Pengalaman Buruk Body Shaming dan Cara Saya Melawannya

15 komentar
Konten [Tampil]
Assalamualaikum wr wb

Body shaming ini memang amat menyakitkan hati. Banyak orang yang depresi berat karena mendapat perlakuan tak enak soal body shaming. Entah dari orang-orang di dekatnya atau bahkan dari orang yang baru kenal 5 detik lalu.

Saya juga pernah mengalami body shaming. Pun sampai saat ini. Kalau dulu, dapat body shaming, dimasukin ke hati. Namun beda dengan sekarang. Sudah cuek dengan omongan orang lain, tapi semakin peduli dengan diri sendiri 💕

Pada postingan yang sepertinya akan berderet panjang ini, saya akan berbagi cerita tentang perilaku body shaming yang saya alami, dampaknya terhadap kesehatan mental saya, serta cara saya melawannya 👊



Mendapat Body Shaming Pertama Kali
Masih teringat jelas, saat SMP kelas 1, saya mendapatkan perundungan soal body shaming untuk pertama kalinya. Saat itu sedang jam istirahat, saya sedang ngobrol dengan seorang teman, berdiri santai di depan pintu kelas.

Ee tiba-tiba ada teman lain, perempuan, mulutnya bocor banget dan nyinyirable, tiba-tiba bilang “Biasa ae iku… awake ndak usah ditegap-tegapno utowo dimengarepno”. Maksudnya, biasa saja kalau berdiri, badannya enggak perlu ditegapin-tegapin supaya dadanya kelihatan lebih besar. Sama dia diperagain jugak 😑

Eee buset dah 😑

Sungguh deh enggak ada maksud kayak gitu. Saya berdiri ya berdiri aja. Ya kebetulan, masa pubertas membuat banyak perubahan dalam tubuh saya, termasuk dada yang membesar. Tapi serius deh enggak ada maksud kayak gitu 😑

Makanya, saya kalau pakai jilbab, mengusahakan untuk menutup dada. Pakai jilbab yang menutup dada ini memang kurang trendy sih. Tapi ya gimana, saya enggak mau dada saya menjadi pusat perhatian. Jangankan saya, ada teman perempuan yang jilbabnya pendek saja, saya gagal fokus loh. Ya apalagi laki-laki yang memandang. Huuuuh risih 😶

Itu sih, pengalaman body shaming yang pertama kali saya dapatkan. Masih membekas sampai sekarang. Alhamdulillah dampaknya jadi baik sih, saya bisa lebih menjaga diri 💆

Lalu pelaku body shaming? Ya sudah dimaafkan dong. Mungkin saat itu dia bercanda dan badan menjadi topik leluconnya dia. Lah ya gimana, dia memang orangnya guyonan dan mulutnya nyinyirable kok. Cuma waktu itu, mood saya mungkin kurang baik sehingga gampang tersinggung 😏

Perlakuan Body Shaming Selanjutnya
Topik body shaming soal saya ini cuma dua: gemuk dan berjerawat. Kalau jerawat sih, mulai muncul saat SMA. Jerawat yang muncul ini bukan jerawat yang datangnya keroyokan, melainkan datangnya sendirian karena efek hormonal tamu bulanan. Tapi tetap ya, meski jerawatnya sebiji atau dua biji, mereka awet nongol di wajah. Bisa bertahan di wajah sampai 1 bulan.  Peh kan nyebelin ya, hahaha 😄😄😄

Jerawat yang muncul di wajah saya, seringnya bukan jadi bahan olokan. Melainkan jadi bahan yang unyuable dan gemasable. Mereka bilang, gemas dengan jerawat saya. Pengen dipencet. Buset dah 😅

Kalaupun ada yang mengolok-olok, biasanya dilakukan oleh Bude-Bude atau saudara yang sudah berkeluarga. Kok akeh kukule rek? Wes nduwe pacar ta?

Hadeeeeeh. Bikin jengah 😫

Kalau gemuk sih, terjadi mulai SMP, hahaha. Tapi ya tetap masih kelihatan bodynya sih. Hanya saja bokong lebih besar, pinggul membesar, bahu dan dada juga makin besar. Wuah klop dah. Ya untungnya tidak terjadi pelebaran di area perut, hehe. Parah dah ntar gemuknya 😅

Sebenarnya jarang sih teman-teman yang membully saya karena gemuk. Sebabnya, saya berada di lingkaran teman-teman yang rata-rata gemuk juga. Juga, gemuknya enggak gemuk-gemuk banget sampai obesitas. Tapi tetaplah yaa… orang gemuk masih dipandang sebelah mata.

Saya mendapat perlakuan body shaming soal kegemukan ini dari keluarga loh, lebih tepatnya Ibu saya. Ya mentang-mentang Ibu agak kurusan ya (maklum, habis kena diabetes, hehe) terus ya gitu… saya diolok-olok tuh. Kadang rasanya becanda, tapi kadang serius juga. Hahaha 😄

Apalagi, akhir-akhir ini… kalimat olok-olokannya Ibu makin variatif dan kreatif. “Awas nek lemu-lemu, ngkok ndak dikarepi Angga loooh”.

