Apa yang Dirasakan Sebelum Menikah?

Konten [Tampil]

Assalamualaikum wr wb

Menikah itu merupakan sebuah peralihan yang cukup besar. Dari hanya memperhatikan diri sendiri, menjadi harus peduli dengan orang yang sudah terikat dengan kita. Agak cukup rumit sih. Bahkan pikiran saya juga rumit saking bingungnya mau apa.


Ini yang Dirasakan Sebelum Menikah

Supaya nggak bingung, kali ini saya mau sharing tentang perasaan-perasaan apa saja yang saya rasakan ketika beberapa hari menjelang pernikahan.

1. Ragu

Perasaan ragu ini bukan terjadi H-7 atau H-30, melainkan sudah sejak lama. Sebenarnya yakin sih sama si dia, tapi ada ragu juga. Ini perasaan yang wajar sih. Karena kita tuh harus memilih 1 laki-laki yang akan menemani kita sampai akhir hayat.

Memilih sosok laki-laki yang beriman, soleh, baik, dan memperjuangkan keluarganya di jalan kebenaran. Nah, apakah si dia adalah sosok tersebut? Ya awalnya sih ragu, karena saya nggak banyak tahu mengenai background agama dia. Tentang bagaimana dia sholat, ngaji, puasa, dan lainnya.

Namun sepertinya saya tutup mata dulu. Setahu saya dia sholat, puasa, dan lainnya. Kalau ngaji, saya nggak tahu. Yaa kalau dia ternyata jarang ngaji, biar saya saja yang ngajak mengaji. Kita bisa kok belajar agama bareng.

Intinya, ragu itu boleh, tapi kalau sudah dekat dengan hari pernikahan ya harus diyakin-yakinkan.

2. Membanding-Bandingkan

Saya sempat membanding-bandingkan si dia dengan orang lain. Namun hari pernikahan sudah begitu dekat. Jadi saya nggak bisa untuk bilang ke diri sendiri bahwa ada orang yang lebih baik dari dia. Saya justru membangun tinggi tembok itu.

Saya harus bilang bahwa si dia jauh lebih baik daripada orang itu. Jadi saya sempat membayangkan. Kalau saya sama orang itu, apa ya jadinya? Ternyata parah dan saya nggak mungkin bisa toleransi. Dan sepertinya untuk hal-hal buruk di dia, saya masih bisa toleran.

Intinya, menurut saya: membanding-bandingkan itu boleh, asalkan si dia itu lebih unggul.

3. Nggak Siap

Justru ini perasaan yang muncul di diri saya. Semakin dekat dengan hari pernikahan, justru saya semakin nggak siap membina rumah tangga.

Saya saja yang usianya sudah matang dan membawa banyak bekal, masih merasa belum siap. Ya apalagi orang-orang yang nikah muda, yang nikah dipaksa, dan lainnya.

Saya tuh hanya nggak siap untuk pindah rutinitas. Di rumah orang tua bisa leyeh-leyeh, manja-manja sama Ibu, ngurusin diri sendiri, dan lainnya.

Lah kalau udah nikah? Harus perhatian sama suami, harus peduli sama suami, ngikut suami, dan lainnya yang duuuuuh ribet amat dah.

Namun sejatinya, hidup itu akan terus berputar. Kalau kita diam di tempat atau berada di zona nyaman, maka kita tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya berjuang. Bahkan berjuang dari struggle rutinitas di zona nyaman ke zona yang baru, merupakan sebuah penghargaan yang luar biasa.

Semoga dengan menulis perasaan-perasaan ini, saya bisa merasa lebih lega. Bisa melepas semua keresahan sebelum menikah.

Kalau dibaca suatu hari nanti, mungkin akan seru kali ya. Berdarma wisata ke perasaan masa lalu.

Wassalamualaikum wr wb


Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

Posting Komentar