Rasanya Berqurban Sendiri (no sensor)

Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Wuhuuu, lebaran idul adha kemarin saya senaaang sekali. Hari itu, merupakan hari yang saya tunggu-tunggu sejak lama. Awal tahun lalu, ketika Ibu mulai menabung untuk berqurban lagi, saya merasa iri. Saya pengen berqurban juga, tentunya atas nama saya.


Apa saya bisa? Sementara saya hanyalah mahasiswa S2, yang enggak ambil kerja part time. Juga belum dapat banyak hal berupa materi dari aktivitas perkuliahan. Fiuh, dapat duit dari mana?

Satu-satunya cara yang bisa saya lakukan adalah nyari duit dari blog. Entah itu dari content placement, review, dsb. Tapi saya lebih bisa dapat duit gede apabila saya ikut lomba blog.

Proses Mengumpulkan Pundi-Pundi Rupiah
Akhir Januari, saya harap-harap cemas untuk mendapatkan hadiah dari lomba blog Dumet School. Target saya: juara 1, untuk mendapatkan uang tunai 1 juta rupiah.

Ah, sayangnya saya terkena musibah. HP saya hilang. Pernah saya ceritakan di blog: Balada HP Hilang. Ya untungnya saya beneran dapat juara 1. Hadiah yang semula ingin saya tabung untuk berqurban, ternyata harus dipindahtangankan menjadi HP.


Ya sudah, mau gimana lagi. Tetap saja disyukuri, dengan dalih: akhirnya punya HP dari duit sendiri. Alhamdulillah...

Semasa kuliah semester 1, enggak banyak job yang saya dapat. Saya nyaris putus asa untuk mendapatkan uang-uang tersebut. Sampai akhirnya saya mencoba peruntungan lagi untuk mengikuti lomba blog Popbela.

Target saya tetap juara 1, hadiahnya 2 juta. Eits, ternyata enggak berhasil dapat juara 1, dapatnya juara 3. Ya tetap Alhamdulillah. Tapi sebal sih, karena pemenang juara 1 dan 2 nya didapat dari perpanjangan periode lomba. Juga, mungkin artikel saya yang kurang terasa "by self", ditandai dengan tidak adanya wajah saya. Hohooo.


Hadiah juara 3 nya berupa uang tunai senilai 600ribu. Lumayan. Ditabung.

Terus, iseng Ibu bilang, "Ros, kurang 3 ulan maneh qurbane. Duwekmu kok sek 600ewu? Iku mek oleh kuping tok" (Ros, kurang 3 bulan lagi qurbannya. Duitmu kok masih 600ribu? Itu cuma dapat telinganya saja".

😂

Kemudian, saya masih mengumpulkan duit dari job receh-receh. Lumayan, tabungan saya jadi 1 juta. Eh tapi masih kurang 1,5 juta lagi sih. Kan harga kambingnya 2,5 juta toh?

Kata Ibu, saya harus mengumpulkan uang sampai 2,5 juta. Itu harga normal untuk kambing qurban yang layak. Sempat pesimis sih, darimana saya mendapatkan sisa-sisa uang itu?

Ayah bilang, "Ben Rosa melu qurban taun ngarep ae" (Biar Rosa ikut qurban tahun depan saja).

Enggak mau. Pokoknya enggak mau. Pokoknya harus tahun ini 😤

Kalau niatnya baik, akan segera dimudahkan bukan?
Alhamdulillah, di sela kegamangan yang ada, akhirnya saya mengikuti lomba blog yang diadakan Blogger Jember Sueger. Saya baru ngerjainnya H-3, tapi untungnya saya punya banyak stok foto. Jadi saya merasa amunisi aman. Hanya menyiapkan mata yang kuat untuk betah berlama-lama di depan laptop.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Akhirnya saya menyabet juara 1, dengan perolehan uang tunai 2 juta rupiah. Alhamdulillah. Yaa sebenarnya ada masalah sih di balik lamanya proses pencairan hadiah, tapi enggak mungkin saya ceritakan di sini. Meskipun itu adalah salah satu proses perjalanan saya mendapatkan uang untuk qurban.


Alhamdulillah, uang terkumpul melebihi target. Uang sisanya, masih ada di tabungan. Dipersiapkan buat modal nikah nanti. Iya, Ibu pengen resepsi di gedung, yang tentunya butuh duit berjuta-juta 😅

Salat Idul Adha
Dua sekolah depan rumah, siswa-siswinya akan melaksanakan salat Idul Adha di masjid sebelah rumah. Lantai 1 untuk putra, lantai 2 untuk putri. Ditambah dengan menggelar karpet di jalanan depan masjid, yang juga depan rumah kami.

Saya dan Ibu, bersama ibu-ibu warga sekitar, mengambil tempat salat di tikar yang digelar di jalanan. Asik sih. Icis, tapi cenderung dingin.

