Pertama Kali Menyaksikan Akad Nikah

3 komentar
Konten [Tampil]
Assalammualaikum wr wb

Halo, apa kabar? Semoga teman-teman bahagia selalu yaa, seperti saya yang Inshaa Allah selalu bahagia 💃💃💃

Kemarin pagi, saya diundang oleh salah satu rekan baik saya di komunitas untuk menghadiri akad pernikahannya.

Waw. Akad nikah? Apa saya salah baca ya? Resepsi atau akad sih ini sebenarnya? Saya baca lagi, memperhatikan dengan seksama. Tulisannya jelas: Akad Nikah. Diselenggarakan di Masjid Al-Huda.

Mashaa Allah... baru kali ini saya diundang untuk datang ke akad nikah, biasanya resepsi doang. Dulu pernah sih, diundang untuk menyaksikan akad nikah saudara yang deket banget, tapi sayangnya saya ada kegiatan di Jember yang sama sekali tidak bisa saya tinggalkan. Pun kalau saya di Lumajang, belum tentu saya datang ke akadnya, soalnya saya tentu diminta untuk jaga toko, sedangkan Ayah dan Ibu yang datang ke akad nikah saudara.

Pertama Kali Menyaksikan Akad Nikah


Sebenarnya kemarin saya juga ada acara, salah satu acara yang saya nantikan, yaitu pentas seni anak-anak SD Bintoro 5. Tapiii… sudah dua kali kok saya mengikuti pentas seninya. Kali ini saya mau datang ke sebuah momen sakral saja, karena sudah seharusnya saya mulai mendekat ke tanda-tanda 😅

Pagi itu, Ibu ikut rempong dengan saya yang bingung pakai baju apa. Untuk datang ke akad nikah, umumnya pakai dress atau baju terusan. Lah Ibu malah menyarankan saya untuk memakai baju yang baru dibeli, yang cocoknya dipadukan sama celana jeans, yang cocoknya dibuat liburan. Lah ini kan mau datang ke akad nikah, Bu…

Dua dress yang saya punya, cocoknya buat main atau kegiatan sehari-hari. Belum punya yang cocok buat menghadiri acara sakral semacam akad nikah. Lalu Ibu mengusulkan untuk memakai dressnya yang berwarna putih. Alhamdulillah, cukup dan bagus, nggak kelihatan gendut 😆

Pada undangan tertulis pukul 7 pagi, tapi saya baru berangkat jam 7 karena bingung drama milih bajunya, itu belum drama milih krudungnya loh, belum dandannya juga. Ah elah, cewek.

Setibanya di Masjid Al-Huda, sudah banyak mobil yang terparkir. Rupanya undangannya banyak dan hmm termasuk orang berada sepertinya. Saya datang sendiri. Janjian dengan Meitha yang langsung ketemu di tempat.

akad-nikah-lumajang
Duh lah kenapa pipi saya meluber banget sih. Salah model kerudung kayaknya nih

Sejujurnya, ini adalah akad nikah yang pertama kali saya saksikan. Di dalam masjid terlihat para bapak-bapak duduk manis, sedangkan Ibu-Ibunya di bagian teras masjid. Pengantinnya dipisah. Saya duduk di luar, posisinya di antara dua muhrim. Pokoknya bisa melihat calon pengantin pria dari belakang, juga bisa melihat calon pengantin wanita dari samping.

Sebelum pengucapan akad, ada tausiyah dari seorang Ustadz. Namanya Ustadz Zaenal Arifin, beliau adalah guru saya semasa SMA. Tausiyahnya beuh seger. Materinya tentang pernikahan. Ada sedikit yang saya ingat. Inshaa Allah akan saya ceritakan secara tersirat saja. Sungguh nggak mampu kalau saya menceritakan ilmu yang saya dapat, masih kecil, khawatir salah. 

Yang jelas, tausiyah beliau laksana hembusan angin yang tiba-tiba menampar pipi saya. Menyuruh saya segera bangun dari tidur panjang. Menyatukan kepingan-kepingan hikmah yang seharusnya sudah saya laksanakan sejak lama. Sudah harus siap berikhlas, sudah harus siap mendekat.

