B29 Lumajang, Negeri di Atas Awan

Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Lumajang, kota kecil saya, kini sedang gencar menggaungkan keindahan wisata alamnya. B29 merupakan andalannya. Sebuah pariwisata yang menyajikan pemandangan agroforestri khas pedesaan  yang asri dari ketinggian 2900 mdpl.


Pemandangannya indaaah sekali. Saking indahnya, orang-orang seringkali menjulukinya sebagai Negeri di Atas Awan. Alasannya, karena bisa melihat hamparan awan serupa kapas putih di depan mata 💕

Main ke B29 Lumajang
B29 Lumajang mulai ramai menjadi destinasi wisata semenjak tahun 2015. Usianya baru 3 tahun, boleh dibilang masih muda untuk ukuran pariwisata. Namun sudah banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Tujuannya: untuk menikmati anugerah-Nya, atau mungkin mempercantik feed Instagramnya.

Saya pribadi, sudah sejak lama ingin main ke sana. Namun apa boleh buat, belum ada kawan atau kerabat yang mengajak ke sana. Kalaupun ada, mungkin saya yang melewatkannya karena beragam alasan.

Namun Februari kemarin berbeda. Kawan saya dari jauh, seorang travel blogger, ingin menikmati salah satu sudut Lumajang yang paaaling cantik. Langsung saja, saya suguhkan: B29 Lumajang.

Gapura khas B29 Lumajang


Akses Jalan ke B29 Lumajang
Konturnya yang berbukit-bukit, menandakan bahwa lokasi B29 Lumajang bukanlah di kota. Melainkan berada di Senduro, sebuah kecamatan yang sangat dekat dengan Gunung Semeru, juga Gunung Bromo.

Waktu tempuh dari pusat kota Lumajang (alun-alun), kurang lebih 30 menit untuk sampai di kecamatan Senduro. Lalu masih membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam lagi untuk sampai di puncak B29.

Bila sudah memasuki wilayah Senduro, segera kenakan jaket. Udara di sana cukup dingin. Disarankan juga untuk menutup kaca helm, karena udara dinginnya cukup menusuk hidung.

Untuk 30 menit pertama, akses jalannya aman-aman saja. Aspalnya mulus sampai jalan masuk desa. Tentu saja, pemandangan kanan kiri sangat menentramkan hati. Ijo royo-royonya, meneduhkan pandangan. Dari kejauhan, sudah tampak Gunung Semeru yang gagah.

Gunung Semeru, lengkap dengan pemandangan ijo royo-royo
Tidak lama kemudian, para pengunjung akan mendapati Rest Area 1. Biasanya digunakan sebagai tempat peristirahatan, maupun tempat parkir mobil.

Para pengendara mobil enggak boleh keukeuh untuk melanjutkan perjalanan ke B29. Mobil harus diparkir di Rest Area 1. Alasannya, karena jalanan 30 menit selanjutnya tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda empat atau lebih. Maka, setelah mobil terparkir di Rest Area 1, selanjutnya penumpangnya naik ojek.

Rest Area 1
Kemudian, untuk 15 menit selanjutnya, jalanan tidak lagi beraspal, melainkan berpaving. Itu pun tidak semua jalan pavingnya mulus, sudah ada beberapa yang gopel-gopel. Maka, berhati-hatilah melewati jalanan tersebut. Apalagi, kemiringan semakin curam. Juga, lahan kanan-kiri yang melandai, khas kontur kawasan perbukitan.

Nah, di titik ini, sepeda motor kami sudah enggak kuat. Total bobot kami berdua, membuat sepeda motor ngos-ngosan. Daripada terjadi hal yang di luar dugaan, sebaiknya saya turun saja.

Jalanan menuju B29 Lumajang
Rencananya saya mau jalan untuk sampai puncak 💪. Nekat banget, hahaha. Untungnya ada tukang ojek yang ternyata sudah mendampingi kami dari belakang, sejak awal, hehe. Maka, untuk perjalanan selanjutnya, saya dibonceng oleh tukang ojek.

Secara pribadi, saya cukup kaget dengan jalanan menuju B29. Benar-benar ekstrim. Jalanan sempit banget. Di beberapa bagian, jalanannya seperti menukik. Wajar saja, lahwong jalan yang dipakai adalah jalan tapak warga untuk mengelola pertaniannya. Terbayang kan betapa sempitnya?

Kami baru bisa bernafas lega bila sudah melewati Rest Area 2. Jalanan sudah mulai melebar, dan sudah sangat dekat dengan puncak. Tapi tetap saja, cukup curam untuk mengendalikan sepeda motor dengan tangan sendiri. Butuh mental yang kuat, hehe.

