Gagal Maning... Gagal Maning...

7 komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Dalam hidup, tentunya kita tidak akan terlepas dari sebuah kegagalan. Sebagian dari kita
mendefinisikannya dengan
kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Hmm, saya meyakini itu. Karena keberhasilan akan seimbang dengan usaha yang kita lakukan.

Seiring berjalannya waktu, banyak harapan yang ingin saya taklukkan, namun menguap dikarenakan berbagai faktor. Pada malam ini, saya akan berbagi kisah mengenai beberapa kegagalan yang saya alami, namun belum jua ditemukan keberhasilannya, hehehe. Hmmm, atau mungkin sayanya yang belum memaknai arti dari keberhasilan tersebut 😁


Dulu, di akhir tahun 2015, saya dan beberapa teman diarahkan dosen untuk mengirimkan artikel ilmiah yang rencananya akan diterbitkan di jurnal internasional. Enaknya adalah kita dapat mengikuti konferensi internasional yang dibiayai oleh kampus (seperti mas Danang dan mas Aziz dulunya). Kemudian saya dan teman saya, Hikmayanti, mengirim sebuah artikel ke konferensi yang ada di Penang, Malaysia. Alhamdulillah diterima. Cerita seru dengan ekspresi 😚😝😙😆😆💗💕💔💃💃 ada di sini.

Ada 4 tim yang diterima artikelnya di konferensi yang sama. Lalu kami mengajukan proposal, dapatlah pendanaan sebesar 10 juta per artikel atau per tim. Dana tersebut hitungannya hanya cukup untuk satu orang per tim. Jadi, tentu hanya perwakilan saja yang bisa ikut.

Kemudian, setelah kami telaah lebih lanjut, ternyata oh ternyata, artikel saya dan 2 artikel teman tidak akan terpublish di jurnal. Di kesempatan tersebut, kami hanya akan menyampaikan hasil penelitian kami, yang tentunya menambah pundi-pundi uang bagi para panitia. Akhirnya, saya dan 2 tim lainnya mundur. Yang berangkat adalah Hendrik dan Vina. Mereka berdua ditemani Bu Yuni dan suaminya, yang juga mengirimkan artikel di konferensi IC4E. Ya sudaaaah, saya berarti harus mencoba yang lain...

Hendrik dan Bu Yuni ada di sini. Pokoknya di foto ini
Oke, saya pun move on. Berjuang lagi. Kirim lagi. Saya ngirim ke konferensi ICEMI yang berlangsung di Taiwan. Saya membawa serta nama Arin, teman saya untuk dicatut namanya di artikel saya, hehehe. Bagaimana hasilnya? Taraaaaa....
Diterima lagi
Lalu saya menghadap Bu Yuni. Bu Yuni sih oke-oke aja, tapi saya harus mencari teman lain yang juga artikelnya diterima di ICEMI supaya nggak berangkat sendirian. Fiuuuh... ternyata nggak ada. Padahal biaya hidupnya lebih murah. Ya sudah. Ikhlaskan lagi....

Saya bersyukur tidak jadi berangkat ke Taiwan. Why? Ketika saya memantau perkembangan Taiwan melalui televisi, pada tanggal yang sama dengan hari konferensi, terjadi badai besar di sana. Duuuuh, saya nggak bisa membayangkan apabila saya memaksakan diri untuk datang ke sana.

Kemudian saya cari konferensi lagi. saya ngirim artikel ke konferensi ICELT di Beijing. Lalu bagaimana hasilnya??? Taraaaaaa....
Lagi-lagi diterima
Alhamdulillah... lalu... apa yang terjadi? Adakah kendala? Tentu ada. Tidak ada teman lain yang juga mengirimkan artikel ke Beijing. Pendanaan konferensi hanya untuk satu orang. Saya mempersilahkan Aa' berangkat, eee dianya nggak jago bahasa inggris. Kalau saya berangkat sendirian, nggak dibolehin sama Ibu. Kalau mau berangkat bareng, lah duit dari mana? Akhirnya, saya pun mengikhlaskan lagi.

Kini... hmm... saya masih fokus skripsi dulu. Jika tidak ada aral melintang, Inshaa Allah artikel saya dari penelitian skripsi akan saya terbirkan di jurnal internasional, semoga didanai oleh kampus. Doakan ya teman-temaaan... 🙏🙏🙏

Eh, ada lagi nih, ruang lingkupnya masih sama, yaitu luar negeri. Teman-teman berencana mengadakan PKL (Praktek Kerja Lapang) di Malaysia selama semingguan lah... Sudah bikin paspor, pun sudah membayar uang pesawat. Eh lah kooook.... sakit.