Eeee buset daaah 😅

Terus saya tinggal ngacir ke kamar.

Dampak Terhadap Kesehatan Mental
Sejujurnya body shaming yang saya alami dampaknya tidak sampai ke tahap depresi alias stress berat. Dampaknya hanya sekadar sakit hati doang, itu pun juga cuma awalnya doang. Setelahnya saya cuek, lalu berusaha untuk berpikiran positif 😃

Iya, semudah itu respon saya soal body shaming. Dan segampang itu pula saya memaafkan orang-orang pelaku body shaming.

Mengapa saya semudah itu memaafkan mereka? Mengapa saya bisa cuek terhadap perilaku body shaming?
Sebabnya, sedari kecil saya sudah belajar untuk berpikiran positif 😃

Kalaupun ada orang yang berperilaku buruk terhadap saya, saya langsung berpikiran positif. Ooh, mungkin dia bercanda. Ah, omongan dia ada benarnya juga sih. … dan sebagainya.

Jadi, saya tidak pernah berada di tahap depresi paling berat💁

Tetapi, tidak semua orang mampu bersikap seperti saya, yang bisa berpikiran positif meski diterjang badai cacian sekalipun. Mari kita memahaminya. Mari ajak pula mereka untuk belajar berpikiran positif, supaya hatinya tenang 💗

Cara Saya Melawan Body Shaming
Berpikiran positif itu adalah cara pertama untuk menangkis perilaku body shaming dari orang-orang.

Cara kedua adalah dengan cara memperbaiki diri, karena omongan mereka ada benarnya juga loh.  Kalau gemuk, ya coba badannya diidealkan supaya sehat. Kalau semakin gemuk, akan jadi obesitas toh? Sementara kalau berjerawat ya coba rajin skincare, karena toh jerawat itu juga penyakit kan?

Namun kalau warna kulit yang pada dasarnya memang gelap, ya biarkan saja. Cukup kita tonjolkan kelebihan kita yang lain seperti kecerdasan, leadership, dan skills lainnya. Bungkam mulut mereka dengan skills terbaik kita 👊

Lalu cara saya untuk mengatasi jerawat hmm saya tidak bisa mentolerir kedatangannya sih. Dia datang sebagai pertanda bahwa saya akan menstruasi. Jadi yaa… ya udahlah. Tapi saya mengusahakan agar tetap rajin skincare kok, untuk menjaga agar kulit tetap sehat 💁

Sementara kalau kegemukan… ini sih yang bisa saya atur. Ya saya berani bilang bahwa saya diet. Tapi kalau diet untuk kurus, sepertinya itu bukan impian saya. Bisa saja sih pakai produk pelangsing instan yang mahal, namun hasilnya biasanya instan juga sih. Karena sebenarnya diet itu bukan untuk menguruskan badan, melainkan mengatur pola makan 💁

Nah, pola makan ini sih yang saya atur. Dulu saya sering makan banyak ya, sukanya makan berat, hehe. Sekarang mulai atur makanannya. Nasinya sedikit, sayur dan lauknya agak banyak. Kalau mau nambah makan, ya nambah sayur, enggak perlu tambah nasi.

Sebenarnya saya mau mencicil untuk tidak makan gorengan sih, tapi kok susah yaa… Juga pengennya mau makan tepat pada waktunya, atau di jam-jam yang sama. Tapi kok susah ya… hahaha. Ya udah deh, yang bisa dulu saja dilakoni 😆

Selain atur pola makan, saya juga olahraga. Biasanya saya Zumba 2x seminggu. Sengaja memilih Zumba, karena bosan kalau jogging atau senam. Kalau Zumba kan ada lagunya, jadi enggak berasa kalau olahraga, hehe 💃

Hasil di timbangan berat badan, ya lumayan turun. Dampak yang paling terasa adalah ukuran lingkar lengan yang mengecil. Soalnya, baju-baju yang dulunya longgar, eee malah jadi ketat. Alhamdulillah sekarang enggak ketat lagi. Kapan-kapan deh saya ceritain 💁

Cara ketiga untuk melawan body shaming adalah tegur pelakunya. Kalau kita berada di lingkaran orang-orang berpendidika, lalu kita langsung bilang, “eh perilaku body shaming loh itu… enggak boleh…” Biasanya mereka langsung diam, terus minta maaf sambil cengengesan.

Namun bila masih disahut “Ah elah gitu doang dianggap serius”, tegur lagi aja, tapi jangan sampai kelewat ngomel. Menegurnya pelan-pelan, atau pakai becanda juga menegurnya. Misal, “Soal fisik jangan diungkit-ungkit ah, memang pada dasarnya enggak ada manusia yang sempurna. Yang sempurna kan cuma judul lagunya Andra & The Backbone” Eaaaaa 😆

Itu sih 3 cara saya saat melawan pelaku body shaming. Silakan diterapkan. Atau kalau punya cara lain untuk melawan pelaku body shaming, silakan share cerita kalian di kolom komentar.