Pemandangan yang saya lihat: bagus. Berupa masjid, dengan banyak orang yang salat di dalamnya. Enggak sempat saya abadikan melalui kamera HP, karena HP sengaja ditinggal di rumah. Yang ada cuma ini, foto bagian dalam masjid, yang diambil langsung dari situs sekolahnya: manlumajang.sch.id


Ke Rumah Mbah Uti
Supaya acara qurbannya ramai, kami mengajak Fatim untuk ikut serta ke rumah Mbah Uti. Fatim naik mobil bersama saya, Ibu dan Ayah. Tujuannya: untuk menyemarakkan suasana di dalam mobil.

Sementara, Ayahnya Fatim sedang menyusul adiknya, Mbak Angel yang wajib salat di masjid sekolahnya. Sementara, Mamanya Fatim sedang hamil dan enggak kuat dengan bau daging.

Berqurban Ramai-Ramai di Rumah Mbah Uti
Sesampainya di rumah Mbah Uti, seperti biasa, saya langsung menyapa seisi rumah dengan lantang, "Assalammualaikum... Mbah Utiiiii"

Tentu saja, seisi rumah tahu bahwa saya yang datang. Sudah banyak orang yang ada di rumah Mbah Uti. Sudah ramai.

Halaman belakang rumah

Wajar kalau ramai. Karena kambing yang diqurbankan tahun ini ada 4. Yaitu kambing dari Pakde Joko, Mas Dian, Ibu, dan juga saya.

Pakde Joko bertugas menyembelih kambing. Beliau bisa. Tentunya juga sesuai syariat Islam. Beliau enggak mau menyembelih kalau belum ada orangnya. Maka, kambing yang disembelih pertama kali adalah kambingnya Pakde Joko, yang sudah disembelih lalu dietet-etet ketika saya datang.

Kambingnya Pakde Joko yang siap dietet-etet

Yang kedua, adalah kambingnya Mas Dian. Mas Dian ikut ambil bagian untuk memegangi kambingnya saat disembelih.

Cak Wek, Mas Dian, Pakde Joko, yang akan menyembelih kambingnya Mas Dian
Yang ketiga, adalah kambingnya Ibu. Ibu enggak mau ke halaman belakang. Mblenger mambu wedhus (Mabuk bau kambing). Ibu standby di dalam rumah, main sama Fatim. Biarlah itu kambing dipegangin siapa, yang penting disembelih 😅

Yang terakhir, adalah kambing milik saya. Uwaaaa, saya berteriak kegirangan. Duh, enggak habis-habis saya untuk senyam-senyum sendiri. Akhirnya mimpi saya telah tertunai, Alhamdulillah...

Menyambut kambing kesayangan yang dibawa Mas Wahyu
Kambingnya berontak
Kambingnya mau digulingkan untuk ditidurkan
Kambingnya siap untuk diqurbankan

Di belakang rumah, Pakde Joko sudah menyiapkan lahan untuk menjadi tempat penyembelihan kambing. Dibantu oleh Mas Wahyu dan Cak Wek, kami memegangi kambing supaya enggak kejet-kejet saat disembelih.

Alhamdulillah, kambing telah disembelih dengan baik dan tidak meninggalkan bau amis.

Setelahnya, kambing dikuliti dan dagingnya dipotong-potong. Kali ini, saya tidak ikut ambil bagian dalam potong memotong daging. Pisaunya sudah habis, kursinya sudah habis. Jadilah saya di dalam rumah, membakar sate, hehehe.


Mas Dian, Mas Wahyu, Pakde Joko, Mbah Bas
Ayah, Mbah Bas, Mbah Mun
Mbah Mun, Mbah Uti, Mas Yudis
Pakde Jarot, Mas Yudis, Mbah Uti, Bude Fik, Mbah Mun, Bude Kis, Bude Mi, Mbak Angel

Hidangan Saat Hari Raya Qurban
Hidangan yang selalu dibuat saat hari raya qurban di rumah Mbah Uti adalah krengsengan, gule, dan sate.

Yang bikin krengsengan: Ibu dan Mbah Uti. Krengsengan ini adalah daging kambing yang dipotong kecil-kecil, terus dikasih bumbu tumisan, kemudian cara memasaknya seperti ditumis, lalu diberi kecap.

Krengsengan, masih di wajan
Yang bikin gule, Mbah Mun dan Mbah Uti. Sebelumnya, Mbah Mun sudah menyiapkan bumbu-bumbu gule di rumahnya. Jadi, di rumah Mbah Uti tinggal nyemplungin bumbu ke masakan.

Mbah Mun ini ahli masak. Tapi kok, saya merasa gulenya kurang sedap ya, juga kurang kental dan kurang kuning. Tapi Mbah Mun meyakinkan diri dengan meminta dukungan oleh Pakde Joko bahwa rasa gulenya sudah enak.

