Candi Cetho dan Candi Kethek Karanganyar

Konten [Tampil]
Assalamualaikum wr wb

Sabtu itu, adalah kesempatan saya dan si Mas untuk bermain seharian. Enggak ada agenda lain yang menyertai. Full agendanya adalah main berdua~~

Saya enggak tahu, si Mas akan mengajak saya kemana.  Yang jelas, akan keluar dari Solo... pergi jauh... yang enggak tahu dah di mana lokasinya. Pokoknya ikut dah. Pasrah.

Menikmati Perbukitan Karanganyar

Rupanya si Mas ngajak saya ke Karanganyar. Tujuannya ke Candi Cetho, arah Gunung Lawu. Sepanjang perjalanan, saya dibuat takjub dengan pemandangan di kanan kiri.

Kami melewati perbukitan. Ijo royo-royo terhampar di depan mata. Kebun teh berjajar dimana-mana. Lahan pertanian pun tampak eksotis berada di dataran tinggi. Bener-bener keren.

Yang lebih keren, di setiap sudut perbukitan Karanganyar ini ada banyak spot wisatanya loh. Bisa banget kalau mau berhenti dimana aja. Cocok banget buat liburan keluarga. Nanti, saya akan mengajak keluarga saya main ke sini. Inshaa Allah.

candi-cetho-karanganyar
Bagian depan Candi Cetho

Lokasi Candi Cetho Karanganyar

Candi Cetho ini secara administrasi berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Candi ini berada di ketinggian 1496 mdpl. Maka jangan heran bila jalanannya menanjak. Sekaligus meliuk-liuk. Cukup mampu menantang adrenalin.

Sarapan di Candi Cetho Karanganyar

Jalanan menuju Candi Cetho menanjak banget. Takut euy. Saya berat, haha. Tapi si Mas kuat kok, hehe.

Sesampainya di sana, saya laper banget. Sudah minta sarapan sejak awal, tapi si Mas enggak ngasih. Sarapan di lokasi saja katanya. Yawes, manut.

Kami sarapan dulu di tempat makan dekat Candi Cetho. Tempat ini biasanya buat tempat singgah para pendaki yang hendak berangkat ke Gunung Lawu. Ya tempat singgahnya si Mas juga sih kalau mau ndaki.

HTM Candi Cetho Karanganyar

Selepas sarapan, kami lanjut masuk ke Candi Cetho. Membayar HTM sebesar 7.500/orang. Untuk warga asing, cukup membayar 25.000/orang

Lalu kami dipinjami kain sarung. Motifnya kotak-kotak hitam putih. Khas hindu yang serupa di Bali itu loh.

Tujuan kami wajib memakai sarung ini adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap candi yang masih digunakan sebagai tempat ibadah. Iya, candi ini masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah agama Hindu.

Tak jarang kami melihat banyak umat Hindu yang berwisata rohani ke candi ini. Mereka menarik. Berwarna dengan pakaiannya. Cantik-cantik dengan pakaian khasnya.
candi-cetho-karanganyar
Kain sarung kotak hitam putih itu wajib dikenakan pengunjung. Btw, di belakang saya adalah orang-orang yang hendak ibadah. Suasananya kayak di Bali ya

Candi Cetho, Candi di Atas Awan

Candi Cetho ini cukup luas. Jalanannya beranjak. Berundak. Kita akan melangkah naik ke teras-teras. Dulunya sih ada 14 teras berundak. Namun setelah dipugar, tersisa 9 teras.
candi-cetho-karanganyar
Belakang saya itu teras-terasnya... berundak-undak

Teras yang semakin meninggi, semakin menunjukkan keindahan sekitar. Kita dapat melihat awan-awan dari atas candi. Kalau sedang sepi, bahkan kita bisa berfoto di antara gapura, dengan latar belakang langit. Sayangnya saya enggak dapat momen ini. Rame euy.

candi-cetho-karanganyar
Lihat gapura yang kecil itu? Pengennya foto di sana. Tapi rame euy, orang-orang pada enggak ngerti yang namanya 'foto bergantian'

Ragam Situs Peninggalan Budaya Hindu di Candi Cetho

Di berbagai sudut, terdapat banyak peninggalan budaya hindu. Seperti lingga yoni, susunan batu yang tertata rapi, dsb. Susunan batu tersebut membentuk gambar hewan. Ada 2 yang bisa saya tebak, yaitu garuda dan kura-kura.

Saya paling suka dengan susunan batu yang membentuk garuda. Eksotis. Sebab, saya terimajinasi bahwa susunan batu tersebut serupa alas/ruang untuk berpindah dimensi. Hahaha, imajinasinya ngayal banget.
candi-cetho-karanganyar
Belakang saya ini bentuknya burung garuda... kayaknya sih, haha

candi-cetho-karanganyar
Ini di teras tertinggi. Ah ya, candi yang ini digunakan sebagai tempat ibadah. Jadi, pengunjung enggak boleh masuk kecuali bila hendak beribadah
Sepertinya saya di sana enggak foto-foto situsnya. Hemat baterai kayaknya. Jadinya enggak ada banyak hal yang bisa saya sampaikan. Oh berarti ini pertanda bahwa saya harus ke sini lagi. Bersama keluarga dari Lumajang, hoho...


