Mendikbud Akan Bentuk Direktorat Keayahbundaan

4 komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Berbicara mengenai pendidikan, tak lepas dari peran orang tua sebagai guru pertama dalam proses perkembangan mental, karakter dan ilmu pengetahuan anak.

Nah, saya tertarik sekali dengan salah satu artikel yang tiba-tiba nongol di beranda facebook saya:
Mengenai: akan dibentuknya direktorat Keayahbundaan oleh Mendikbud.

picture source

Sudah baca beritanya? Simak sebentar ya. Ini saya comot dari website resminya Pak Anies Baswedan.
------

Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Tamansiswa mengatakan akan membentuk Direktorat Keayahbundaan sebagai salah satu rencana untuk mengubah cara pendekatan orangtua dalam mendidik anak.
Ia menjelaskan, Direktorat Keayahbundaan akan berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal.

Anies mengatakan, peran orangtua dalam mendidik sangat penting, sehingga ia mengharapkan agar Tamansiswa dapat membuat terobosan baru bagaimana cara mendidik orangtua untuk bisa diajar.

"Direktorat keayahbundaan harus disiapkan secara sistematis. Pendidikan bukan hanya tugas dari pemerintah saja, melainkan kita semua," ujar Anies di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (13/1).

Ia menambahkan, tugas pemerintah adalah memberikan fasilitas. Agar tidak salah persepsi, Mendikbud menegaskan, jika direktorat untuk pendidikan ke orangtua tersebut bukan dalam bentuk sekolah orangtua, tapi orangtua punya rujukan untuk dididik.

-----

Ide yang cukup menarik bagi  saya. Dari jaman dahulu, yang selalu dikategorikan sebagai pendidik adalah guru (yang ada di sekolah). Jarang sekali saya temui pemahaman bahwa orang tua adalah guru yang paling krusial dalam pembentukan karakter anak. 

Kalau dilihat dari jam belajar anak, rata-rata anak belajar di sekolah mulai jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Kira-kira 7 jam mereka berada di sekolah. Dari 24 jam, masih banyak waktu yang tersisa untuk belajar di rumah. Iya, belajar bersama orang tua.

Tetapi, sebagian besar orang tua terkadang mengacuhkan peran dirinya sebagai guru dari anaknya sendiri. Masih banyak kok orang tua yang mengajarkan budi pekerti hanya sampai umur 7 tahun, selebihnya urusan guru di sekolah. Padahal guru di sekolah cuma ngajarin selama 7 jam. 17 jam sisanya adalah peran orang tua. Andaikan, si anak tidur selama 8 jam, maka menjadi 9 jam sisa waktu si anak yang dihabiskan di rumah. Logikanya loh di situ. Sudah jelas-jelas orang tua yang punya andil besar untuk memberikan edukasi kepada anak.

Ada hal lucu yang membuat saya tertawa meringis. Hal ini terjadi di keluarga saya.

Saat adik saya masih usia TK, Ayah memperkenalkan komputer kepada adik saya. Yang diperkenalkan bukan word (mungkin belum kapasitasnya), melainkan games. Ya sudah, sampai sekarang pun adik saya kecanduan games sampai berkacamata. 

Ketika Ayah saya melarang adik saya gara-gara main games terus, akhirnya adik berhenti sebentar dan nggak punya mainan. Seharusnya kan Ayah saya yang mengajak adik bermain (non games berbasis komputer). Tapi nyatanya Ayah cuma marah-marah dan nggak ngasih solusi.

Saya gemaaaaaaas sekali. Mau negur Ayah tapi ya gimana. Ayah saya keras kepala.

Usaha saya hanya berdoa selepas sholat, mendoakan agar Ayah segera memperbaiki diri, mau menerima masukan dari orang lain (juga dari anaknya), nggak keras kepala serta nggak utak-atik motor gedenya lagi.

Lah kan saya jadi curcol.
Nggak pa-palah saya curcol, minimal dapat meringankan beban pikiran saya.

Saya, Ayah, Adhek. Titip doa ya buat Ayah saya
Minta doanya ya buat Ayah saya, semoga Ayah saya lekas memperbaiki diri (tentunya saya juga). Insya Allah beberapa hari ini saya sedang ada tahap mendekati Ayah saya untuk mengajak Ayah saya lebih lihai dalam mendidik anak. Saya sayaaaaaaaaaaang banget sama Ayah.

Wassalammualaikum wr wb.

Related Posts

4 komentar

  1. sebelum baca, tuh saya nemu typo error di judul. kebudayaan.

    BalasHapus
  2. iya, kalo nanti tercipta interaksi dialog yang asyik dengan ayah, bakalan ada formula yang asyik dalam pendidikan anak lho Mbak. saya mendukung dan berdoa, kasih masukan terus ayahnya. pasti bisa dan akan menjadi lebih baik.

    BalasHapus
  3. ohh suka motor gede? wahh keren dong. kalo saya suka motor kecil.

    BalasHapus
  4. Pak Anies memang kreatif, cuma saya kuatir dia habis kalo kebanyakan konsep. soal kurikulum belum selesai, udah main banyak ide.
    semoga sih bisa dan segalanya akan menjadi lebih baik.

    BalasHapus

Posting Komentar