Ealah ternyata, malam harinya... mendadak Mbah Mun datang ke rumah Mbah Uti sambil membawa cengkeh, kayumanis, dan klabet. Ternyata, bumbu gulenya kurang 😅

Gule, yang ternyata bumbunya kurang
Sate, enggak ada yang mau bikin soalnya malas ngumpulin arang dan bakar-bakar. Sementara, saya merasa hidangan hari raya qurban belum sah kalau enggak ada satenya. Jadinya, saya yang mengambil alih pembuatan sate, dengan menggunakan teflon apa adanya.



Oh ya, saya pastikan bahwa setiap kali ada acara sembelih kambing, harus ada buah semangka. Biar segeeeer. Sebelum semangkanya habis, saya sudah ambil satu potong semangka, yang sudah saya gigit, lalu saya letakkan di atas meja. Rencananya mau saya makan setelah makan siang.

Aih, rupanya tepat sekali dugaan saya. Semangkanya sudah habis sebelum makan siang, lalu orang-orang mencari semangka untuk penyegarnya. Di saat orang-orang pasrah kehabisan semangka, dengan enaknya saya menyantap semangka terakhir, hahaha.

Adek Merayakan Qurban di Tangerang
Adek, enggak pulang. Adek merayakan hari raya qurban bersama teman-teman sekolahnya di asrama. Sebulan sebelumnya, Adek minta dikirimin baju warna hijau mint. Saya dan Ibu enggak tahu baju hijau minta itu untuk apa, ya mungkin untuk kegiatannya Adek. Eh ternyata dipakai saat hari raya Qurban.

Berikut, adalah fotonya Adek bersama teman-teman satu angkatan. Iya, fotonya kecil-kecil. Saya sebal karena enggak ada fotonya yang jelas. Maksudnya bisa foto bareng 5-6 orang teman, yang kelihatan wajahnya jelas gitu. Enggak tahu apa yang di sini kangen. Pengen lihat Adek makin gemuk atau gimana 😂


Alhamdulillah, saya senang sekali dengan acara qurban tahun ini: ramai dan membahagiakan. Semoga, tahun-tahun selanjutnya saya diberi kesempatan lagi untuk berqurban. Semoga bisa rutin. Semoga bisa terjaga. Semoga juga bisa cerita teruuus, mengenang hal-hal membahagiakan semasa muda.

Wassalammualaikum wr wb 💕
Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

15 komentar

  1. Balasan
    1. Bahaya mas. Engkok moro2 aku mbeleh samean 😂

      Hapus
    2. Wogh.. Koyo Kanjeng Nabi Ibrahim wae.. haha

      Hapus
    3. Oooh ngunu yo.
      Yowes berarti gak sido 😂

      Hapus
  2. Wah asyik dapet rezeki ya Kak Ros. Mantap lah jadi bisa untuk beli kambing qurban ya. Mahasiswa bukan berarti nggak ikutan ber-qurban ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah iyaaa... Mahasiswa gak cuma terima duit 😊

      Hapus
  3. Alhamdulillah masyaAllah ya~~~~ panutan nih. Sampai kapan mau nebeng nama di kambing orangtua? Wkwkwkwk.

    Berkah nge blog bukan untuk orang yang ga nge blog <-tunjuk diri sendiri -_-

    Satu lagi yang harus diingat Zahrah, konsisten nulis ya kak? Wkwkwkwk.

    Dari kemarin mau buka artikelnya keburu keder sama 'no sensor'. Sejak puluhan tahun lalu udah ga minat (alasan -_-) lihat sayat menyayat.

    Kak mau tanya, kambing hasil beli sendiri kayanya keliatan lebih ganteng ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uwaaa makasih udah bela2in buka postingan no sensor ini ya zah 😂😂😂


      Iya zah. Kambingnya mendadak cakep 😅

      Hapus
  4. Waaaaaahh tahun ini udah menang lomba berapa banyak sih? Masih sisa empat bulan, menang lagi ya! 😂😂😂

    Tapi ini pencapaian paling keren. Salut banget. Ikut seneng bacanya. :D

    Btw, benar-benar no sensor 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin
      Alhamdulillah. Ini beneran seneng aku giiiip 😂😂

      Hapus
  5. kalau lihat pengumuman lomba blog:
    Kak ros dan mas Adhi selalu mendominasi
    salut!

    dan barokah buat kurban
    salut lagi!

    tapi aku gak bisa klo liat pas ucel2 gitu
    lambung serasa pingin ke jantung dan sebaliknya heuheu
    semoga tahun depan bisa kurban lagi

    lebih-lebih kurban sapi
    amiin ya robbal alamin

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah, mbak-mbak yang sholat idul adha di sebelahku bisa qurban sendiri, barakallah mbak :D

    BalasHapus
  7. alhamdulillah bisa berqurban.... apalah dayaku yang hanya bisa qurban perasaan saat ini mbak.. semoga tahun depan bisa berqurban

    BalasHapus

Posting Komentar