Cukup panjang juga ya cerita pengalaman dengan topik sensitif ini. Ah iya, kalian juga bisa baca tulisannya Damar Gumilar dengan topik Pengalaman Buruk Body Shaming. Dia menceritakan tentang pengalamannya terkena body shaming, dampaknya yang sampai membuat depresi berat, dan cara melawannya.

Lalu, kamu? Bagaimana caramu melawan body shaming?

Wassalamualaikum wr wb 💕

Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

15 komentar

  1. Sama aku pun pernah mengalami perundungan karena jerawat saat SMP :") dampaknya? Saya berhasil menjauhkan diri cermin hingga bertahun-tahun bahkan foto saat SMP pun aku gak punya :")

    Cuma aku gak menyesal kok pernah ada di posisi itu, aku bersyukur banget malah karena dari sana aku belajar untuk tidak menilai orang dari fisiknya aja :) apapun keunikan yang mereka miliki

    BalasHapus
  2. I feel youuu, dulu sebelum banyak beredar jargon untuk stop body shaming, aku jg sering di nyinyir karena pendek dan pesek. Tapi bener memang salah satu solusinya adalah dengan berpikiran positif

    BalasHapus
  3. Kalau aku dikatain pendek. Jujur sampai sekarang aku gak lupain itu, ngomongnya di depan byk orang. Kan sebel banget!

    Sekarang udah kucuekin karena ya gimana, aku memang gak tinggi sih

    BalasHapus
  4. Mbak, bahasa Jawa Timurnya keliatan banget di blog ini.

    'Pehhh...', 'Rekk...', 'Ta...'

    Bahasa khasnya anak Jawa Timuran, hahahaha

    Kenapa gak dipakek terus aja mbak? Biar jadi ciri khas blog ini.

    BalasHapus
  5. Pokoknya kalo ada yg mulai body shaming jauh2 aja deh. Bakal berdampak buruk thdp mental dan kepercayaan diri. Terutama utk anak2 kecil ya.

    BalasHapus
  6. Aku dari kecil malahan, Rhoos...
    Selalu aja ada yang bilang kalo aku ini pendek, kecil, mringkil...Pasti susah makan yaa..?

    Huhuu~
    Mau dilawan sama apa?

    Dipendam aja dalam hati.

    Sampai besar juga ngalamin.
    Yhaa...sudahlah.
    Toh kita hidup di masyarakat, tidak sendiri.

    Jadi senyumin aja...
    Tulus.

    BalasHapus
  7. Dulu kyknya saya sering dikomentarin kurus hehe.
    Tapi krn saya anaknya cuek yawes gak terlalu mikirin, mencoba membalas pun enggak hehe.
    Mungkin pas itu saya gak ngeh juga kalau itu bagian dr body shaming. Bentar mampir ke artikel Damar Gumilar jg ah.

    BalasHapus
  8. Rasanya sepanjang hidupku selalu mendapat body shamming. Dulu dikatain kulit yang gelap, badan yang besar...


    Lama2 mempan donk. Ya gimana emang kulit bawaannya udah dari sono sawo matang, masak bisa tiba2 jadi putih porselen. Yang penting bersih dan sehat aja deh...

    BalasHapus
  9. Lebih ke berfikir positif yah. Learning juga by process. Bisa jadi juga dari sana kita melewati masa pendewasaan.

    BalasHapus
  10. Hahaha.. sama kayak aku cara ngadepinnya. Paling manjur ya emang berpikir positif aja. Dulu pernah aku diomongin sama temen deket, " Kamu kurus banget, sih. Kasian nanti suaminya, cuma bisa meluk tulang-belulang". Hahaha.. cuek aja sih. Cuma mbatin aja, ah dia mah cuma ngiri soalnya aku lagi ada yg merhatiin.., dan pasti nanti ada yang mau sama aku kok meski kurus gini, wekkk :D

    BalasHapus
  11. Sekarang mulut ngerem banget..kadang basa basi bikin basi beneran..., Apalagi dah lama gak ketemu...

    Eh apa kabar makin Ndut aja

    Dan kalimat yg mengarah pada body shamming..

    BalasHapus
  12. Kalo sekarang ada UU tentang body shaming di dunia maya, kemaren pernah liat di IG, jadi mereka yang ngatain seperti itu bisa kena pasal JIKA korban tidak terima. Dengan cara ini setidaknya membuat kita lebih bijak sebelum menilai orang.

    BalasHapus
  13. Kalo aku mah biasa aja ... ntar juga capek nyinyirnya, ntar juga mati sendiri, ntar juga diem ... oi iii bisa diem gak, LO?!!! PLAKKK!!

    BalasHapus
  14. Pancen nganyelne misal body shaming ditujukan untuk merendahkan yang diejek..
    Mending misal konteks bercanda, tapi ws ora lucu yen nganti melecehkan..

    BalasHapus
  15. dibales dengan kata2 bercandaan gitu, iya sempurna memang "milik" Andra & The Backbone
    kayak aku gini, memang susah gemuknya meskipun njajan terus, ya mau gimana lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar