Menemukanmu - Baleriano Chapter 26

Konten [Tampil]
naskah-novel-baleriano

Lampu masih menyala merah, masih pada hitungan ke 297. Dan sialnya, aku berada sekitar 100 meter dari perempatan jalan, masih jauh. Hanya ingin berbelok ke kiri saja butuh waktu selama itu. Ya, inilah Jakarta, semua hal harus dipatuhi dan ditaati dengan dalih ‘mau bagaimana lagi?’

Pada waktu selama itu, sangat menguntungkan bagi para pegiat jalanan untuk mengais-ngais rezeki. Ada yang menjadi pengamen dengan bernyanyi ala kadarnya, ada yang menjadi loper koran, ada yang menjajakan makanannya dan ada pula yang sekedar mengemis dengan tampang basi.

Seorang loper koran mengetuk pintuku. Ia mengetuk kaca mobilku seraya berkata, “Koran... koran...”

Aku tidak menggubrisnya. Aku hanya menoleh sekilas.

Loper koran berkaca mata itu mengenakan topi kumal yang sepertinya berfungsi untuk menutupi kepalanya dari terik matahari. Aku tidak mempedulikan loper koran tersebut, karena pada dasarnya aku memang tidak suka membaca koran.

Loper koran itu mengetuk kaca mobilku lagi, “Koran... Koran...” katanya.

Aku menoleh lagi padanya.

Dan betapa terkejutnya aku bahwa aku tak asing dengan wajah loper koran itu. Aku melihat sosok orang yang pernah kukenal pada wajah tukang loper koran tersebut. Persis. Sama. Sangat mirip dengan sosok itu, hanya saja wajahnya tampak kusam dan kotor, bajunya pun kumal.

Aku berteriak kegirangan, “Davin!”

Tak mau kehilangan Davin, aku pun segera membuka kaca mobilku.

Loper koran tersebut berkata lagi, “Mbak, koran..nya...” Lalu ia terkejut melihatku.

Tak salah lagi, pasti Davin.

“Vin, kamu Davin kan? Kamu kemana aja, Vin?!” tanyaku dengan nada yang bercampur kesal dan gembira.

Tukang loper koran tersebut kikuk. Wajahnya terlihat bingung dengan dugaan yang aku cecarkan padanya. Kemudian ia berlari dari sisi mobilku. Berlari menjauhiku.

Aku yakin, tukang loper koran itu pasti Davin.

Aku tak mau kehilangan Davin. Aku pun keluar dari mobil dan berlari mengejar tukang loper koran tersebut. Untungnya saat ini aku tidak mengenakan high heels, melainkan wedgess dengan hak 3cm saja. Dan kebetulan aku sedang mengenakan celana, bukan rok yang biasa aku kenakan sehari-hari. Ini kebetulankah atau memang sudah rencana Tuhan?

Davin lari pontang-panting menyusuri trotoar. Aku masih mengejarnya. Ia berlari dengan sangat cepat.

Sampai akhirnya ia terjatuh karena tersandung, entah tersandung apa. Aku menghampirinya lalu memegang lengannya dengan erat, agar ia tidak kabur dari hadapanku.

“Vin, kamu kok malah lari? Aku mencarimu sejak dulu...”

Tukang loper koran yang kupastikan adalah Davin, malah meringis kesakitan.

“Kamu kemana aja? Aku mencarimu. Aku ingin meminta maaf padamu. Aku ingin berbicara banyak padamu.”

“Tapi saya harus kerja, Ra!” bentaknya tiba-tiba.

Aku tersentak kaget.

Tukang loper koran yang ternyata benar Davin membuat hatiku berkecamuk dengan bentakannya. Baru pertama kali bertemu sejak kehilangannya, ia malah menyapaku dengan tidak ramah, hanya untuk satu alasan: kerja.

“Aku beli waktumu! Aku akan membeli waktumu dengan hasil upah kerjamu berapapun itu semaumu!”
***

Cinta itu terdiri dari 2 huruf hidup dan 3 huruf mati serta dua orang yang siap hidup dan mati
– Lely Maulita -



Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

Posting Komentar