Setelah tausiyah selesai, acara langsung dilanjutkan dengan pembacaan akad. Akad akan dilakukan langsung oleh wali putrinya, yaitu ayahnya rekan saya. 

Dari jauh, saya memandangi sosok calon pengantin pria itu. Calon pengantin berhadapan langsung dengan wali calon pengantin putrinya. Berhadapan, tatap-tatapan tapi malu, akhirnya menunduk. 
Belum lagi rasa deg-degan menghadapi wali nikah. Duh laaaah…  Hampir serupa dengan sidang skripsi, bukan sih?

Tak berapa lama kemudian, akad telah terucap, seluruh saksi menyatakan sah, pun sudah tercatat dalam buku nikah. Alhamdulillah… saya turut senang, bahagia, dan bangga.

Setelah semua lega menghadapi prosesi akad nikah, seorang Bapak yang bertindak sebagai pembawa acara menyampaikan sedikit tentang siapa yang menikah dan yang dinikahinya. Mempelai pria adalah seorang tahfidz yang sedang kuliah di Timur Tengah. Uwaw, tahfidz? Sedangkan mempelai wanita adalah seorang dokter gigi. Perpaduan yang mengejutkan.

Saya nggak menyangka teman saya ini mendapatkan pasangan hidup yang diimpi-impikannya, yang sesuai dengan harapannya, justru melebihi ekspektasinya. Mana pernah teman saya membayangkan dia akan menghabiskan tahun pertama pernikahannya bersama suami di Timur Tengah.

Mashaa Allah… Allah selalu punya kejutan spesial untuk hamba-Nya yang bersabar dan istiqomah berjuang di jalan-Nya. 

akad-nikah-lumajang
Diambil dari facebooknya Mas Rakhmadi Harsayanto

Selepas acara selesai, saya menyalami teman saya yang kini sah punya suami keceh. Bahkan saya nggak tahu harus ngomong apa dan bagaimana kepada teman saya. Mungkin saking excitednya kali ya…

Selepas acara selesai, teman saya diboyong orang sana-sini untuk berfoto. Tentulah saya nggak bisa ngobrol dengan teman saya, karena dia sedang menjadi tokoh utama yang dicari orang saat itu. Padahal saya ingin tahu siapakah sosok lelaki itu atau bagaimanakah proses pertemuannya.

Saya pun berkesempatan ngobrol dengan adik perempuannya. Dia bercerita sedikit. Sosok mempelai pria itu masih mahasiswa, kuliah di Timur Tengah, lebih tepatnya di Mesir. Kemudian saya bertanya, “sedang menempuh S1 atau bagaimana?” 

Jawabnya, masih S1. Oooh mungkin beliau lama di pendidikan hafalannya yaaa, lalu menempuh S1. Ternyata iya, beliau mengejar hafalannya sampai tuntas, salah satu tujuannya untuk beasiswa kuliah di Mesir. Mashaa Allah keceeeeh.

Kemudian saya bertanya lagi, “mereka ketemunya di mana?”

“Taaruf. Dikenalin dari teman-temannya Mbak saat pengajian”

Mashaa Allah… ya jelas lah yaa… kalau ngumpulnya di pengajian, ketemu jodohnya nggak akan jauh dari kata “mengaji”. Begitulah jodoh, ia akan saling menyeimbangkan, beriringan.

Saya speechless beneran. Nggak tau mau ngomong apa lagi.  Yang jelas, banyak hal yang saya pelajari, yang saya bawa pulang, dan banyak ilmu yang Inshaa Allah akan saya terapkan. Semoga Allah selalu memberkahi.

Sudah ya, cukup. Saya nggak tahu harus ngomong apa lagi.

Wassalammualaikum wr wb

Related Posts

3 komentar

  1. wah asik dong bisa diundang ke akad nikah, ini bisa buat bahan mbaknya pas mau nikah. haha ya kan?

    BalasHapus
  2. Pasti terharu banget yawww
    Dan kepengen cpt cpt nyusul

    Ayo disegerakan nyusul cha
    Lagi trending tuh nikah muda
    wkwkwkwkwkw

    BalasHapus
  3. aku juga ini kayak dulu pas kecil pas belum sunat nungguin teman disunat
    gimana rasanya
    cuma habis selese plong dan nunggu acara makan2 hehe

    BalasHapus

Posting Komentar