Pelataran Dewi Sarasvati

Berjalan ke atas sedikit, kita mendapat sebuah pelataran yang luas. Ada patung perempuan di sana. Dewi Sarasvati, begitu orang-orang menyebutnya.

Pelataran tersebut juga digunakan sebagai tempat ibadah. Lebih tepatnya sebagai tempat pemujaan.
candi-cetho-karanganyar-pelataran-dewi-sarasvati
Belakang saya ada air mancur. Ada sesajennya di sana.. Mata saya sipit banget toh

Pengunjung boleh-boleh saja masuk ke sana. Asalkan alas kaki dilepas. Tapi saya enggak masuk ke sana. Sebab saat itu saya belum suci, jadi enggak berani. Saya lebih memilih menghormati.

Tapi si Mas masuk kok. Dia nyari sumber dekat sana. Bilangnya ya sumber air yang suci. Airnya seger dan jernih. Si Mas menciduk air 1 botol. Lumayan buat bekal perjalanan, hehe. Ada rasa mawarnya 😆

Candi Kethek Karanganyar

Lepas dari pelataran Dewi Sarasvati, si Mas lanjut ngajak ke Candi Kethek. Kalau ini agak jauh sih. Perlu berjalan 300 meter ke arah timur laut. Bahkan kita melalui jalur pendakian ke Gunung Lawu yang biasa dilewati para pendaki.

Jalanannya sepi. Setapak. Enggak banyak orang yang datang ke sini. Sesekali berpapasan dengan para pendaki. Keren ya mereka.

Tiba di lokasi, ada sebuah candi tunggal. Bangunannya enggak tinggi kok. Palingan 4-5 meter. Ukurannya juga enggak luas. Sekitar 8-10 meter.

Di sampingnya ada bilah papan yang menunjukkan sejarah ringkas Candi Kethek.

candi-kethek-karanganyar
Candi Kethek sederhana kok. Gini doang

Namanya Candi Kethek. Iya, kethek artinya monyet/kera dalam Bahasa Jawa. Konon dulu banyak keranya di sini. Tapi saat saya ke sini, tak ada satupun kera yang kami temui. Yang ada hanyalah kami berdua, hahaha.

candi-kethek-karanganyar

Melewati Jalur Mistis

Selesai dari Candi Kethek, kami pulang melewati jalur yang sama dengan keberangkatan dari Candi Cetho. Kami melewati jalanan setapak dengan tebing tinggi di sisi kanan, lalu melewati bekas sungai, pohon-pohon tinggi dan segala aneka rupa yang ada di hutan.

Saat awal keberangkatan, si Mas bilang sesuatu. Meminta saya untuk mengingat-ingat sebuah titik. Titik itu adalah jalan atau area yang kita lalui. Titik A, B, C dan D. Ya saya mencoba mengingat sebisanya.

Lalu saat pulang, si Mas menagih hafalan saya. Ya saya coba ingat-ingat. Si Mas mulai ada gelagat. Ada sesuatu yang ingin diungkapkan, tetapi ragu khawatir saya ketakutan.

Saya agak curiga sih dengan gelagat si Mas. Tapi masih mencoba menerka-nerka.

Hingga akhirnya... Saya ingat sebuah cerita. Dan seketika itu, saya merasa terhantam sesuatu yang besar dari atas tebing. Huah, ngeri. Saya langsung menggenggam lengan si Mas erat-erat.

Cerita yang tiba-tiba saya ingat itu adalah sebuah cerita yang pernah ditulis si Mas di blog. Kisah tentang si Mas ketemu mahluk astral. Lokasi pertemuannya ya di titik-titik yang saya disuruh menghafalkannya tadi.

Huooooh ngeri dah saya.

Heran juga sih. Kok saat itu saya mampu mengingat sebuah cerita mistis yang pernah ditulis si Mas di blognya. Memori saya kuat banget ya. Atau energi keterkaitannya yang begitu kuat???

Nyemil Tempe Mendoan yang Enak Banget

Perjalanan pulang dari Candi Cetho, kita akan disuguhi dengan beragam oleh-oleh. Khas dusun Cetho banget. Yang saya ingat banget: bawang hitam. Selebihnya lupa, hehe.

Turun dari Candi Cetho, saya melihat ada orang jualan tempe mendoan. Tempenya digoreng tipis. Baru diangkat. Krenyes banget sepertinya. Saya menjadi lapar. Akhirnya beli 10.000. Dapat 10 biji. Berbagi sama si Mas.

Sarung yang Hilang

Usai makan tempe goreng, kami bergegas hendak pulang. Lalu saya terheran-heran ketika mendapati si Mas sudah tidak lagi mengenakan sarung hitam putih.

Loh kemana sarungnya?

Coba ditelusuri tak jauh dari situ, tapi kami tak kunjung mendapatkan.

