perlu menjaga sopan santun di sini. Jangan menyentuh barang-barang yang ada di museum. 

Jadi, enggak usah ragu untuk datang ke Museum Blambangan. Karena enggak ada tiket masuknya. Enggak dikenakan tarif. Justru mendapatkan ilmu dan wawasan mengenai bagaimana sejarah kota Banyuwangi.

Museum Banyuwangi

Saat masuk ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi, maka dari gerbang teman-teman akan melihat tulisan "Palinggihan". Segeralah bergegas mendekati tulisan Palinggihan itu, lalu berjalanlah ke belakang tulisan tersebut. 

Tampak sebuah rumah berasitektur kuno yang antik dan kental banget hawa Jawa-nya. Rumah kuno itu menyimpan dengan rapi kenangan-kenangan kejayaan Kerajaan Blambangan. Iya, itulah Museum Blambangan Banyuwangi.

Sejarah Museum Blambangan

Museum Blambangan didirikan pada tanggal 25 Desember 1977 dan diresmikan oleh gubernur tingkat I Jawa Timur yaitu Bapak Soenandar Priyosoedarmo. Saat itu, Museum Blambangan merupakan salah satu dari 13 museum yang ada di Jawa Timur. 

Dulunya, museum dikelola oleh Departemen pendidikan dan Kebudayaan Banyuwangi, namun saat ini telah diserahkan dan dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi. Sehingga kini Museum Blambangan juga menjadi salah satu destinasi wisata edukasi unggulan di Banyuwangi.

Isi Museum Blambangan Banyuwangi

Di depan museum, teman-teman akan disuguhkan dengan deretan alat musik karawitan dan papan nama-nama pemimpin Banyuwangi. Saya lihat deretan nama paling atas, yang menunjukkan penguasa/pemimpin Kerajaan Blambangan atau Kabupaten Banyuwangi. 

Rupanya pemimpin pertamanya adalah Raja Tawang Alun, yang memimpin mulai abad 16. Hmm, nama Tawang Alun ini familiar banget buat orang-orang Jember dan sekitarnya, soalnya nama Tawang Alun ini dijadikan nama terminal yang terkenal banget di Jember.

museum-blambangan-banyuwangi

Di depan pintu masuk, teman-teman juga disambut oleh omprok beserta selendang penari gandrung. Omprok ini merupakan mahkota yang biasa dipakai oleh para penari gandrung. Replika omprok yang terbuat dari tembaga itu benar-benar menunjukkan kekhasan Banyuwangi dari segi budayanya.

Di dalam museum, akan terpetakan beberapa ruangan yang menyimpan benda-benda khas peninggalan Kerajaan Blambangan. Namun di antara ruangan tersebut, ada sebuah ruangan yang tidak menyimpan benda-benda bersejarah, melainkan berisi data-data dan adminitrasi tentang Museum Blambangan. Ruangan tersebut merupakan kantor untuk urusan administrasi museum.

Di dalam kantor tersebut, ada para petugas yang ramah-ramah dan siap memberikan informasi tentang seluk beluk Kerajaan Blambangan. Yang unik dari petugasnya adalah pakaiannya. Mereka mengenakan pakaian adat khas Banyuwangi, yaitu baju osing. Khas banget, dengan atasan warna hitam yang khas osing banget. 

Petugas prianya juga mengenakan blangkon yang khas osing banget. Keren ya mereka. Saya yang bukan orang Banyuwangi, merasa turut bangga saat mereka dengan pedenya mengembalikan khazanah budaya yang harus digaungkan lagi keberadaannya.

museum-blambangan-banyuwangi

Saat itu, saya dan Mbak Rohmah, partner jelajah saya di Banyuwangi, berbincang asyik dengan Pak Gatot, salah satu petugas museum. Dengan berpakaian osing, ia menceritakan tentang museum dan seisinya. Selain itu beliau selalu sigap menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang banyak banget, saking penasarannya saya tentang kerajaan dan museumnya.

Interior museum yang khas bangunan tua serta adanya hawa magis khas zaman kerajaan, semakin menjadikan museum ini terasa hidup tatkala kami mengamati puing-puing kenangan kejayaan Kerajaan Blambangan. 

Museum ini menyimpan kurang lebih 500 koleksi benda-benda peninggalan Kerajaan Blambangan yang terserak di sekitar wilayah bekas kekuasaan kerajaan. Guci, arca Wisnu, mesin ketik, telepon kuno, uang kuno, keris, tombak, senjata, uang gobok, replika rumah adat using dan masih banyak benda-benda peninggalan lainnya yang disimpan rapi di Museum Blambangan. 

museum-blambangan-banyuwangi

museum-blambangan-banyuwangi

museum-blambangan-banyuwangi

museum-blambangan-banyuwangi

museum-blambangan-banyuwangi

museum-blambangan-banyuwangi

Museum ini juga menyimpan barong dan sepaket kesenian barong. Kesenian barong merupakan kesenian rakyat yang menceritakan tentang kehidupan para petani. Kesenian barong ini biasanya dipentaskan pada saat orang memiliki hajatan, seperti perkawinan, khitanan, upacara selametan kebun, ider bumi, dan ritual-ritual lainnya.