Saat itu saya memang sedang sibuk-sibuknya ngurusin Ujar. Ibaratnya, kegiatan saya seperti ini: pagi siang kuliah, sore meeting kerjasama dengan komunitas lain, malamnya rapat dengan divisi. Saat itu juga sedang sibuk persiapan rekrutmen SP5. Yaaaah, lumayan menguras tenaga laaah. Dalam 2 minggu genting itu, mungkin saya hanya mandi sore selama 7 hari, lainnya enggak, nggak sempat.

Kemudian, pada suatu hari saya limbung. Hari Sabtu saya memaksakan berangkat ke SD Bintoro 5 untuk menemani teman-teman tes Micro Teaching. Teman-teman bilang, saya kena gejala tipes. Ya, pusing, capek, nggak kuat. Tapi tetap dikuatin untuk menempuh perjalanan sejauh itu dan seekstrem itu.

Sampai di kosan, fiuuuh, bener-bener tepar, nggak kuat. Saya lupa bagaimana rasanya. Hari itu adalah hari Sabtu, padahal kami akan dijemput travel hari Minggu malam. Kemudian, sekitar magrib, saya telpon Ibu, bahwa saya sakit, nggak kuat, dan minta dijemput. Sekitar jam 8 malam, Ibu, Ayah dan adek datang untuk menjemput saya. 😖😖

Lalu bagaimana dengan pemberangkatan ke Malaysia? Saya sudah siap, sudah mengikhlaskan dengan berbagai pertimbangan. Daripada saya menjadi beban teman-teman dengan keadaan saya sakit sebegininya. Lebih gawat lagi kalau ntar masuk Rumah Sakit, berapa duit yang dikeluarin, kacau dah ntar agendanya. 😭😭😭

Jadi, saya berbelas hati menerima penundaan penjelajahan saya ke luar negeri. Inshaa Allah nanti saya akan ke sana kok.

Hmmm teman-teman sudah sampai sanaaaah, saya terkapar tak berdaya

Lalu, bagaimana dengan sakit saya? Setelah berobat ke dokter Indrayudi, bersama Ibu, saya divonis menderita gejala DB. Alhamdulillah, masih gejala, dan saya cukup cepat penanganannya, lah kalau terlambat nanti malah harus masuk RS dong, haduuuuh... Masa' jadi direktur, rapuh begini....

Ada kegagalan lain? Tentu ada laaaah...

Seperti sesederhana sebuah perjalanan..

Weekend kemarin merupakan long weekend yang dinanti-nanti oleh orang-orang sibuk, salah satunya keluarga kami. Sebulan sebelumnya, Ayah sudah mewanti-wanti kami supaya tidak ada kegiatan di long weekend tersebut. Ayah mau ngajak liburan ke Bali, agenda utamanya sih Ayah reuni dengan teman-teman kampusnya. Saya, Ibu, dan adek, bisalaaaah menikmati Bali dari berbagai sudut yang tak jauh dari jangkauan Ayah.

Sebenarnya, hari Sabtu itu, tanggal 10 Desember, saya harus menghadiri kegiatan penarikan SP5 di Bangeran, juga hari Minggunya di Tanoker dan Jenggawah. Tapi yaaaa bagaimana, saya pamit ijin ke teman-teman dan mengondisikan supaya teman-teman pengurus datang ke sana untuk mewakili saya.

Sehari sebelum pemberangkatan, saya sudah tiba di rumah. Rencananya mau berangkat pagi, sekitar jam 10an. Ibu merasa keberatan sih, soalnya lagi rame-ramenya toko, ada lomba aksioma depan toko. Eh, ternyata Ayah ada kuliah jam 9 sampai jam 12. Juga, adek lanjut bimbingan olimpiade sampai jam 3.

Ya sudah, kami pun berangkat jam 4 sore dengan Inshaa Allah persiapan yang cukup matang. Kami beristirahat dan sholat magrib di pom bensin Pakusari, Jember. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan.

Sebenarnya, saya orang yang tidak cukup kuat dengan keadaan di dalam mobil, iyaaa maksudnya mabuk. Sekitar jam 10 pagi sebelumnya, saya sudah merasa mual-mual karena bau mobil (padahal nggak deketin mobil sama sekali), tapi yaaa gitu, saya tersugesti. Untuk menghilangkan rasa akan mabuk, maka saya memutuskan untuk tidur. Saya ambil posisi di jok belakang supaya saya puas tidur dan adek juga lebih leluasa tidur atau selonjoran di jok tengah.