Lokasi aman, tempat beristirahat yang melegakan.

Jasa Ojek B29 Lumajang
Mengelola wisata di kawasan yang cukup ekstrim seperti B29 memang cukup beresiko. Pengelola wisata sudah menduga bahwa wisatawan akan kesulitan untuk mengakses B29 dengan kendaraan pribadi. Maka dari itu, warga setempat beserta pengelola wisata menyediakan jasa ojek untuk para wisatawan.

Tempat parkir ojek. Bisa jadi tempat parkir tertinggi 😅
Ojek yang disediakan bukanlah ojek sembarangan. Melainkan ojek yang sudah siap menempuh medan ekstrim. Sepeda motornya sudah dimodifikasi, supaya kuat untuk nanjak ke puncak. Selain itu, tukang ojeknya  juga sudah terlatih dan tangguh.

Harga jasa ojeknya 75.000 rupiah. Diantar dari Rest Area 1, boleh mampir ke Rest Area 2, lalu sampai puncak, ditungguin, lalu kembali ke Rest Area 2 dan Rest Area 1.

Rest Area 2

Percayalah, harga tersebut tidaklah mahal. Melainkan sebanding. Daripada nanti jatuh di jalan, malah merepotkan diri sendiri dan orang lain. Apalagi jika jatuhnya di lahan pertanian warga, tentu saja akan merusak lahan pertanian milik warga.

Maka, saya menyarankan kepada teman-teman untuk menggunakan jasa ojek demi keselamatan diri sendiri. Nikmati saja saat dibonceng tukang ojek. Mereka juga ramah-ramah, enak banget diajak ngobrol. Btw, jangan kaget kalau nanti ditawari untuk naik ke B30, atau bukit dengan ketinggian 3000 mdpl, hehe.

Harga Tiket Masuk B29 Lumajang
Harga tiket masuk ke B29 adalah 5.000 rupiah. Boleh dibilang cukup terjangkau untuk pariwisata yang dikelola olah masyarakat, yang kemudian didukung Dinas Pariwisata Lumajang.

Dengan harga tersebut, wisatawan sudah bisa menikmati keseluruhan objek wisata alam B29 sepuasnya.  Bisa berlarian dari ujung bukit ke ujung bukit lainnya. Duduk-duduk manja sambil melihat Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Bisa juga foto-foto seharian penuh, sampai kameranya bosan.

Ini bukan pose duduk-duduk manja, tapi duduk-duduk capek 😅


Puncak B29 Lumajang 
B29, seperti yang ditampakkan di media sosial, merupakan perpaduan antara 4 objek yang indah. Antara lain: perbukitan lahan pertanian, Gunung Bromo, Gunung Semeru, dan gumpalan awan yang sejajar dengan pandangan mata. Semuanya terlihat jelas bila kita sudah sampai di puncaknya.

Saya pikir puncaknya lancip, ternyata datar, hehe. Datarannya tidak begitu luas kok, hanya sekitar 25m x 25m saja.


Di puncak, boleh banget mendirikan tenda untuk bermalam. B29 memang menjadi salah satu destinasi wisata alam yang indah untuk dinikmati pada pagi hari, sore hari, maupun malam hari. Hmm, apalagi pemandangan pagi hari ya, tatkala matahari muncul dari balik awan-awan.

Semoga, lain waktu saya bisa main ke sana lagi, bermalam di sana. Asyik kali ya.

Rapinya Lahan Pertanian Warga
Kawasan B29 Lumajang terkenal dengan perbukitan lahan pertanian yang rapi dan elok dipandang dari jauh. Banyak sayur-sayuran yang dibudiyakan oleh para petani. Sebut saja bawang daun, kubis, kentang, wortel, cabe, strawberry, dll.


Menurut saya, sayuran paling segar yang ada di B29 adalah bawang daun. Warga setempat menyebutnya brambrang prei. Saya juga menyebutnya demikian. Namun beda lagi dengan kawan saya, yang menyebutnya Loncang (kosa kata dari Solo dan sekitarnya).

Saya bilang kepadanya, “wuaaaa brambang prei ne sueger”

Sing endi toh?”

Iku loooh, sing kiri…” jawab saya sambil menunjuk lahan pertanian bawang daun.

Yo sek luwih seger loncang, toh”, jawabnya. Mulanya kami belum tahu kalau brambang prei dan loncang adalah sama.

Loncang iku sing endi?”, tanya saya dengan polos.

Kui, sektas kui”, jawabnya enteng dengan dialek Solo.

