Disabilitas Kusta, Cara Mengatasinya dan Cara Mendukung Penyandang Kusta

Konten [Tampil]

Assalamualaikum wr wb

Cukup berat sih membahas kusta ini. Apalagi kalau kita bicara tentang penyakit kusta yang kian parah hingga menimbulkan cacat atau disabilitas.

Pada artikel ini, saya akan sharing tentang beberapa ilmu yang saya dapatkan. Yaitu terkait penyakit kusta secara umum (ciri-ciri, penyebab, gejala), cara mengatasi kusta, cara penanganan kusta selama pandemi, dan bagaimana para penyandang kusta mendapatkan penghasilan sehari-hari.

Saya mendapatkan informasi penting ini karena kemarin nonton live youtube-nya Berita KBR. Saya seperti sedang mengikuti kuliah yang mengangat tema Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di Tengah Pandemi.  

Betapa info ini penting untuk saya catat di blog dan saya sampaikan kepada teman-teman yang membaca. Supaya kita bisa sama-sama bergerak memberantas kusta dan bisa mendukung OYPMK (Orang Yang Pernah Menyandang Kusta).


Mengenal Penyakit Kusta

Apa Itu Kusta?

Kusta adalah sebuah penyakit kronis yang menyerang jaringan kulit dan sistem imun tubuh. Kusta bukanlah penyakit kutukan atau guna-guna. Melainkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan bisa disembuhkan dengan ilmu kedokteran.

Ciri-Ciri Penyakit Kusta

Penyakit kusta ini hampir mirip dengan covid-19. Sama-sama menular. Sama-sama bisa menular melalui sentuhan kulit maupun droplet. Dan sama-sama menyerang sistem imun.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini saya rincikan mengenai ciri-ciri penyakit kusta:

  • Ada bercak putih yang dikira panu. Kalau bercak putihnya terasa gatal, berarti itu panu. Tapi kalau bercak putihnya tidak terasa apa-apa, maka itu kusta
  • Kulit mati rasa. Kulit kehilangan kemampuan dalam merasakan suhu, sentuhan, tekanan, dan rasa sakit
  • Muncul lesi pucat yang berwarna lebih terang dan menebal di kulit
  • Muncul luka tapi tidak terasa sakit
  • Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut
  • Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
  • Kehilangan alis dan bulu mata
  • Mata menjadi kering dan jarang mengedip
  • Luka di tangan atau kaki bisa menyebabkan hilangnya jari tangan atau jari kaki


Penyebab Penyakit Kusta

Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui sentuhan antar kulit dan juga melalui droplet atau percikan cairan dari saluran pernapasan. 

Namun penularan kusta terjadi apabila seseorang terkena percikan droplet dari penderita kusta secara terus menerus. Hal ini dikarenakan bakteri ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita. Biasanya orang-orang baru menyadari bahwa dirinya terkena kusta setelah 20-30 tahun.

Mengapa Kusta Dimasukkan ke Kategori Disabilitas?

Kusta adalah penyakit yang menyerang secara perlahan. Penyakit ini menyerang sistem imun dan sistem saraf. Imun yang lemah, membuat bakteri berkembang dengan baik. Kondisi ini berdampak pada kerusakan saraf.

Kerusakan saraf yang dialami akan membuat penderita kusta kebal terhadap rasa nyeri. Sehingga mereka mengalami kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit. Jadi mereka tidak merasakan sakit meskipun jari mereka copot.

Karena tidak merasakan sakit, jadi mereka tidak merasakan saat jarinya diserap oleh jaringan tubuhnya sehingga tampak memendek. Orang-orang menyebutnya jarinya copot. Inilah yang menyebabkan kusta dimasukkan ke dalam kategori disabilitas. 

Sebab, hilangnya anggota tubuh berdampak pada terganggunya aktivitas sehari-hari.

Cara Mengatasi Kusta atau Mengobati Kusta

Cara mengatasi kusta adalah menekan tumbuhnya bakteri penyebab kusta dan mengerti ciri-ciri terjadinya kusta.

Untuk mencegah terjadinya penyakit kusta, maka kita harus melakukan identifikasi sendiri. Kita harus bisa merasakan apakah ciri-ciri kusta sedang kita alami.

Kalau merasakan ciri-ciri kusta telah timbul di badan kita, maka langkah selanjutnya adalah datang ke puskesmas terdekat untuk memeriksakan diri lebih lanjut.

Kalau kita diidentifikasi menderita kusta, maka dokter akan memberikan penanganan melalui obat-obatan dan tindakan pembedahan. Pembedahan bagi pengidap kusta bertujuan untuk:

  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak
  • Memperbaiki bentuk tubuh pengidap yang cacat
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh

Cara Penanganan Kusta Selama Pandemi

Jumlah penyandang kusta kini makin banyak. Per tahun 2021, sudah ada 16.704 penyandang kusta. 9,4 persen di antaranya adalah anak-anak (sumber: Kemenkes, 2021).

Kusta harus diberantas dan informasinya harus disebarluaskan supaya lebih banyak orang yang aware. Sebab penyakit kusta ini dapat menjatuhkan mental dan membuat orang-orang pesimis atas kehidupannya.

Apalagi saat pandemi seperti ini, penanganan penyakit kusta susah dilakukan. Namun bukan berarti susah dilakukan, maka pemerintah tidak mengambil tindakan sama sekali.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Komarudin, S.Sos., M.Kes selaku Wasor Kusta Kabupaten Bone, bahwa “para petugas kesehatan puskesmas di kab. Bone tetap melakukan penanganan kusta dengan menerapkan protokol kesehatan”.