Tiduuur.. hmm enaknya... apalagi ketika perjalanan, tubuh ini serasa terbawa tarikan mobil. Beuh, enak dah. Sampai kami juga melewati Gumitir, beuuuh terasa ngepot-ngepotannya... hahaha...

Saya tertidur pulas... sampai suatu pagi, saya merasa waktu tersebut sekitar pukul 5, saya terbangun. Dengan masih setengah sadar, nyawa belum terkumpul, saya membayangkan indahnya pelabuhan. Kemudian saya melihat suasana pemandangan sekitar... Saya bandingkan dengan jalanan pelabuhan (4 tahun lalu), "Hmm... ternyata jalan pelabuhannya baru..."

Kemudian saya pandangi lagi jalanan sekitar, lalu saya tersentak kaget, "Loh kok? Kayak jalanan mau ke rumah? Ini balik ke Lumajang ta, Bu?"

"Iya," jawab Ibu sederhana.

😱😱😱😱😱

Saya langsung terkulai lemas tak berdaya. Pun langsung menabahkan hati dan mengikhlaskan.

Ternyata... hmm... temennya Ayah (yang tadi malem didatengi rumahnya, yang katanya siap datang, yang katanya bisa menggantikan ayah menyetir mobil), eee ternyata malah nggak bisa datang karena sibuk ngerjakan raport. Padahal Ayah juga bela-belain bawa laptop dan hasil nilai UAS murid-muridnya, bawa lampu juga. Beuuuh...

Memang nih yaaa... ada sebuah pengorbanan apabila ingin mendapatkan hal yang enak-enak atau diinginkan. Saya pun juga menerima dengan lapang dada, mengorbankan datang ke Loemadjang Tempoe Doeloe untuk liburan ke Bali. Eeeee, ternyata dengan dibatalkannya liburan ke Bali, saya bisa datang ke Loemadjang Djaman Doeloe bersama keluarga... Yeee...

Bersama adek saya. Kisah selengkapnya ada di postingan berikutnya
Tentunya... ada hikmah di balik kegagalan... Kita harus percaya bahwa rencana-Nya tentu akan jauh lebih indah...

Terkadang, ada orang yang harus jatuh dulu untuk berhasil. Ada yang harus jatuh sekali lalu berhasil. Ada yang harus jatuh berkali-kali lalu berhasil warbiyasah. Pun juga ada yang mulus, tanpa rintangan. Kita tidak tahu bagaimana rencana Allah. Yang jelas, Allah adalah perencana yang baik. Percayakan pada-Nya...

Wassalammualaikum wr wb

Related Posts

7 komentar

  1. Wah tipes itu bahaya lho...
    nggak boleh kecapean.
    Harus banyak-banyak istirahat.
    Aku dulu pernah tipes, gak boleh turun dari tempat tidur.

    sabar. mudah-mudahan nanti keinginannya kesampaian.
    Amin.

    BalasHapus
  2. Ya Allah, ngenes banget rasanyaaa. Semoga bisa beneran ke Malaysia

    BalasHapus
  3. Kok yo nelongso bacanyaaaaa. Pending molo pending polooooo. Tapi akan indah pada waktunya kok. Trust meee

    BalasHapus
  4. Ehhh hayuk aja kalau mau ketemu.

    BalasHapus
  5. Teruss semangaaat yaa mbaaak. Sepakaat kalau Allah adalah sebaik-baiknya perencana. Semua akan indah pada waktunya. 😁

    BalasHapus
  6. Semoga nanti ada kesempatan lagi ya untuk ke KL dan Taiwan 😊 sehat2 terus ya, Ocha

    BalasHapus
  7. Gitu ya kak :/
    hidup huwaaaaaa sampe bingung nulisnya >.<
    kadang naik sampe ke puncak, trus jatuh terhempas.....
    tapi salut banget loh :) ketika jatuh masih tetap dengan lesadaran sehingga tidak terjebak dalam keadaan menyedihkan utk waktu yg lama. Seberapa dalam kita jatuh, seberapa kuat lagi kita berdiri.

    Semoga Allah beri lagi kesempatan yang lebih baik, amiiiin :))))

    BalasHapus

Posting Komentar