Sampai akhirnya, kami sama-sama menunjuk objek yang sama: bawang daun. Lalu kami melafalkan kosa kata yang berbeda, yaitu brambang prei dan loncang, yang ternyata maknanya sama.

Yongalaah, ngunu yo mbulet ae sing dibahas. Tibakne sing dibahas podo. Hahaha.

Bromo, Sisi yang Berbeda
Dari puncak B29, saya menyaksikan Gunung Bromo yang sedang beraktivitas mengeluarkan asap-asapnya. Sejauh mata memandang, terlihat Gunung Bromo seakan-akan dikeliling oleh tebing-tebing tinggi. Nah, saya berdiri di salah satu tebing tersebut, yang dinamakan B29 Lumajang.

Tebing bervegetasi yang mengelilingi Bromo

Pemandangan yang saya lihat saat itu, persis sekali dengan pemandangan B29 yang sering muncul di tv maupun media massa. Pernah tahu iklan rokok yang menayangkan pemandangan Gunung Bromo dari sisi yang berbeda? Nah, itulah yang saya lihat, dan yang terekam di benak saya sampai saat itu. Sambil merasa bahwa saya sedang berada di dalam iklan tersebut. Hahaha.

Foto oleh Anggara W. Prasetya
Saya sempat berpikir, bagaimana bisa ya orang-orang mendapatkan foto atau video pemandangan Gunung Bromo tampak atas? Saya pikir mereka naik helikopter atau apalah. Eh ternyata memang ada akses jalannya, dan lokasi pengambilan gambarnya ada di kota kecil saya. Ealaaah, hehe 😅

Travel blogger yang membersamai saya ini, sehari sebelumnya dia mampir ke Gunung Bromo lewat Problinggo. Ia menyaksikan keindahan Gunung Bromo dari bawah. Ternyata keesokan harinya ia menyaksikan keindahan Gunung Bromo tampak atas. Wuah, ini namanya travelling paket komplit.

Boleh banget mampir ke blognya: www.menggapaiangkasa.com


Semeru, Semakin Gagah
Sebenarnya saya bisa menyaksikan Gunung Semeru dari rumah. Tapi beda rasanya bila saya menyaksikannya di B29, titik terdekat yang ketinggiannya tak jauh berbeda.
 
Saya melihatnya, sebagai gunung yang seakan-akan semakin besar, dan semakin gagah. Ia tak bergeming sedikitpun untuk beranjak dari tempatnya. Tertancap kokoh sebagai tiang Pulau Jawa.

Foto oleh Anggara W. Prasetya

Negeri di Atas Awan
Julukan Negeri di Atas Awan, bukan sekadar bualan belaka. Kalau biasanya kita melihat awan yang berada di atas sehingga kita harus mendongak, beda halnya dengan awan-awan di B29. Awan-awan di sini: sejajar dengan mata kita. Bahkan kalau beruntung, kita bisa berada lebih tinggi daripada awannya.

Sepertinya hari itu saya kurang beruntung. Saya tidak mendapati lautan awan yang mengelilingi Gunung Bromo. Mungkin dikarenakan saya datang kurang pagi.

Namun, lautan awan itu tetap ada. Memang tidak tampak di sekeliling Gunung Bromo, melainkan lautan awan itu ada di belakang saya. Lebih tepatnya di sisi satunya, yang berdekatan dengan area bermalam wisatawan. Rupanya, negeri di atas awan itu benar-benar ada ya…

Negeri di atas awan

Saya membayangkan, bagaimana perasaan warga lokal, yang setiap pagi mencari nafkah sambil ditemani awan-awan putih yang menggemaskan. Udara yang sejuk juga melengkapi setiap hela nafas mereka dalam memperjuangkan kehidupan keluarganya. Tentu, mereka bahagia banget ya.

Boleh jadi, kebahagiaan mereka sederhana. Makan gedang goreng, nyruput kopi, sambil menyaksikan awan-awan yang semakin melengkapi kerapian tata lahan pertanian mereka. Mashaa Allah, indahnya…

Foto oleh Anggara W. Prasetya

Sejarah B29 Lumajang
Hari sudah semakin siang, matahari mulai meninggi. Sudah saatnya saya untuk pulang.

B29, dengan segala keindahannya, menyiratkan tanda tanya besar bagi saya: Bagaimana sejarah B29? Rupanya, pertanyaan tersebut dijawab tuntas oleh tukang ojek yang mengantarkan saya turun dari B29.

Dulunya, puncak B29 merupakan tempat ujian untuk sebuah perguruan pencak silat. Memang di sekitar desa Agrosari, cukup banyak warga yang menekuni ilmu persilatan.

