Ibu dan Dengar Kisahnya

6 komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Alhamdulillah... Selepas wisuda, saya semakin dekat dengan keluarga. Enak banget, stay di rumah, bantu Ayah, bantu Ibu, nemenin Adek saat liburan, dsb. Entahlah, sepertinya saya belum menemukan tuntutan "setelah kuliah kok malah nganggur?"

Saya sih sempat mengkhawatirkan hal tersebut. Bertanyalah saya ke Ibu soal itu. Dengan enteng, Ibu menjawab "Santai aja... Kan Rhosha bantu Ibu di toko. Nggak usah ngelamar ke sekolah-sekolah. Bilang aja lagi nunggu S2". Aamiin... Semoga saya beneran S2 berbeasiswa... Aamiin aamiin aamiin...


Saat berdua dengan Ibu, seringkali kami ngobrol banyak hal. Tapi jelaslah, yang lebih banyak ngobrol adalah saya, anaknya hehe. Saya merasa hubungan anak-Ibu terasa ada semenjak saya SMA. Iya, dulu ketika saya SD SMP, saya jarang bertemu Ibu. Saat SD, saya pulang ke rumah jam 4 sore, sementara Ibu pulang jam 5 sore. Saat SMP, saya pulang jam 2, sementara Ibu masih kerja dan baru pulang jam 5 sore. Pun saat makan malam, kami tak pernah duduk bareng, apalagi ngobrol.

Obrolan yang seru, kegegapgempitaan tentang keseharian saya, baru terasa kisahnya semenjak kami sekeluarga pindah ke rumah baru, yang di situlah terdapat toko sebagai tempat kerjanya Ibu. Praktis, saat pulang sekolah maka saya akan menemukan wajah Ibu yang sedang melayani pembeli di toko. Wuaaah, senangnya... Senang banget gitu, ada yang menyambut kehadiran saya saat tiba di rumah, yaitu Ibu.

Sesampainya di rumah, belum tentu saya lekas ganti baju, melainkan duduk dekat kasir, kemudian cerita panjang lebar tentang keseharian di sekolah. Ibu, entah mendengarkan atau tidak, yang jelas saya merasa Ibu mendengarkan. Lebih tepatnya mendengarkan anaknya yang suka cerita, hehe.

Kebiasaan menceritakan sesuatu kepada Ibu, pun berlanjut menjadi kebiasaan yang sudah dimaklumi dan dinikmati oleh Ibu. Apabila saya mengabarkan sesuatu yang tercetak di buku atau koran, lalu saya memintanya untuk membacanya, hmm Ibu langsung menolak. "Endak, Rhosha ae sing moco, terus cerito nang Ibu. Ngkok Ibu ngrungokno"

Ya persislah, kebiasaan tersebut terus menjadi-jadi sampai sekarang. Ibu membiarkan saya membaca dan mendengarkan berita apa saja, karena Ibu yakin bahwa saya akan cerita kepadanya.

Pun kisah-kisah tentang Dajjal dan perang akhir zaman, turut saya ceritakan kepada Ibu. Penting banget sih untuk disampaikan kepada Ibu, karena Ibu nggak tahu soal itu. Kewajiban sayalah untuk menyampaikannya, meski kadang menyampaikannya nggak persis seperti apa yang didengar dan dibaca. Harap maklumlah, kemampuan saya kurang tokcer perihal hafalan.

Ibu... Saya kangen Ibu... Padahal ya Ibu ada di rumah, sedang beristirahat, hehe. Serumah saja saya sudah kangen, apalagi kalau kita berpisah lagi Bu, entah saya lanjut studi maupun berumah tangga. Hmm... Btw berumah tangga dengan siapa?😂

Wassalammualaikum wr wb

Related Posts

6 komentar

  1. Lah pertanyaan terakhirnya kayak twist yang ada di jenis teks spoof -_- wkwkwkw.

    Enaknya itu kalau ibu sudah bisa jadi teman wkwk. Rasanya, dahlah, she's my ultimate bestfriend!

    BalasHapus
  2. Wah, congratulations ya sudah lulus s1...!

    Ngomongin soal lulus kuliah tapi ada waktu di rumah itu kedengaran asyik banget. Aku dulu jaman skripsian saja udah rajin kerja part time, sedangkan waktu nunggu wisuda sudah ditawari fulltime. Nah jadilah, nggak tahu rasanya di rumah dan ngabisin waktu lama sama orang tua.

    Tapi, sebenernya ada rasa pengen juga. Cuma tuntutan. :(

    BalasHapus
  3. saya sama ibu saya sangat dekat, seperti sohib. jadi kalau berantem nggak betah lama-lama karena kangen hehehe

    BalasHapus
  4. setiap hari slalu ketemu keluarga memang asik. nggak bakal ada rasa kangen yg berlanjut kok. hehe.

    BalasHapus

Posting Komentar