Sekolah itu Nomor Satu

24 komentar
Konten [Tampil]


Oke, kali ini gue akan bercerita tentang sekolah gue. Dari awalnya sekolah, sekolah saat ini dan sekolah masa depan.

Di mata gue, pendidikan itu wajib dienyam oleh seluruh anak di dunia ini karena dengan pendidikan itulah kita akan tahu mengenai semua-muanya yang tersebar di jagad raya ini. Ada pepatah mengatakan "semahal apapun biaya pendidikan, tetapi seorang anak harus mendapatkan pendidikan yang layak" Setuju banget! Toh, mencari ilmu nggak hanya didapatkan di sekolah. Ya kan?


Dulu, ibu gue nekat masukin gue di TK Al-Ikhlash. Satu alasannya, sekalian mengaji. Soalnya, di TK-TK lainnya hanya mengajarkan angka dan alfabet. Nah, gue dijeblosin kesini biar gue bisa membaca huruf al-Qur'an. Dan ternyata gue tumbuh dengan baik di sini.


Gue melanjutkan SD ke SD depan TK. Ya, SD Al-Ikhlash. Waktu itu ibu gue nawarin SDI (SD Islam) dan SDA (SD Al-Ikhlash). Dan entah kenapa gue lebih memilih SDA. Padahal, SDA belum ada muridnya sama sekali.

SD gue ini SD swasta. Jujur, dulu awal masuk, muridnya hanya 50 dan itupun dibagi untuk 2 kelas. Guru kita cuma 4. Dan ada satu guru lagi yang menjabat sebagai kepala sekolah. Udah, gitu doang. Naasnya, kelas kita ngampung di ruangan TK lantai atas. Ya, dulu kita emang nggak punya gedung. Tetapi sekarang? Di seberang TK gue, udah berdiri sebuah sekolah swasta berlantai 3 dan itulah SD gue. SD yang penuh perjuangan dalam merintisnya dan alhamdulillah sekarang udah mendapatkan gelar R-SBI.

Di SD ini, gue dan temen-temen seangkatan gue adalah alumni pertama. Ya, kita nggak punya kakak kelas. Kita lah murid yang membangun nama SDA untuk mencuat di kalangan masyarakat. Meski kita alumni pertama dan tidak pernah mengerti tentang bagaimana lulusan yang baik, tapi nyatanya masing-masing di antara kita berhasil menembus SMP favorit.

Gue melanjutkan ke SMPN 1 Lumajang. Sebuah sekolah favorit di kota kecil gue yang alhamdulillah juga telah menyandang gelar R-SBI. Kalau boleh jujur, sebenarnya gue nggak berminat masuk SMP. Jangankan berminat, tau yang namanya SMP aja enggak kok. Ini aja gue didaftarkan sama guru gue. Saat itu, bagi gue adalah belajar, ngerjakan soal, berteman. Udah deh, gitu doang. Dan gue nggak tahu bahwa setelah lulus SD, gue harus cabut dari SD gue dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Gue bener-bener shock saat itu.

Jujur aja ya, gue merasa biasa saat masuk ke sekolah favorit itu. Yang gue tahu saat itu adalah "gue sekolah untuk belajar, dimanapun tempatnya"

Dan sialnya, gue sulit beradaptasi. Gue bener-bener terpuruk saat itu. Dulu di SD, gue nggak tau tentang contek menyontek. Dan saat di SMP, gue bingung dan heran dengan tingkah laku temen-temen gue yang dengan gampangnya mencontek.

Gue drop saat itu. Dan sialnya, gue terjebak. Lebih tepatnya, gue berteman dengan orang yang salah. Dan inilah yang membuat nilai gue ancur. Di kelas 8 SMP semester 1, nilai raport gue langsung turun drastis. Dan itu jadi cambuk buat gue. Gue pun memperbaiki semua kesalahan gue dengan belajar mati-matian dan menghilangkan contact dengan orang yang telah mencelakakan gue.