Setelah mereka menimba ilmu dari gurunya, maka mereka harus melaksanakan ujian kelulusan. Pada ujian kelulusan tersebut, mereka harus naik ke puncak dan membuktikan kelayakan dirinya di sana.

Puncak tersebut, dikenal oleh warga dengan sebutan gunung songo likur. Namun semenjak Dinas Pariwisata setempat turun lapangan, puncak tersebut berganti nama menjadi puncak B29 Lumajang.

Dulunya disebut gunung songo likur
Ternyata, keindahan yang diagung-agungkan di media sosial tentang B29 bukanlah skenario semata, hehehe. Benar adanya. Nyata anugerah-Nya.

Berkesempatan menikmati B29, merupakan salah satu mimpi receh saya sejak dulu. Alhamdulillah, kini sudah terwujud. Pun terwujudnya dibantu oleh sosok yang tak disangka-sangka. Jangan kapok-kapok ya main sama saya. Nanti main ke sini lagi ya. Menikmati B29 dari  siang, sore, malam, sampai pagi hari. Oke?


Btw, boleh banget teman-teman untuk singgah ke Lumajang guna menyaksikan pemandangan keren di puncak B29. Boleh juga kalau mau mampir ke rumah saya dulu, mungkin saya bisa menemani.

Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Sampaikan keindahan B29 ke selurah pelosok negeri ya.

Wassalammualaikum wr wb 💕
Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

55 komentar

  1. Perjalanan yang cukup menantang dan menegangkan, tetapi terbayarkan dengan pemandangan indah di pelosok negeri. Suatu saat semoga berkesempatan berkunjung ke sana, memandang langit berhiaskan awam memberikan kebahagian tersendiri.

    BalasHapus
  2. waduuuhhh pemandangannya bagus banget ya dan untuk kesana pun tidak harus mengeluarkan banyak uang lagi. makin seru jika perginya bersama teman teman gitu kan mba. pemandangan sekitar penuh dengan warna hijau dan pas udh sampe puncaknya pemandangan berubah menjadi biru gitu aduh asiknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Aku sih pengennya ke sana bareng keluarga. Makin rame 😂

      Hapus
  3. Suka seneng kalo ngeliat batas antara bumi dan langit. kadang perbedaan warnanya bikin meringding. B29 sebenarnya diambil dari nama apa kah kak? Beruntung sekali dapat kesempatan mengambil gambar bagus saat cuaca indah hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Biru ijo. Birunya ada putih2nya. Makin segeeer

      B29: Bukit dengan ketinggian 2900m
      Lupa gak kutulis, hehe 😅

      Hapus
  4. Desa Argosari ini kalo ga salah merupakan desa tertinggi di tanah Jawa ya mbak? B29 ini unik, jadi rebutan antara Kabupaten Lumajang dan Probolinggo karena letaknya persis di garis perbatasan keduanya.

    numpang ngiklan dikit ya mbak :)
    untuk yang mau jalan2 dari Surabaya ke Jember atau Lumajang, butuh moda transportasi darat khususnya travel, silahkan kunjungi kami di laman Travel Surabaya Jember

    BalasHapus
    Balasan
    1. 😅😅

      Ya dah, silakan ngiklan dikit selama isinya bener

      Hapus
  5. Akhirnya mampir jugaaaaa setelah 'keracunan' gueeeee

    BalasHapus
  6. Inii... menarik banget! Trims kak ros info sprt ini gw sukaaak jd ada puncak2 lain ya slain dekat rumahku di bogor yg makin macet wkwkwk

    BalasHapus
  7. 29 nya dari kata Songolikur, lha kalau B-nya itu asal muasalnya dari kata apa mbak?

    Wkwkwk, dan sebuah misspersepsi tentang loncang dan brambang prei yang pernah ditulis di kolom komentar blogpost saya, muncul lagi disini. Tapi masih tetep lucu sih XD kalau pas dibaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. B-nya Bukit. Lupa nggak kutulis, hehe 😅😅

      Iya, guyonannya masih sama. Sama2 receh 😅😅

      Hapus
  8. Nama 29 diambil dari ketinggiannya yang 2900an itu kah mbak?
    ooo jalannya ekstrem pantesan ya ojeknya mihil booooo hehe.
    Moga kapan2 bisa ke Lumajang dan mampir sana :D

    BalasHapus
  9. halo kak ros. aku suka nih sama pemandangannya. asri dan sejuk kalo diliat dari gambarnya. di pagi hari pasti suasananya dingin nih.