Para penyandang kusta seringnya tidak peka dan malu. Maka para petugas kesehatan tetap rajin datang ke rumah-rumah untuk menanyakan keadaan kesehatan warga. Ditanyakan apakah mengalami masalah panu, kadas, kurap dan ciri-ciri lain yang mengarah ke kusta.

Mereka datang ke rumah-rumah warga dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Tidak hanya menerapkan 3M, melainkan 5M, yaitu Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga Jarak, Membatasi Mobilitas, dan Menjauhi Kerumunan.

Para petugas dan warga Kabupaten Bone sama-sama sadar mengenai berbahayanya penyakit kusta dan covid-19. Hal ini dikarenakan mereka mengusung slogan “ya tutu ya upe’ ya ya capa’ ya cilaka” yang artinya adalah yang berhati-hatilah yang beruntung (selamat) dan yang lalai yang bakal celaka.

Para petugas kesehatan Kab. Bone akan datang ke rumah-rumah untuk mendeteksi gejala penyakit kusta yang mungkin diderita warga. Mereka menerapkan program RGO, yaitu Rendam, Gosok, Oles.

Rendam kaki selama 20 menit di air dingin, gosok secara lembut dan perlahan di bagian tubuh yang menbal atau apakah ada luka, lalu oleskan dengan minyak pada jari tangan dan kaki untuk mencegah kulit kering dan pecah-pecah.

Apabila warga memiliki ciri-ciri terkena kusta, maka mereka akan dibawa ke puskesmas untuk menjalani pengobatan sesuai prosedur.

Jadi, pandemi tidak menghalangi para petugas kesehatan untuk memberantas kusta. Hal ini terbukti bahwa angka prevalensi penyakit kusta di Kabupaten Bone mengalami penurunan yang signifikan. 

Yang awalnya sebelum pandemi terdapat 2,5 penderita per 10.000 penduduk, kini di masa pandemi tinggal 1,7 penderita per 10.000 penduduk. Hal ini menandakan bahwa situasi pandemi tidak menghalangi penurunan jumlah penyandang kusta.

Bapak Komarudin juga menyampaikan bahwa penyakit kusta ini selain menyerang fisik, juga bisa menyerang mental. Orang-orang menjadi pesimis karena cacat yang ia alami. Maka dari itu, butuh dukungan dari berbagai pihak supaya OYPMK bisa tetap semangat dalam menjalani hidup.

Bagaimana Orang Penyandang Kusta Mendapat Penghasilan?

Salah satu cara agar OYPMK tetap semangat dalam menjalani hidup adalah tidak adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain, terutama dalam mencari penghasilan. Diharapkan OYPMK tetap dapa bekerja dengan baik seperti orang normal lainnya.

Hal ini diungkapkan oleh Bapak Rohman Budijanto selaku Direktur Eksekutif The Jawapos Institute of Pro Otonomi JVP Lembaga Nirlaba Jawa Timur, bahwa tidak boleh ada perbedaan untuk para penyandang disabilitas kusta dalam mencari penghasilan.


Contohnya, ada banyak penyandang disabilitas yang bekerja di Jawa Pos. Mereka memiliki kesempatan kerja yang sama dengan orang-orang lainnya. Tidak ada yang membeda-bedakan.

Selama ia mampu melakukan tugasnya dengan baik, contohnya menjadi layouter, editor, dan lainnya meskipun ia mengalami cacat fisik, maka ia diterima dengan baik. Jadi yang dilihat adalah kualitas dan kemampuan, bukan fisik apalagi penampilan.

Bahkan dalam proses rekrutmen, tidak ada syarat khusus mengenai fisik untuk menjadi karyawan di Jawa Pos. Jadi, semua orang boleh mendaftar. Lalu yang diterima adalah orang-orang yang berkualitas, tanpa memandang fisiknya.

Jauh sebelum undang-undang menetapkan bahwa 1% karyawan perusahaan harus seorang difabel, justru Jawa Pos telah melakukannya dan tidak membeda-bedakannya sama sekali. Mereka diukur berdasarkan kompetensinya. Jadi, semua adil untuk orang-orang dengan disabilitas. 

Hal ini tentu membawa angin segar bagi para penyandang disabilitas, utamanya disabilitas kusta. Masih terbuka lebar harapan hidup untuk para OYPMK. Bahwa mereka berhak hidup bahagia seperti orang lainnya.

Bagaimana Cara Kita Membantu Para Penyandang Kusta?

Sejatinya, ada banyak cara untuk kita membantu para penyandang kusta. Berikut ini saya contohkan beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk membantu para penyandang kusta:

  1. Tidak menjauhi OYPMK dan tetap menganggapnya sebagai teman atau saudara
  2. Mengajak OYPMK ke puskesmas untuk penanganan kesehatan secara rutin
  3. Mengingatkan teman-teman lainnya lewat media sosial bahwa kusta bukanlah aib atau kutukan
  4. Membantu OYPMK untuk berbisnis online atau bekerja secara online supaya tetap memiliki mata pencaharian
  5. Aktif menyebarkan informasi tentang kusta untuk mengurangi jumlah kasus kusta di Indonesia

Dukungan tersebut diyakini sangat bisa membantu para OYPMK untuk tetap optimis dan semangat dalam menjalani hidup.

Kalau bukan kita yang peduli, ya siapa lagi?

Semoga tulisan ini bermanfaat ya supaya tidak ada lagi penyandang kusta di muka bumi ini. Aamiin.

Wassalamualaikum wr wb


Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

Posting Komentar