Kelas 9 SMP, gue mencoba bergaul dengan baik bersama temen-temen gue. Mereka menerima gue dan gue membanggakan mereka. Disini, kita berjuang untuk mengangkat kembali nama sekolah kami yang tahun lalu (sebelum tahun gue) terpuruk karena prestasinya yang sama sekali tidak bisa dibanggakan.

Saat itu, harapan gue bukanlah lulus UN, bukan pula meraih nilai UN tertinggi. Tapi satu harapan gue, gue masuk SMADA. Lebih tepatnya SMAN 2 Lumajang, sekolah sebelah, sekolah favorit yang masih terpaut satu lingkup dalam SUT (Sekolah Unggulan Terpadu).

Gue bodoh saat itu. Pikiran gue simple, "yang penting gue kudu masuk Smada, gue nggak akan peduli dengan nilai raport dan nilai UN" Percuma juga kan kalo nilai ujian gue tinggi tapi gue nggak sekolah di sekolah favorit gue? Akan nyesek rasanya. Pedih.

Gue masih inget, tanggal 7 Mei adalah tanggal pengumuman kelulusan dan pengumuman PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di Smada. Memang rada aneh sih, tanggal kelulusan sama dengan tanggal penerimaan siswa baru. Ya memang disini Smada tidak menerima murid baru dengan bermodalkan nilai UN. Tetapi mereka menyeleksi murid baru dengan nilai raport semester 3, 4, 5, lalu tes psikologi, tes tulis dan tes wawancara. Ribet kan? Dan ribetnya itu adalah perjuangan gue masuk ke SMA favorit.

Sebenarnya, sepele banget alasan gue pengen masuk Smada. Alasan gue: bajunya oranye euy!
Ya, kan gue suka banget sama warna oranye, dan beruntungnya seragam almamater Smada, warnanya oranye.

Bodoh banget kan gue? Untungnya saat gue diterima di Smada, warna almamaternya nggak ganti. Jadi, nggak rugi deh masuk Smada, hehe.

SMA ini dikatakan SMA favorit karena sekolah ini hanya menerima siswa-siswa yang berprestasi. Soal ketidakmampuan membayar uang bulanan, masih ada beasiswa kok . . . yang penting sekolah yang bener... jangan mengecewakan...

SMA ini telah banyak menghasilkan lulusan-lulusan yang berprestasi. Sebanyak hampir 90% kakak kelasku diterima di SNMPTN favorit, baik melalui jalur PMDK ataupun UMPTN. Mereka pulang ke kota pisang ini dengan membawa seyum cerah dari universitas favorit mereka. Banyak sekali kakak kelasku yang berhasil meraih impiannya.

Di SMA yang memiliki peraturan super duper ketat ini, gue dan teman-teman pada terpuruk menangisi soal-soal ulangan yang sulitnya minta ampun. Saat kelas X, ada ulangan matematika bab peluang dan nggak ada satupun siswa yang tuntas alias mencapai KKM 75 (dulu, semester 1). Sampai-sampai diadakan ulangan ulang untuk seluruh kelas. Gurunya emang bilang kalo soal-soalnya emang susah. Dapet nilai 45 pun itu sangat beruntung dan sangat baik buat kita. Nilai 20? bertebaran dimana-mana. . . Kita remidi, remidi dan remidi. Ada beberapa temen gue dari kelas laen yang nggak betah sama sekolah ini gara-gara dia remidi mulu dan dia pun lebih memilih keluar dari sekolah ini. Yeah, whatever.

Bagi gue dan temen-temen gue, remidi adalah hal yang biasa. Malahan, orang yang sukanya remidi adalah orang yang memiliki mental cukup kuat. Dijamin, nggak ada satupun siswa Smada yang nggak pernah remidi. Pasti semuanya pernah merasakannya.

Remidi itu membuat kita semakin pinter loh?! Ya, dengan remidi, kita dituntut untuk belajar kembali dan kembali belajar. Biasanya, temen-temen nggak bakalan belajar kalo besoknya ada ulangan. Palingan mereka nunggu remidi, baru deh belajar. Yaa, inilah mental kepala remidi.

