Berlomba dalam Kebaikan

2 komentar
Konten [Tampil]
Assalamualaikum wr wb

Hidayah itu datangnya memang tiba-tiba. Asalkan kita mengejarnya, mengingatnya dan mengusahakannya.

Memang juga, enggak ada keluarga yang sempurna. Pasti ada celah-celahnya. Juga pasti ada hal-hal baik yang belum dilakukan. Kerapkali, sebagai anak yang mendapat ilmu baik, namun orang tua belum (entah belum tahu atau belum diterapkan), kita merasa… hmm… ada gejolak untuk mengingatkannya, memberitahu, atau menegur.

Namun sekalinya menegur, enggak jarang pula dapat tatapan sinis. Seakan-akan kita masih kecil, enggak tahu apa-apa. Seakan-akan kita sok benar, sok pinter. Padahal kita menyampaikan apa adanya.

Lalu sebagai anak, seringnya kita hanya bisa diam. Menyerahkan segala kepada-Nya. Sembari menunggu petunjuk itu datang dengan sendirinya.

Dalam menulis ini, sebenarnya saya enggak ada maksud riya’ untuk menyatakan bahwa saya lebih baik daripada orang tua untuk beberapa hal. Bukan itu poinnya. Melainkan kepada buah dari penantian yang kita dambakan sejak lama. Yaitu hidayah.

Mulai beberapa hari yang lalu, Alhamdulillah muncul kebaikan-kebaikan di dalam rumah. Ibu sudah mulai mau sholat dhuha. Sebenarnya sudah sedari dulu saya ajak, biar rejekinya Ibu makin lancar. Namun waktu itu masih ada penolakan. Ya mungkin belum tergugah saja hatinya.

Yang jelas, sekarang Ibu sudah rajin sholat Dhuha… Bahkan sepertinya Ibu lebih baik daripada saya. Bacaan doa selepas sholat dhuhanya lebih panjang euuuuy… dan saya belum mampuuuu… huhu…

Selain sholat Dhuha, Ibu juga sudah mulai rajin sholat Tahajud. Alhamdulillah…

Ehtapi di satu sisi saya sedih. Saya merasa kalah euy. Haha

Ya memang sih, saya sholat Tahajud, tapi enggak rajin. Enggak sering juga. Kalau kebetulan bangun jam 3.45, berangkat tuh buat Tahajud. Tapi kalau bangunnya jam 2, 2.30 atau jam 3, wuah saya lebih memilih tidur deh, haha.

Lalu saat Ibu cerita bahwa sudah rajin tahajud, huhuuuuu pengen ngerajinin jugaaaak… Dalam beberapa hari terakhir ini, belum rajin juga sih. Kadang terlewat, hehe. Tapi Inshaa Allah akan rajin seiring berjalannya waktu.

Enggak cuma itu loh. Ibu mulai rutin puasa senin kamis. Ibu juga berhasil untuk ngajak Ayah puasa. Huhuuuu, saya kalah telak sama Ibuuuuu.

Ibu juga puasa arafah mulai kemarin. Huuuu saya kemarin enggak puasaaa. Puasa arafahnya ikut yang hari ini doang sih. Ada Ibu dan Ayah yang puasa juga. Saya menduga, si Adek pasti juga puasa arafah di sekolahnya.


Ah ya, hal-hal baik ini muncul ya tentu ada sebabnya sih. Berupa ketaatan, ketaqwaan, atau kesadaran diri bahwa kami tak benar-benar mampu dalam mewujudkan mimpi.

Iya, sejujurnya Ibu langsung stres saat saya bilang bahwa Adek pengen kuliah di Jepang. Wuh, mungkin Ayah sama stresnya.

Ya mungkin, mimpi Adek itulah yang membuat Ibu dan Ayah sadar. Bahwa kami tak benar-benar mampu bila tanpa kehendak-Nya. Kami juga sadar, bahwa untuk mendapatkan kehendak-Nya, harus melakukan berbagai cara yang disukai-Nya.

Mengadu. Mendekat. Meminta. Bersama-sama.

Semoga, kami bisa saling menguatkan dalam kebaikan. Aamiin.

Wassalamualaikum wr wb 💕

Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

2 komentar

  1. Bahagiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget rasanya kalau dalam satu keluarga tuh semangat mengerjakan ibadah, dan saling mengingatkan. Rasanya pintu menuju surga terbuka sangat lebar supaya satu keluarga bisa masuk semua :" huhu jadi terharu.

    Mungkin itu kali ya yang dirasakan umik abi saat aku akhirnya salat 5 waktu tanpa disuruh atau dimarah-marahin lagi kayak waktu masih kecil wkkkwkw.

    Again, everything needs process :D

    Kipidap kaak ^^

    BalasHapus

Posting Komentar