Home Sick Syndrome

3 komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Hari ini, tanggal 20 Agustus 2014 merupakan hari pertama saya kembali ke Jember untuk menuntut ilmu. Hari ini pula, kuliah dimulai. Tapi seperti semester-semester yang telah berlalu, awal-awal perkuliahan jarang ada dosen yang masuk kelas. Kalaupun ada yang masuk kelas, isinya tentang kontrak kuliah dan ngobrol-ngobrol doang.

Kuliah hari ini dimulai jam 7 pagi materi Fisika Matematika oleh Pak Bambang, lalu materi Strategi Belajar Mengajar Fisika dan Mekanika yang berakhir pukul 12.20. Tapi, jam 7 tadi saya masih ada di Lumajang. Saya baru berangkat ke Jember jam 7.30an, jadi dengan sengaja saya meninggalkan kuliah pagi, padahal kata teman-teman tadi ada Pak Bambang menawarkan kontrak kuliah.

Ah, jam 7an tadi saya masih njaga toko, nemenin Ibu, meluk-meluk Ibu. Sebelum berangkatpun saya sempat meneteskan air mata. Sedih. Saya hanya bisa bilang, “Bu, aku terharu” Sungguh itu adalah ucapan tak bermakna.

Ibu menyahut, “huh, jendes aku” (arti: nggak suka). “Mek kadar kene kunu ae loh” (arti: Cuma sekedar sini situ aja loh)

Yaa, mau gimana lagi. Lahwong selama liburan ini saya selalu ada di rumah, bantu beresin rumah. Selama itu pula saya menemani Ibu saya untuk menjaga toko. Mau nggak mau saya nuempel terus sama Ibu.

Tidur pun, kadang saya sama adhek minta dikeloni Ibu. Sebenernya, dipeluk Ibu saat tidur itu semata-mata saya ingin ngobrol sama Ibu, guyon sama Ibu dan sayang-sayangan sama Ibu.
Pada awal perjalanan menuju Jember, air mata tak terbendung. Tapi ya harus dicegah mengingat saya sedang dalam kondisi berkendara. Beuh, belum sampai Jember pun, saya sudah terkena sindrom home sick.

Saya teringat, ketika awal-awal kuliah setahun lalu, saya ngerasain home sick parah banget. Yaa, maklumlah, saat itu baru saja menyandang status mahasiswa baru dan anak kosan baru. Beuh, kangen tak terbendung euy. Dan saya tidak tahu bagaimana cara untuk melampiaskan rasa kangen yang teramat parah.

Akhirnya, lahirlah sebuah coretan tangan yang digores sepenuh hati tentang saya, Ibu, Ayah dan adhek.


Keluarga kecil bahagia menuju surga

Ketika saya memberitahu gambar ini kepada mereka, jawaban mereka:

Ibu: (Cuma tersenyum, tapi senyumannya mengandung tawa)
Ayah: Kok wajahnya kotak? (kan saya nggak bisa nggambar…)
Adhek: Mbak Ocha, aku nggak sependek ini…! (Eh, mbak Ocha juga nggak sependek ini kaliii)

Saya hanya bisa kirim doa untuk mereka melalui sholat. Semoga doa saya diterima oleh Allah agar keluarga saya selalu dijaga oleh Allah Sang Maha Pelindung. Amin…

Wassalammualaikum wr wb

Related Posts

3 komentar

  1. Waaah Ocha ternyata calon Ibu Guru Fisika juga yaaaa...
    sama dong kayak aku.. Pendidikan Fisika Bilingual..
    Semoga lancar kuliahnya yaaa dek.. Buat Ibu bapak bangga padamu selalu.. :*

    BalasHapus
  2. jangankan ceweq Mbak, saya yang cowoq saja begitu dahulu saat masih kuliah. rasanya pengen pulang melulu. nah sekarang begitu kerja pun, rasanya pengen pulang ke rumah terus. itu homesick bukan ya?

    BalasHapus

Posting Komentar