Saat ini gue sedang mengenyam bangku sekolah kelas XI SMA. Gue nyaman di sini, gue nyaman di kelas ini, dan gue nyaman di sekolah ini. Temen-temen gue pada baek semua, guru-guru gue juga asyik semua. Kegiatan sekolah gue juga asyik-asyik aja. Sebenarnya, di sini gue hanya mencoba mengasyikkan diri. Sebenarnya lagi, tugas gue sebagai pelajar numpuk. Beberapa minggu yang lalu, setelah UN selesai, tiba-tiba kita diberondong ulangan oleh semua mata pelajaran tanpa terkecuali. Setelah ulangan, yaa kita rame-rame remidi. Setelah remidi usai semua, pelajaran dilakukan seperti biasanya. Dan dua minggu terakhir ini, kerjaan di sekolah adalah presentasiiiiii muluuuuuuuuuu. Terhitung ada 8 mata pelajaran yang mengharuskan kita untuk presentasi. Fiuh, klenger. . . Dan gue berani menjamin, nggak ada satupun murid Smada yang nggak pernah presentasi. Pasti semuanya pernah ngerasain yang namanya presentasi dan diteter berondongan pertanyaan oleh teman-teman.

Dan sialnya, besok adalah hari Senin. Dan sialnya lagi, besok gue ada ulangan matematika bab diferensial. Dan bodohnya, gue belum belajar matematika. Dan bodohnya lagi, gue belum pernah ngerjain satupun soal-soal latihan ulangan secara mandiri.  Oh God, ampuni aku, beri aku sepercik harapan untuk menghadapi ulangan esok hari. Karena gue nggak menjamin setelah ini gue bakalan belajar atau lebih milih tidur.

Gue lanjutin dulu aja deh.

Cita-cita gue adalah . . gue pengen jadi dokter. Gue sangat suka dengan semua ilmu yang berhubungan dengan kesehatan. Gue sangat suka membantu temen gue yang lagi sakit. Dan gue selalu penasaran dengan semua jenis penyakit yang menyerang temen-temen gue.

Tetapi . . . gue nggak sepintar temen-temen gue. Gue bukanlah murid yang bisa meraih ranking 1, 2, atau 3 di kelas. Gue hanyalah murid dengan rangking 21 dari 34 murid, dan bodohnya, gue sangat meninggikan cita-cita gue sebagai dokter.

Ya Allah, aku tahu Engkau akan memberikan segala yang terbaik untukku.

Untuk ke depannya, gue harus belajar. Belajar. Dan terus belajar. Yaa biar gue bisa meraih cita-cita gue.
Karena dengan bersekolah gue bisa meraih semua impian gue. Bagi gue, sekolah itu nomor satu!
 ***

"Tulisan ini diikutsertakan dalam GiveAway Cah Kesesi AyuTea yang diselenggarakan oleh Noorma Fitriana M.Zain"




 By the way, met ultah ya mbak, semoga apa yang dicita-citakan bisa tercapai . . .

Related Posts

24 komentar

  1. wahhhhhhh... manteeppp laahh ochaa :)

    thanks yaa untuk partisipansinyaa :)
    ngaliirrr :)

    BalasHapus
  2. makasiih sayaaank..
    amin.. semogaa cita-citaa kita semuaa terwujud yaa sayang :))

    BalasHapus
  3. semoga jadi dokter yaa sayank

    usul,, dokter kulit dan kelamin ajah.. banyak yang mburuu,.. hahaha
    kan dokter kulit itu dokter kecantikan :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiiiiiiin gw dukung lo jadi dokter gigi =)

      Hapus
  4. Cie, eh kamu rajin amat sekolah. Aku ngeliburin diri 1bulan :p sambil nungguin LULUS. eh kamu kelas 3 bukan? Aku lupa. Anyway udah lama aku ga liat pelangi :(