museum-blambangan-banyuwangi


Museum ini juga menyimpan aksesoris jaman dulu kala, seperti gelang dan manik-manik. Tersimpan juga wayang golek Ada wayang golek yang spesial menceritakan tentang Amir Hamzah dan Umar Madi.

museum-blambangan-banyuwangi

Jangan kaget kalau teman-teman melihat adanya banyak piring di museum ini. Piring ini bukan sembarang piring, melainkan piring berbahan porselin yang berasal dari Guangdong Cina Selatan pada abad XVIII – XX. 

Fungsinya masih sama, yaitu sebagai tempat makan. Ada pula tempayan yang juga berasal dari Cina Selatan. Tempayan ini berfungsi sebagai wadah obat atau juga dipakai untuk tempat minyak.

museum-blambangan-banyuwangi


Museum Blambangan juga menyimpan peninggalan yang berbau agamis. Terdapat Arca Koera yang berbahan perunggu. Arca yang berwarna hitam dengan patinasi warna hijau dan coklat pada permukannya ini sebelumnya ditemukan di Desa Kajarhajo kecamatan Kalibaru.  Arca ini merupakan simbol pemujaan masyarakat Blambangan kala itu.

Selain itu juga ada binggel yang bentuknya hampir mirip seperti gelang saat ini. Binggel berbahan dasar perunggu yang bentuk dasarnya silindrik, dengan dua sisi yang tidak sama besar. Binggel ini dibuat membulat dengan kedua ujungnya yang tidak bertemu. 

Binggel yang berwarna kuning kehitaman ini bisa dikenakan di lengan dan di kaki Apabila benda ini dikenakan pada lengan maka dinamakan kelat bahu, sedangkan apabila dikenakan di kaki maka dinamakan binggel. Binggel biasanya digunakan pada saat menghadiri upacara keagamaan.

Di museum ini juga tersedia tablet dan materai loooh. Eh tapi tablet yang dimaksud bukanlah tablet yang barang elektronik itu, juga materainya bukan materai 6000 rupiah yang biasa dibuat pengesahan di atas kertas. 

Tablet dan materai yang ada di museum ini merupakan bagian dari alat upacara agama Buddha yang digunakan pada jaman dulu. Keduanya terbuat dari terakota dan dulunya sama-sama ditemukan di situs Gumuk, Klinting, Muncar.

 museum-blambangan-banyuwangi

Museum Blambangan ini nggak hanya menyimpan benda-benda yang kuno banget khas kerajaan, melainkan ada pula benda-benda kuno yang sudah ada sejak abad 19an. Ada telepon kuno yang terbuat dari kuningan dan marmer. Telepon ini dulunya digunakan sebagai alat komunikasi di stasiun kereta api dan kantor perkebunan.

Selain telepon, ada juga gramafon. Gramafonnya terbuat dari kayu dan logam. Dulunya gramafon ini sering dinamakan dengan kotak musik. Gramagon ini dulunya dianggap sebagai leluhur dari tape recorder atau MP3 player jaman sekarang ini, hehehe. Biasanya nih ya, pemilik gramafon dianggap mempunyai status sosial yang tinggi masyarakat sekitarnya, yaa soalnya mahal banget sih.

museum-blambangan-banyuwangi

Gramafon tersebut merupakan hibah dari Bapak Thomas Raharto yang berasal dari kecamatan Glagah Banyuwangi. Iya, memang ada beberapa barang di museum ini yang merupakan hibah atau pemberian dari orang-orang, yang mempercayakan barang berharga dan bersejarahnya tersimpan rapi di Museum Blambangan.

Kain Batik Banyuwangi

Museum Blambangan tidak hanya memamerkan benda-benda bersejarah, melainkan juga menunjukkan kain-kain batik khas Banyuwangi. Ada beberapa kain panjang wanita dengan beragam motif, seperti motif uter, gajah uling, kangkung, paras gempal, sekar jagat, ukel, maspun, galaran, blarak semplah, dilem semplah, dan masih banyak lainnya. Pengrajin batik ini dapat ditemui di kelurahan Temenggungan, kelurahan Lateng, kelurahan Klatak, desa Tampo dan beberapa desa lain di Banyuwangi.

museum-blambangan-banyuwangi

Koleksi Foto di Museum Banyuwangi

Dinding-dinding museum dipenuhi dengan foto-foto zaman dulu dan foto-foto situs bersejarah lainnya di daerah Banyuwangi. Ada juga sketsa wajah pahlawan asal Banyuwangi yang memperjuangkan tanah Banyuwangi dari keganasan para penjajah.

museum-blambangan-banyuwangi

Foto Lukisan Sayu Wiwit

Salah satu foto yang menarik bagi saya adalah lukisan sketsa yang menggambarkan seorang pemudi dengan ikat kepala dan tatapan yang tajam. Ialah Sayu Wiwit, pembela tanah Banyuwangi yang namanya juga diabadikan sebagai nama taman di depan makam pahlawan Banyuwangi.

museum-blambangan-banyuwangi

Banyak sekali benda-benda peninggalan Kerajaan Blambangan yang tersimpan rapi di museum ini. Saya terpukau sih. Cukup puas bisa berjelajah ke dalam museum ini. Akhirnya terpuaskan juga hasrat mengetahui sejarah Banyuwangi dari benda-benda peninggalannya. Yey.

museum-blambangan-banyuwangi

Nah, Museum Blambangan ini cocok sekali dijadikan sebagai destinasi wisata edukasi untuk semua usia. Apalagi lokasinya yang ada di tengah kota, menjadikannya strategis banget untuk didatangi dari sudut manapun. 

Boleh laaah, mampir sebentar untuk mengenang kembali dan mengambil pelajaran dari kejayaan Kerajaan Blambangan. Tidak dipungut biaya kok, eh tapi boleh banget kalau mau ngasih sumbangsih untuk museum ini.

Yuk, ajak teman-teman lainnya untuk datang ke Museum Blambangan. Jelajah museum bakalan asyik banget kalau didatangi rame-rame.

Wassalammualaikum wr wb

Related Posts

14 komentar

  1. Selalu suka sama koleksi museum
    Apik.. indah.. berseni tinggi..

    Foto ocha nya mana nihh

    BalasHapus
  2. Gramafon itu alat pemutar musik jaman dulu bukan kak??

    BalasHapus
  3. Kak Ros, aku tertarik itu Sayu Wiwit, tulis dong! Banyak ternyata pahlawan "daerah" yang belum kita kenal dan wajib kita kenal

    BalasHapus
  4. Aku bener-bener buta sejarah.
    Blambangan itu sejaman sama Majapahit kah?
    ^^

    BalasHapus
  5. Aku kok jadi inget musium aceh isi dalamnya kayanya mirip-mirip

    BalasHapus
  6. Paling suka nih ke museum, belum lama ini aku juga maen ke museum lho, Teh..he
    Tapi ini di Banyuwangi ya, setidaknya jadi tahu lah, kalau kesana bisa singgah..
    Selalu terlihat rapih, tertata dan selalu ingin mengabadikan foto kalau lagi ke museum..

    BalasHapus
  7. Wah, keren ya Banyuwangi punya museum klasik seperti ini. Kota kecilku sepertinya juga harus punya museum yang begini. Tak masalah kecil atau barangnya sedikit, tapi barang-barang kuno bisa terarsipkan dengan baik bersama cerita sejarah kota. Yang menurutku unik dari Museum Blambangan ini yang letaknya di Dinas Pariwisata, jadi nyambung banget dong ya. Sesuai gitu sama dinas yang bersangkutan, jadi tidak terlalu jauh mencari sumber terpercaya.

    BalasHapus
  8. Aku liat buku kunonya jd pengen baca. Itu tulisan pegon bukan ya....
    Benda2 kuno, kramik, keris, hmmm ada hawa2 gak sih kalau masuk tempat sejarah? Aku kdg merinding, hehehe

    BalasHapus
  9. Belum pernah ke Banyuwangi, kayaknya seru yah kalau bisa berkunjung kemuseum setiap menjelajahi kota yang didatangi, jadi tahu sejarah kota tersebut

    BalasHapus
  10. Wah..unik museumnya..tertarik dengan piring2 dan keramiknya... Pasti banyak barang2 antik..

    Mesti dijaga takut di curi orang, kan sayang koleksi antiknya hilang..

    BalasHapus
  11. Senangnya kalau penjaga museumnya ramah dan sigap menjawab semua pertanyaan kita ya mbak... Salut deh dengan Blambangan. Barangnya juga terlihat terawat dan museumnya tidak terlihat suramnya

    BalasHapus
  12. Hahaha akhirnya ada foto ocha nya wkwkwkwk

    Nice article. Kalau boleh saran sih, kedepannya pas ngedit foto mungkin kamu bisa coba tambahin efek/filter apaaa gitu cha, biar fotonya lebih flashy dan lebih hidup. Kalau di editornya nggak ada menu itu, coba naikin kontras aja. Insya Allah nanti fotonya jadi lebih tajem dan lebih hidup :)

    BalasHapus
  13. Bentuk bangunannya benar-benar antik ya...dan memang kental banget khas jawanya. Gak hanya bentuk bangunan, barang-barang koleksi musium juga menonjolkan khas budaya jawa ya...Sampai ada gramafon juga..benar-benar antik.

    BalasHapus
  14. Waw. Ini antik banget yak. Paling suka maen ke museum soalnya bisa belajar sejarah langsung tentang tempat yg dituju dan biasanya banyak benda2 aneh yang menarik.

    BalasHapus

Posting Komentar