    BalasHapus
  10. Andai disini di buat kereta gantung macam di TMII atau di singapore itu, dan negara2 lainnya. Pasti keren ya keliatan semua sisi Nya dan menambah besar lowongN Kerja masyarakat disana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren sih memaang. Tapi cukuplah seperti ini 💕

      Hapus
  11. akhir minggu pas banget main ke tempat ginian, refreshing jiwa raga

    BalasHapus
  12. Tinggal di kota dengan potensi wisata alam yang indah itu meyenangkan banget ya, bisa kita angkat juga dan promosikan biar banyak yang tertarik berkunjung

    BalasHapus
  13. Viewnxa bagus banget, sayangnya jauuuuh. Kapan-kapan mampir ah.

    BalasHapus
  14. Itu foto gumpalan awannya bagus banget, Kak Ros.... Aku liatin terus, sambil mbatin, semoga suatu saat aku masih diizinkan-Nya untuk bisa menyaksikan keindahan alam macam ini. Aamiin.
    Susah payah dulu ya naiknya, tapi sampai atas terbayarkan dengan tuntas. Hemm..

    BalasHapus
  15. Uaaa mau ke sana juga! Udah lama gak liat negeri di atas awan!
    B29 kaya detergent yaa, hihihi

    BalasHapus
  16. keren tempatnya mbak ditambah lagi dengan foto-foto yang awannya cerah banget. Bikin penasaran dengan Lumajang ini. pasti aslinya bagus sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dooong. Tentu lebih indah jika menyaksikan langsung 💕

      Hapus
  17. wahhh kereen mba.. Itu di B29 suhunya pasti sudah dingin banget yaa.. Saya masukkan wishlist ah sapa tau ada kesempatan maen ke Lumajang dan pengen ke B29, syukur-syukur bisa sampai B30...Suka banget sama foto yang diatas awan mbaa

    BalasHapus
  18. Masya Allah. Bagus banget Mbak.
    Bisa nih kapan2 dipandu sama kak ros kalau ke lumajang.

    BalasHapus
  19. Pemandangan di atas awannya indah sekali... Eh, semua bagus juga ya...
    Tiket masuknya pun murah.

    Dari namanya, saya jadi ingat merk sebuah sabun colek, zaman dulu Mbak hehehe

    BalasHapus
  20. Awalnya kukira sabun colek. Rupanya bukit dgn ketinggian 2900 mddl. Seru ya.. tapi aku nggak Akan kuat, walau Naik ojek sekalipun . Hiks jadi aku nikmati saja viewnya dari tulisan Ros disini.

    BalasHapus
  21. Iyaaa Roos...
    Ini keren bangeett banget banget yaaa...

    Masku kemarin cerita kalau kantornya travelling...
    Ke Negeri Atas Awan.

    "Beneran rasa di atas awan, dek..."

    Gitu kata kaka...
    Dan aku baru lihat foto Roos...langsung terpukau.
    Perjuangan banget yaa, Roos bisa sampai di sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Woaaaah, iya kah Teh?
      Nanti Teh Lendy menyusul yaaa
      💕💕

      Hapus
  22. Woalah, sama mas anggara ya..
    Dulu pernah mba saya ada rencana juga buat main kemari bareng sepupu. Gunung alternatif semeru gitu katanya. Ternyata, emang bagus bener ya pemandangannya. Moga next bisa beneran kemari

    BalasHapus
  23. O, jadi paham aku sekarang ... kalo B29 itu ternyata diambil dari penyebutan angka bahasa Jawa ' songo likur '.
    Dan B nya berarti bukit.

    Tadinya aku sempat terlintas lah kok nama bukitnya samaan sama salah satu merk sabun deterjen 😁

    Ciamik ya pemandangannya, terlihat dramatis.

    BalasHapus
  24. Cantikkkk

    Kadang kita suka terkungkung sama satu objek wisata macem bromo. Padahal mah dari sisi lumajang gak kalah cantiknya.

    BalasHapus
  25. Bagus banget ya mba viewnya.... betah berlama2 pasti klo dah nyampe situ
    tapi aku penasaran mba..kok bisa to namanya B29... mirip2 nomor rumah/merk detergen...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... maksudnya Bukit dengan ketinggian 2900 mdpl

      Hapus
  26. Indah sekali B29 ini, Mbak. Dan baca namanya, saya kok ingat merek sabun colek B29. Terus nama Aktris lawas Ratmi B29. Kalau ini arti namanya B29 apa ya, Mbak? Saya cari sepanjang tulisan tidak menemukan arti namanya.

    Pengin ke sana nih, kebetulan teman saya ada di Lumajang juga di daerah Pronojiwo. Wisata Lumayang ternyata sangat memikat.

    BalasHapus

Posting Komentar