    BalasHapus
  5. semangat belajarnya ya, semoga sukses kontesnya

    BalasHapus
  6. Hebat, sekolahnya bagus2 semua:)
    Semoga citaa-citanya tercapai ya dek ochaa :)

    Oiya , boleh ksih saran ya, kamu pakai dua subjek di sini , 'gue' dan 'aku' ... Kalo bisa 'aku' nya (kecuali yang lg berdoa) disamaain ajah.. jadinya 'gue' semuaa :))

    Oiya, sukses jg buat GA nyaa ya :)

    BalasHapus
  7. Semoga tercapai cita2nya, kan smu paporit hehehe...
    jangan kecewain sekolahnya ya ocha :)

    BalasHapus
  8. Sekolah memang penting, tapi lebih penting lagi kalo belajarnya sungguh-sungguh, di dalam maupun di luar sekolah :)

    Nice story Ocha.

    Semoga menang yaa..

    BalasHapus
  9. Di Lumajang udah pake gue lo ya sekarang? Hehe
    Keren lho ceritanya, semoga jadi dokter ya ^^
    Semoga menang juga...

    BalasHapus
  10. Hmmm kakak Ocha udah pernah jadi angkatan pertama

    BalasHapus
  11. wuahahaha... baru denger gue ada yang milih sebuah SMA karna alesan seragam.. :D

    anyway sebagai mantan murid yang dulunya hobi remidi, gue setuju sama kata2 lu itu.... kan practice makes perfect....:P

    BalasHapus
  12. Waahh...moga cita2nya segera terwujud ye Cha :)
    terus belajar, belajar daaan.. belajar #semangatttt

    BalasHapus
  13. semoga segala cita2nya terwujud.. insyallah amin :)

    BalasHapus
  14. wah mantap ceritanya neng bro, aku setuju sekali, bhwa sekolah no 1. Salam kenal ya.

    BalasHapus
  15. wew, awas tuh kata-kata bodoh harus di hilangkan ya, kamu kan pinter tau ... :D
    yep, ilmu pengetahuan itu harus dimiliki sebanyak mungkin, jadi pantang mundur dong :D

    BalasHapus
  16. bajunya orange? seger euyy :D

    aku juga dulu waktu sekolah kalo mau ulangan belajarnya SKS (sistem kebut semalam) tapi asli pas abis itu nyesel, kenapaaa ga dari kemarin2 belajar yang bener

    jadi.. daripada kamu nyesel krn dapet nilai yang kurang memuaskan.. ayooo belajarrr jangan bloggingan muluuu hehe ^^V

    BalasHapus
  17. halo gan,
    tetap semangat tinggi ya untuk jalani hari ini ! ditunggu kunjungannya :D

    BalasHapus
  18. tak doain semuga bisa jadi dokter :D

    eeh smada lumajang juga toh, wah pernah pnya temen disana, tapi wes lulus :D

    BalasHapus
  19. Gue pengen ngajak lu tos deh,hiiihii dulu gue juga waktu kelas 11 rengking 21 :D

    BalasHapus
  20. Aamiin semoga tercapai ya Impiannya

    hehehe itu silmple banget alasan pengen masuk sekolah gara-gara oranye,
    berarti kalao ada cowo yang ngelamar nikah harus pake baju oranye ya biar di terima nikahnya :)

    BalasHapus
  21. semangat dan sukses untuk Ocha selalu yaaaa....
    semoga sukses juga di kontes ini... wishing u all the best.

    BalasHapus
  22. Salut dengan semangat belajarnya sob. Nggak gampang menyerah. Apa sudah tertanam mental remidi? He..he.. Bercanda sobat. Ane dulu juga sering remidi. La soalnya sulit banget.

    BalasHapus
  23. semangat yah... ^^
    btw... dokter spesialis apa gitu ?? :D

    ------
    aku paling takut sama dokter -baca:jarumsuntiknya :D -

    BalasHapus

Posting Komentar