Lah hilang kemana sarungnya? Sarungnya mlorot dan si Mas enggak ngerasa, begitukah? Hahaha

Ya sudahlah. Biarkan saja. Toh hilangnya di area wisata. Ya semoga saja ditemukan oleh pemandu wisata.

Seharusnya, sarung hitam putih tersebut dikembalikan ke tempatnya. Boleh banget kalau dikembalikan di kotak yang ada di pintu gerbang. Kainnya tidak boleh dibawa pulang. Cukup kenangannya saja yang boleh dibawa pulang.

Di Balik Layar

candi-kethek-karanganyar
Dipasangin udeng Bali sama si Mas
candi-kethek-karanganyar
Pake udeng kayak gini kan... serupa perempuan hindu yang iseng pake kopyah. Ya toh? Tauklah kok dipakein ini

candi-kethek-karanganyar
Si Mas yang galfok pas saya ajak foto
candi-kethek-karanganyar
Foto selfie buat laporan ke Ibu~~~

Nah, itulah cerita saya bersama si Mas. Berwisata ke Candi Cetho dan Candi Kethek.

Selanjutnya, kami turun. Kami singgah ke destinasi wisata selanjutnya. Lembah Katresnan namanya.

Tunggu ceritanya pekan depan yaaa...

Wassalamualaikum wr wb 💕
Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

22 komentar

  1. Sebagai anak Sejarah, aku tuh suka banget main ke Candi. Ntar kapan-kapan aku kesana deh. Terimakasih loh kak informasi nya

    BalasHapus
  2. Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm (sepuluh jam) wkwkwkkww.

    Alhamdulillah, makin bahagiaaa :)

    Meski tempat wisata di dataran tinggi itu butuh perjuangan lebih daripada ke pantai, aku selalu suka. Karena pemandangan dan udaranya yang dingin bikin semua letih hilang saat nanjak XD

    Aku belum pernah ke tempat eribadatan agama lain yang kudu pakai atribut tertentu. Pingin suatu saat nyobain hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. cobak aja zah
      seru
      gak langsung jadi murtad kok, hahaha

      Hapus
  3. Oh, iku to wujude si Mas ternyata..

    Cukup tau..

    BalasHapus
  4. suka berkunjung ke objek wisata candi, jaman sd pernah uga. asyik. jaman masih minta duit sama mama, ha ha.

    tempatnya di situ memang asri ijo r oyo2 dah. suuuuuuegeeer kalo di pagi hari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pas gede disempetin dong berwisata...
      bolehlah kalau ke candi
      sekalian refreshing~~

      Hapus
  5. Kayaknya ini perlu masuk list destinasi wisata selanjutnya nih... Wisata candi memang selalau seru, terutama karena sejarahnya yang menarik buat aku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, menarik
      sebab berbeda dengan kita
      juga itu adalah khazanah nusantara

      Hapus
  6. Murce abis 10k dapet sepuluh wahaha :3 asyik bener ih, tapi pas diceritain titik2 mistis juga merinding, untung ngga sendirian hihi

    BalasHapus
  7. Tanjakan paling ngeri pas udah maubke kawasan Candi Cetho itu menurutku. Nanjak banget. Pas turun pun aku suka was-was. Ngeri...

    Itu kejadian sarung ilang, nggak suruh ngganti apa di denda gitu kah, Ros, sama pihak pengelolanya?

    BalasHapus
  8. Dingin ini pasti daerahnya ya. Belum pernah nih ke daerah Karanganyar. Next kalau ada kesempatan mau juga ah mampir. Bagus ya pemandangan di sana

    BalasHapus
  9. Wah seru banget ceritanya. Ada yang ternyata candi yang di atas gunung gitu. Tadi kuliat pemandangannya sih keren. Jadi pengen deh ke sana kapan-kapan.

    Oh iya itu yang Candi kethek, bener-bener gak ada monyetnya ya? Pada kemana ya monyetnya?

    BalasHapus
  10. saya ingin mencoba pergi kesana karena di tempat kelahiran saya tidak memiliki situs budaya seperti candi cetho dan candi kethek yang terletak di karanganyar. Next nanti saya ke sana ingin mencoba melihat langsung hehe

    BalasHapus
  11. Tuh kann. .Aku jadinya pengen kesitu juga. .Indah banget ya tmpatnya. Kaya sejarah dan spot foto

    BalasHapus
  12. Candi cetho tetap jadi target utama, HTM nya murah banget ya ternyata. Kemarin sempet ke karanganyar, tapi waktunya gak sempet untuk mampir ke Cetho

    BalasHapus
  13. ditunggu laporan dari Lembah Katresnan nya hahahahha

    BalasHapus
  14. Bagus sekali ya mbak pemandangan alam di sepanjang perjalanan ke candi, dan tentu saja udaranya pasti sangat sejuk dan segar

    BalasHapus
  15. waw,, ternyata pasangan blogger nih :D

    pas lewat ke titik2 itu gak ketemu lagi sama makhluk astralnya? :D

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus

Posting Komentar